Waktu sudah menunjukkan pukul 8.00 pagi. Jalanan nampak lengang, tak terlalu padat seperti hari-hari biasa, mungkin karena para pengguna jalan sudah duduk dibalik meja kerja dan kegiatan masing-masing.
Didalam mobil suasana sangat sepi, tak ada percakapan atau obrolan, Sean melihat dari kaca kemudi, mengernyitkan keningnya merasa ada yang aneh.
Biasanya wanita ini lebih agresif kepada sang Bos, apa lagi mengingat mereka sudah hampir 2 minggu tidak bertemu.
Sudah bisa dipastikan Stevani akan menempel seperti perangko, merancau atau menunjukkan update tan barang-barang branded keluaran terbaru. Mencium Gavino tanpa rasa malu, hingga kadang membuat Sean risih.
Tapi kali ini lain, Stevani hanya senyum-senyum sendiri sambil memainkan ponselnya asik bertukar pesan. Begitu juga dengan Gavino dia juga asik menggeser geserkan layar tab nya untuk melihat email-email yang masuk, sesekali dia melirik Stevani yang tampak tak memperdulikannya, seakan-akan lupa kalau Gavino ada disampingnya.
Setelah hampir 20 menit mobil itu berhenti di besement Apartemen mewah di daerah Jakarta Selatan. Apartemen yang diberikan oleh Gavino khusus untuk Stevani saat perayaan anniversary mereka yang ke-5 tahun.
" Kita Sudah sampai Tuan ". Sean memberitahu.
Gavino hanya diam mengamati Stevani yang masih asik dengan benda pipih itu.
Heekhemmm....
" Oh, sudah sampai ya, cepat sekali". Stevani melihat ke sekeliling tanpa merasa berdosa.
Sean yang duduk dibelakang kemudi mulai merasakan hawa dingin menusuk kulit, padahal cuaca diluar sedang panas-panasnya.
" Kau bertukar pesan dengan siapa ?Sepertinya asik sekali, sampai-sampai kau lupa kalau aku ada disini". Suara bariton itu bertanya dengan nada sangat datar dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Stevani tergelak melihat wajah kekasihnya, ada raut tak suka terpampang jelas.
" Aku hanya bertukar pesan dengan teman ku Danu ".
"Danu ?"
"Iya,...Dia temanku waktu sekolah Menengah dulu. Kami sudah lama tidak bertemu ataupun bertukar kabar, karena dia selama ini diluar negri, dia meminta nomerku kemarin melalui media sosial.
Gavino tetap diam.
" Apa kau cemburu?".
"Ayo lah,...kau tak perlu cemburu dengannya honey. Dia menghubungiku hanya untuk memberikan undangan pernikahannya, lihatlah ini ". Stevani menunjukkan ponselnya pada Gavino, disana tertera undangan pernikahan.
"Eemm..baiklah aku percaya padamu". Respon Gavino sambil mengalihkan pandangannya ke depan.
Stevani turun dari mobil, lalu berbalik melihat Gavino yang masih duduk didalam.
" Apa kau tidak ingin mengantarkan aku kedalam Honey?.
" Tidak...!! aku harus segera kekantor, karena ada meeting sebentar lagi". jawabnya dingin seperti freezer full.
"Tapi aku merindukanmu". ujarnya dengan nada manja dan menggoda.
" Masuklah!!.. aku harus segera berangkat."
" Hheemmmmhh...Baiklah, tapi nanti malam kau kesini ya honey. Aku menunggumu". godanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata.
Gavino tak merespon, dia langsung menutup jendela mobil dan berlalu tanpa menjawab Stevani.
Stevani sudah terbiasa dengan sikap dingin dan cuek kekasihnya itu. Saat mobil Gavino sudah tak terlihat, senyuman manis di wajah Stevani menghilang, ia berjalan menuju unit apartemen nya, menekan tombol pin dan membanting pintu dengan sangat keras.
Dia langsung membuka bajunya dan membuang kelantai dan menginjak-injak.
