Hentakan telapak sepatu beberapa pria berpakaian serba hitam terdengar oleh pelayan. Para pria bertubuh besar itu berhenti tepat didepan pintu Gebyok berukuran besar dengan ukiran-ukiran kuno.
Pintu kayu terbuka Lebar.
Wangi aroma kayu manis dan bunga melati menyeruak ke Indra penciuman tiap orang yang ada di ruangan itu. Kursi yang terbuat dari kayu jati beralaskan busa tebal berwarna cream tersusun rapi. Patung raja berukuran sedang berdiri kokoh ditengah ruangan, membelakangi jendela kaca dan wayang kulit terpasang di sisi kiri dan kanannya. Lampu gantung menjuntai indah di langit- langit rumah.
Di setiap sudut ruangan terdapat pas bunga berwarna emas, yang dihiasi dengan bunga Sedap Malam. Aroma yang ditimbulkan makin menambah aura menyeramkan.
Mereka masuk dengan perlahan, berjalan menuju seorang pria yang tengah duduk santai ditemani dengan seorang wanita yang tak lain adalah istrinya.
" Nyuwun pangapunten Ndoro Agung". ketiga pria itu memberi salam hormat sambil mengatupkan dua telapak tangan mereka.
"Kulo sedoyo badepinaraak ngadep". Ujar seorang yang tak lain ketua dari para pria itu.
Laki-laki dihadapan mereka bergeming, masih asik mengelap benda berbahaya ditangannya dengan sapu tangan.
Sang ketua yang bernama Bondan maju, berjalan menggunakan kedua lututnya, memberi jarak sekitar 1 meter dari rekan-rekannya di belakang.
" Apakah kalian membawa berita baik, sehingga kalian berani datang kesini ?" suara laki-laki terkesan halus, tapi penuh dengan nada ancaman.
"Apa kalian sudah berhasil menemukan wanita itu, atau telah berhasil mengetahui dimana gadis itu disembunyikan "?. tanyanya lagi tanpa melihat kearah Bondan, dia masih asik memperhatikan benda mengerikan itu, mengelusnya seakan memegang benda berharga.
"Ampun Ndoro Agung !! Kami belum berhasil menemukan wanita hamil itu dan Belum juga mengetahui keberadaan gadis yang Ndoro Agung maksudkan". jawabnya sambil menunduk, takut.
"Hheemmhh".
Laki-laki itu naikkan ujung bibirnya tersenyum sinis.
"Jadi kalian masih gagal?".
" Eemmh.. pasti wanita itu sudah melahirkan sekarang?". wanita yang duduk disebelah laki-laki itu membuka suaranya nan lembut dan penuh penataan dalam berbicara.
Wanita itu duduk dengan anggun sambil memegang cangkir teh ditangan kanan dan piring kecil ditangan kiri tanpa menatap lawan bicaranya.
" Lalu jika kamu belum menemukannya, mengapa kau berani datang kepadaku..hhmm ?". Nada bicara yang dingin membuat ketiga pria itu merinding.
Para pria itu diam, masih takut untuk mengeluarkan suara.
Cekkk
Cekkk
Cekkk
"Sayang sekali ".
DDOORRR***
Timah panas yang telah lama tertidur kini telah bersarang di kepala Bondan.
BUG**
Suara benda padat terjatuh menyentuh lantai. Darah segar keluar dari kepala laki-laki yang sudah tergeletak tak bernyawa.
Deg*
Deg*
Deg*
Tubuh Kedua Rekan Bondan gemetar ketakutan, keringat dingin sudah sebesar biji jagung membasahi dahi. Jantungnya memompa dengan sangat cepat melihat darah segar mengalir dilantai berwarna coklat tua.
"Ampun Ndoro, jangan bunuh kami, ampuni kami Ndoro Agung. " Sujud mereka mencium lantai dengan suara bergetar.
" Kalian sudah tau bukan, bahwa aku tidak suka dengan kegagalan. Jika kalian berani menghadap berati kalian sudah tau apa yang akan terjadi jika tidak sesuai dengan keinginanku." Tuturnya mengalun lembut, tapi bermaksud mengintimidasi.