"Aaahhhhh...berengsek". umpatnya teriak.
" Dasar Nenek Gayung sialan, beraninya dia memperlakukanku seperti ini. Dia pikir dia siapa hah". Teriaknya terus memenuhi semua ruangan.
Stevani berteriak dan melempar barang-barang yang ada didekatnya ke lantai. dia benar-benar menyalurkan kekesalan yang sedari tadi dia tahan atas perlakuan Nyonya Calina.
" Berani-beraninya si nenek gayung memprovokasi Gavino, dengan mengungkit keluargaku. Apa tadi dia bilang, membuang gelas bekas aku minum, Sialan...dia pikir aku rabies hah. Dasar Nenek Gayung Brengsek... Brengsek!!! Umpatnya lagi sambil mengacak-acak rambutnya hingga mekar seperti singa.
" Lihat saja, aku akan membalas semua perbuatanmu selama ini kepadaku." ujarnya lagi sambil tersenyum licik lalu tertawa dengan sangat keras.
...****************...
Mobil Gavino sudah berhenti tepat didepan pintu lobby, dia turun dan langsung disambut seperti biasa oleh para karyawannya. Seperti biasa pula mereka selalu diabaikan.
Gavino keluar dari dalam kotak baja diikuti oleh sang asisten setia yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi, saat didepan pintu ruangan dia berhenti, Sean yang dari tadi mengekori pun ikut terhenti. Gavino berbalik melihat Sonya yang berdiri sambil menundukkan kepalanya.
"Kau...!! panggilnya pada Sonya, dengan kedua tangannya didalam saku celana.
Deg*
Jantung Sonya berdegup kencang, tangan sudah terasa basah dan gemetar. Otak nya mulai dipaksa bekerja mencari-cari memori yang bagian mana dia membuat kesalahan pada bos nya ini.
" Sa..saya Tuan ".
" Ya... siapa lagi kalau bukan kamu !!! ".
" Buatkan saya, Kopi hitam yang paling pahit".
Sonya mengangkat kepala melihat Gavino dengan menautkan kedua alisnya, apa dia tidak salah dengar ' Kopi pahit ', seingatnya bos galak ini amat sangat tidak suka kopi pahit, tapi....
Sonya melihat kearah Sean, dan mata mereka saling bertemu, sama-sama bingung.
" Heeiii, Apa kau tuli ?". Bentaknya pada Sonya.
" Ah..iya pak, saya akan membuatkan sekarang". Jawabnya gemetar.
" lalu kenapa masih berdiri disitu ?". Tegurnya lagi, karena Sonya masih mematung ditempat.
Seketika Sonya langsung bergerak, berlari menuju pantry.
Gavino melangkah masuk kedalam ruangan, disusul Sean. Gavino membuka Jas, dan Duduk di kursi kebesarannya.
"Sean ?"
" Iya Tuan "
" Panggil mereka sekarang ".
" Maaf tuan, tapi jadwalnya bel...." kata-kata Sean terpotong oleh suara Gavino.
" Saya bilang sekarang, ya sekarang. Apa kamu sudah bosan kerja hah ?".
"Baik Tuan ". Sean berbalik dan pergi menghubungi bagian yang dimaksud Gavino.
Interkom terhubung...
" Ahh..sial ". ucap gadis berambut pirang di kuncir kuda.
" Kamu kenapa ?. Tanya Lala.
" Aku dipanggil keruangan Presdir sekarang." tangannya bergerak mengeprint laporan dari komputer.
" loh bukannya jam 10, ini baru jam 9 kurang ".
" Aku tidak tahu, barusan pak Sean memberitahu kalau aku dipanggil sekarang ". Jawab Siska sambil merapikan dokumen-dokumennya.
" Dia bos Beruang kutub menyebalkan, seenak jidatnya saja merubah jadwal. Aku jadi keteteran sekarang."
Lala dan Reza cekikikan, melihat Siska sibuk kesana-kemari mencari dokumennya.