" Maaf Ndoro Agung, Se..sebenarnya kami ingin melaporkan bahwa kami melihat seseorang wanita yang datang ke rumah itu beberapa hari yang lalu melalui Cctv yang kita pasang". ujar salah satu pria yang masih sujud ditempatnya dengan terbata-bata.
Laki-laki yang menggunakan blangkon di kepalanya, seketika menghentikan kegiatannya lalu meletakkan benda berbahaya itu diatas meja. Matanya menyelang, menatap tajam penuh dengan kekejaman kearah kedua anak buahnya.
"Apa kalian melihat wajahnya ?."
"Maaf Ndoro, kami tidak bisa melihat wajahnya, karena wajah wanita itu ditutupi cadar." jawabnya takut-takut, apabila dia salah menjawab maka nasibnya akan berakhir sama seperti rekannya yang lain.
" Lalu..!! dimana wanita itu sekarang ?"
"Wanita itu menghilang Ndoro, sesuai dengan rekaman video Cctv yang kami lihat, wanita itu ditarik oleh seseorang dan dibawa pergi". ujar pria yang satunya lagi.
Wanita yang ada disamping lelaki itu masih duduk dengan tenang. Tak memberikan reaksi apapun, apalagi merasa terganggu dengan perbuatan dan pembicaraan sang suami. Dia masih terus memegang cangkir teh, meniup-tiup sambil menggerak-gerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan dengan halus. sangat- sangat mencerminkan keningratan yang anggun.
"Dia sudah datang Raden mas ". tuturnya lembut, sambil meletakkan cangkir teh diatas meja tanpa mengeluarkan suara dentingan kaca.
"Sesuai dengan perkiraan ku, Dia tidak mati. Dia masih hidup ". tekannya lagi, melihat kearah suaminya dengan senyuman ayu.
Laki-laki bertubuh kurus itu hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda sepaham. Dengan sorot mata tak lepas dari kedua anak buahnya.
" Temukan wanita itu, bila perlu orang yang membawanya pergi juga. Sepertinya orang itu mengetahui sesuatu." titahnya tegas tak terbantahkan.
" Dan ingat,!!! aku tidak suka kegagalan. Kalian sudah tau apa akibatnya". Ancamnya dengan suara rendah dan mendayu, sangat lembut mencerminkan kebangsawanannya tapi membunuh.
" Ba,,...Ba..ik Ndoro."
" Kami mohon undur diri Ndoro ". pamit mereka terbata-bata, beranjak dari sujud dan berjalan mundur.
"Aku akan menemukanmu, Cah Ayu".
ucapnya dengan seringai licik.
...****************...
Suasana tenang pondok pesantren di pagi hari selalu membuat Danira tentram. Angin segar berhembus menggoyangkan pepohonan disana.
Danira yang tegah duduk di kursi taman samping rumah kyai Roslan, sambil menghangatkan tubuh baby Khalisa dengan sinar matahari pagi.
Hhhmm haahhh...Hangat dan Sejuk
" Assalamualaikum". Suara Bass menyapa dari belakang.
"Waallaikumsalam". Danira menjawab sambil memutar sedikit badannya, melihat si penyapa.
" Aa Ilham". Mata Danira sedikit menyipit tersenyum.
" Aa boleh duduk disini Neng ". Tanya Ilham sambil menunjuk bangku taman tempat Danira duduk.
" Oh...Silahkan Aa". Danira menggeser tubuhnya memberikan jarak bagi mereka.
Ilham duduk, matanya melihat kearah bayi menggemaskan dipangkuan Danira.
"Hay anak cantik, seneng berjemur ya?". Canda Ustadz Ilham pada bayi 1 bulan itu.
Yang disapa hanya diam, menikmati hangatnya mentari pagi, hingga kulitnya memerah. Danira hanya tersenyum mendengar Ilham menirukan suara anak-anak.
Dari jauh, banyak pasang mata melihat mereka iri. Mereka seperti keluarga bahagia.
^^^"Sangat serasi ".'bisik-bisik para santri yang melihat mereka.^^^
" Aa turut berduka cita ya Neng, aa sudah mendengar kabar yang menimpa keluarga Eneng dari Abah". ucapnya sambil melihat Danira dengan rasa penuh prihatin.