" lagian, kenapa kamu tidak menyiapkan dari kemarin-kemarin sih. Ibarat kata nih, sudah mau berak baru mencari lubang, ya begitu posisimu sekarang". Gurau Reza sambil tertawa.
" Kampret... Bukannya membantu, malah mentertawakan ku, kalian menyebalkan. Lagi pula ini salah tuan Gavino, biasanya yang melaporkan semuanya kan kamu za, bukan aku". Siska bersungut-sungut kesal.
" Mungkin tuan tampan ingin melihat karyawan yang selalu mengatainya selama ini ". Timpal Lala tertawa.
Siska sudah selesai memasukkan semua dokumen kedalam 1 map, dan bergegas memegang handle pintu keluar.
" Sudah di cek lagi belum sis laporannya". tanya Lala mengingatkan.
" Sudah, aman". ujarnya seraya pergi.
Tok..
Tok..
Tok..
Suara ketukan pintu terdengar dari luar.
Gavino bergeming sambil membaca, laporan-laporan yang lain diatas mejanya.
Pintu terbuka, Sonya masuk dengan secangkir kopi hitam pahit sesuai pesanan sang bos.
" Permisi tuan, ini pesanan kopinya ".
" Eemmm..letakkan saja disana ".Titahnya sambil menunjuk meja sisi yang kosong.
Sonya meletakkan cangkir kopi dengan hati-hati.
" Ada yang ingin saya bantu lagi tuan ".
Gavino diam tanpa menjawab.
Sonya yang paham maksud diam tuannya, pamit undur diri.
Saat Sonya membuka pintu keluar, Siska muncul dibalik pintu dengan nafas yang ngos-ngosan seperti habis lari maraton.
" Kenapa ?".
" Ma..u, la..la laporan Bu ". Jawab Siska dengan nafas masih berantakan.
" Ya sudah, masuk saja. sudah ditungguin ". Sonya tersenyum seraya duduk di balik meja.
Siska masih mengatur nafasnya, dan merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Dirasa sudah tenang, siska mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan Gavino.
Suasana panas menyambut Siska, perasaan Siska mulai tidak karuan, jantungnya mulai memompa tidak beraturan, nafasnya kembali sesak, takut mulai menjalar, Siska merasa seperti masuk ke rumah hantu bahkan lebih seram dari itu. Karena ini pertama kalinya dia menghadap langsung, biasanya Reza yang selalu membuat laporan mingguan lalu laporan itu hanya diserahkan kepada Sonya tidak pernah sekalipun menghadap Presdir langsung, tapi kali ini.....
" Apakah kamu ingin berdiri saja disana ?." Suara bariton itu membuyarkan lamunan Siska.
" Eehh..maaf Tuan".
" Ini laporan yang anda minta tuan ". berjalan seraya memberikan dokumen dengan gemetar.
Gavino menerima, dan mulai membaca susunan laporan keuangan itu.
Jantung Siska sudah tidak bisa dikondisikan, dia berdiri sambil meremas-remas jemarinya.
" Apa-apaan ini ". Bentak Gavino dengan suara memenuhi ruangan, hingga keluar. Sonya yang duduk didepan sampai terperanjat kaget.
Mendengar Gavino berteriak, membuat Siska terperanjat hingga mundur beberapa langkah kebelakang.
" Laporan macam apa ini ?". Teriaknya makin emosi, matanya melihat Siska dengan tajam seperti elang yang siap mencabik-cabik mangsanya.
" Ma..maaf tuan, sa..saya salahnya dima..na". memberanikan bertanya dengan badan bergetar.
"Bagaimana bisa pengeluaran kita menggunung seperti ini, dan keuntungan hanya Rp. 3.000,- ( tiga ribu rupiah ).??" teriaknya makin tersulut emosi.
Siska kaget setengah mati mendengar ucapan dari Bosnya itu, bagaimana mungkin. Dia sudah benar membuat laporan dengan keuntungan minggu ini sebesar Rp.30.000.000.000,- (30 miliar).
" Masa sih Tuan, tuan salah baca kali". ucapnya keceplosan dan langsung menutup mulut dengan kedua tangannya.
" Kamu bilang saya salah baca,!! ini baca sendiri laporan kamu". ucapnya seraya melemparkan map yang berisi dokumen laporan itu kelantai.
Siska mengambilnya, dan......
Astaga, matanya membelalak, tangannya gemetar memegang hasil laporannya sendiri, kakinya lemas sudah tidak mampu menopang bobot tubuhnya.
" Kenapa ini, bagaimana bisa terjadi, perasaan tadi sudah benar, apa angka 0 nya terjatuh saat aku berlari tadi... aahh sial kenapa aku bodoh sekali". Gumamnya sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.
" Jadi siapa yang salah baca, saya atau kamu yang salah buat laporan ". bentak Gavino dengan amarah.
" Ma..ma..aaf tuan, itu, anu , sa..ya kurang memasukkan angka 0 nya tuan di kolom Keuntungan, dan untuk pengeluaran saya salah memasukkan angka." Cicitnya memberi penjelasan.
" Saya tidak mau tau dan tidak mau mendengarkan alasan apapun. Karena laporan kamu tidak benar, dan pekerjaan kamu tidak becus kamu saya pec...."
" Ampun tuan, jagan pecat saya, saya akui kalau saya salah dan teledor, saya benar-benar minta maaf. Saya akan segera memperbaikinya, kasih saya waktu 2 jam saja, saya akan mencari kemana angka 0 itu terjatuh." Potongnya memohon sambil berjongkok dilantai dan berderai air mata, dia benar-benar takut jika sampai dipecat dari sini maka tamat sudah karirnya.
" Jadi kamu meminta kesempatan?!! baik, saya beri kamu waktu untuk merevisi ini hanya 3 menit, Bagaimana ? Jika tidak sanggup...
" Saya sanggup tuan". potongnya cepat.
Gavino menyeringai licik.
" Kemari " Panggilnya pada Siska.
" Sebagai hukuman, karena kamu salah membuat laporan, dan sering mengatai saya beruang kutub !! kamu minum ini ". Mendorong cangkir kopi pahit yang buatkan Sonya tadi, sebenarnya Gavino tidak pernah menghukum karyawannya yang teledor semudah ini, namun Gavino tahu bila Siska adalah salah satu karyawan terbaik, dan memiliki prestasi dan tidak pernah membuat kesalahan. Kali ini dia masih memberi kesempatan.
"A.aapa ini tuan ". tanyanya penasaran dengan minuman itu, perasaannya mulai tidak enak.
" Jagan banyak tanya, cepat habiskan kalau tid.."
" Baik..baik saya minum".Potongnya lagi
Siska mengambil kopi itu dan mulai meminumnya, dan...
"Uueekkk...Pahit sekali ". pekik siska.
" Habiskan Sekarang, Jagan sampai kamu memuntahkannya sedikitpun, kalau tidak...!!!"
Siska langsung meminum kopi pahit itu hingga tandas tanpa sisa.
" Su..uu..dah taun, uuek ". Tunjuk nya sambil memperlihatkan gelas yang telah kosong.
Siska menggelinjang kepahitan, benar-benar pahit. rasanya dia ingin muntah saat ini juga.
Gavino yang melihat itu, hanya diam dengan sorot mata masih tajam, ekspresinya benar-benar datar tanpa merasa bersalah sedikitpun.
" Sekarang kamu boleh keluar, ingat hanya 3 menit ". Ujarnya memperingati dengan nada yang menyeramkan.
......................
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Darweti
Hah GEO beruang kutub
2024-10-08
0
Srimurni Nurjanah Sitorus
seharusnya CEO itu bijak jangan cuma pakai perasaan selidiki dulu latar belakang Stevani
2023-01-05
0
Tati Hartati
kbanyakn cwo lgi bucin cenderung tolol n bodoh ,, 😂😂😂😂😂😂
klo udh ketauan dtipu aja bru kejer mnyesal,,, 😤😤😪😪
mamanya kyanya udh tau ltar blkng si stevani,,😪😪
2022-12-22
1