Danira melihat kearah Ilham, mata mereka saling bertemu. Ilham mematung sejenak, terhipnotis dengan mata terindah yang ada didepannya tak berkedip. Tapi Danira dengan cepat memutuskan tautan pandangannya dan melihat kearah lain.
Ustadz Ilham tersadar dan jadi salah tingkah.
" Iya Aa, terima kasih ". tanpa melihat Ilham.
" Maafkan Aa ya neng, seharunya aa ada disaat kamu pulang hari itu". ujarnya dengan pandangan ke depan dan rasa penyesalan.
Hari itu, saat abahnya telah menceritakan semua kejadian keluarga Danira, Ilham langsung ingin menemui Danira. Bermaksud ingin menenangkan walau hanya mengobrol dibatasi tembok kamar. Tapi Ilham mendapat telpon bahwa pengajuan beasiswanya ke Kairo Al-Azhar Mesir diterima. Jadi dia bergegas pergi untuk mengurus semuanya.
dan sudah 1 Minggu dia sibuk mengurus semua keperluan keberangkatannya jadi baru hari ini dia bisa bertemu dan berbicara dengan Danira.
" Tidak Apa-apa Aa, kan udah ada umi dan Abah. Terima kasih atas niat baik aa Ilham". suara lembut itu makin menghanyutkan perasaan Ilham kian dalam.
10 tahun yang lalu saat Danira datang ke pondok pesantren, Ilham selalu menjadi teman Danira. karena mereka tinggal 1 rumah Danira sudah menganggap Ilham seperti kakaknya sendiri. Ilham yang saat itu sudah berusia 17 tahun, sudah bisa merasakan bahwa dia menyukai Danira kecil, wajah Danira yang cantik dan imut, ditambah kelembutan hati yang Danira miliki, membuat Ilham jatuh hati.
Tapi Ilham masih menyimpan perasaannya, dia belum ingin Danira mengetahui semuanya. Dia selalu memperlakukan Danira bak ratu, selalu mengutamakan Danira setelah uminya, hingga saat ini perasaannya masih tersimpan rapi.
Namun sayang, sebentar lagi dia akan meninggalkan gadis pujaannya dalam waktu yang cukup lama.
Tak jauh dari mereka duduk, sepasang mata yang dihiasi dengan garis-garis keriput melihat kearah mereka, lalu berlalu pergi.
"Kata umi, aa keterima di Al Azhar ya?, kapan keberangkatan nya aa?".
" Selamat ya Aa, Semoga selama aa disana selalu dalam lindungan Allah SWT, dan kembali kesini dalam keadaaan baik dan sehat." Doanya tulus.
"Aamiin Neng, terima kasih doanya. Insyaallah Minggu depan aa sudah berangkat". jawabnya lirih. Sejujurnya dia ingin membawa Danira bersama dengannya. Tapi....
Danira yang mendengar jawaban tak semangat Ilham ingin bertanya, tapi di urung karena Khalisa mulai merengek.
" Maaf aa, sepertinya Khalisa sudah sangat kepanasan jadi aku bawa masuk dulu ya Aa, ngak apa-apa kan kalau aa Ilham aku tinggal ?". tanyanya lembut sambil mengangkat tubuh Khalisa.
"Iya neng, tidak apa-apa, kasian Khalisa sudah merah begitu kulitnya." ujar Ilham sambil bergurau.
Danira bangkit dan mengucapkan salam pada Ilham. Sekarang tinggallah Ilham duduk sendiri menatap lurus ke depan dengan pikiran berkelana entah ke mana.
Tiba-tiba tepukan di bahu Ilham, membuyarkan semua lamunannya, Ilham menoleh dan melihat siapa orangnya.
" Abah...".
......................
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Neulis Saja
Ilham laki yg baik utk danira tapi jodoh danira entah kesiapa ?
2024-12-24
0
Darweti
Lanjut tor
2024-10-07
0
Siti Fatonah
aa knp ga ngomong sma abah..biar dinikahkan smaa eneng🤭🤭🤭
2022-09-23
3