Satu Bulan yang lalu.
Sang surya sudah mulai menampakan cahayanya, seakan sudah tak malu-malu lagi untuk memberikan kehangatan pada bumi yang dari malam disirami oleh hujan.
Seorang wanita muda berusia 29 tahun sedang duduk di teras rumah sambil menikmati hangatnya mentari dan sejuknya hembusan angin segar di pagi hari.
Hamparan rerumputan hijau yang masih basah karena hujan sedari malam menghiasi halaman rumah dan ditumbuhi berbagai macam pohon Cemara, Kamboja dan Pucuk Merah makin menambah kesegaran para penghuni rumah indah dengan Desain klasik modern itu.
" Mbak ini susunya diminum dulu, sekalian sama rotinya dimakan". Ujar wanita paruh baya yang tampak berusia sekitar 50 tahunan namun masih terlihat cantik dengan kulitnya yang putih, rambut yang hitam disanggul serta bola mata berwarna biru yang menambah kesempurnaan wajahnya.
Ibu itu keluar sambil membawa susu di tangan kanan, dan roti ditangan kirinya.
"Ya ampun ibu, nanti Shena ambil sendiri, ibu ndak perlu repot-repot begini." ucapnya dengan logat khas jawa sambil memanyunkan sedikit bibirnya.
" Wes..Ndak apa-apa moso buat anak sendiri repot, ibu ndak mau nanti cucu ibu ini kelaparan karena mamanya belum kasih dia sarapan." Bu Inggit mengelus perut buncit putrinya yang sudah menginjak usia kandungan 9 bulan.
"Makasih Bu." ucapnya sambil tersenyum manis .
Shena menerima susu pemberian ibunya dan langsung meminumnya hingga tandas. lalu meletakkan gelas itu diatas meja yang ada disampingnya. Bu Inggit tersenyum melihat putrinya yang sudah menghabiskan susu pemberiannya, beliau ikut duduk di kursi yang ada disisi lain.
" Kapan suamimu akan kembali mbak ?". tanya Bu Inggit sambil melihat kearah Shena.
" Tadi subuh mas Aryo menghubungiku, katanya bila semua urusan pekerjaannya selesai, nanti sore dia langsung pulang Bu."
Jawab Shena dengan senyum bahagia.
Rasanya shena sudah tak sabar ingin memeluk dan mencium suaminya yang sudah hampir 1 Minggu ini tidak bersama, mereka hanya bertukar kabar melalui sambungan telpon atau Vidio call saja. Dia sangat merindukan aroma tubuh suaminya karena sang suami sedang ada pekerjaan diluar Negri.
Bu Inggit yang mendengar jawaban shena hanya tersenyum dan mengangguk anggukan kepalanya.
" Eeemmm....Bagaimana kabar adikmu ?". Bu Inggit bertanya lagi dengan suara pelan seakan menahan sesuatu, tanpa melihat kearah Shena.
Shena langsung menoleh kearah Ibunya, dia tau betapa ibunya merindukan adik perempuannya yang telah lama tidak bertemu.
Setiap hari ibunya akan selalu menanyakan kabar Danira dan Shena tidak pernah keberatan untuk menjawabnya.
" Danira sehat dan baik Bu, tiga hari yang lalu saat aku menelepon kesana kata pengurus Danira sedang tidak bisa diganggu karena dia akan menghadapi ujian akhir untuk kelulusan S2 nya." Jawab Shena dengan senang dan penuh senyuman.
" Anak gadis ibu itu memang sangat pintar dan cerdas, diusianya yang baru menginjak 20 Tahun dia sudah menjadi Tahfiz Qur'an, dan sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikan Strata 2 nya." Shena bercerita dengan rasa teramat bangga pada adik semata wayangnya.
Danira memang gadis yang cerdas, saat duduk dibangku Sekolah Dasar, dia sudah menjadi Siswa Akselerasi karena kecerdasannya dia selalu mendapatkan beasiswa, memiliki daya tangkap cepat dan IQ diatas rata rata, jadi tidak heran jika dia selalu lebih unggul dan lebih cepat menyelesaikan segala pendidikannya dari pada teman teman seusianya.
"Ya...Ibu tahu dia gadis yang cerdas dan kuat, ibu sangat tahu itu, karena dia putriku". ucap Bu Inggit sambil menundukkan kepalanya, air mata sudah menetes tanpa permisi.
Shena yang melihat ibunya menangis langsung menggenggam tangan ibunya.
" Ibu jangan menangis, aku akan menghubunginya sekarang, dan kita akan mendengar suaranya ". Shena akan beranjak untuk mengambil ponselnya, dia tak ingin melihat ibunya sedih.
Bu Inggit langsung menoleh dan menggelengkan kepalanya. " Tidak nak, bukannya tadi kamu bilang kalau dia sedang tidak bisa diganggu ? biarkan dia fokus dulu untuk ujiannya." Tahan Bu Inggit, Dia tak sanggup meski hanya mendengar suara Danira.
" Aku tau ibu sangat merindukannya, jadi tidak apa-apa kalau kita menelponnya sebentar hanya untuk mendengar suaranya saja, kalau ibu belum siap bicara kepadanya tidak apa-apa, yang penting ibu sudah tahu kalau dia baik-baik saja ". kata Shena meyakinkan ibunya.
Bu Inggit menatap wajah putri sulungnya, hatinya berkecamuk antara ingin dan takut.
Dia menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyeri di dada akibat kerinduan yang terlalu dalam. Entah sampai kapan dia harus menahannya, dia sendiri pun tidak tahu jawabannya.
"Pasti dia sangat membenci Ibu, karena Ibu tak pernah sekalipun mengunjungi ataupun menelponnya walau hanya sekedar menanyakan kabarnya, sejak dia pergi dulu." keluh Bu inggit, teriakan serta tangisan Danira kecil masih terngiang-ngiang di telinganya. Bagaimana Danira memberontak ketika dibawa paksa saat dalam pangkuannya, Bu Inggit tak bisa berbuat apapun, bahkan berkata jangan pun dia tak bisa, itu semua dia lakukan demi kebaikan dan keselamatan sang putri.
" Tidak Bu, Danira tidak pernah sedikitpun membenci Ibu dan Bapak, setiap kali aku menelponnya yang pertama kali dia tanya hanya kabar ibu dan bapak, Danira sangat menyayangi Ibu. Jadi ibu tidak boleh berfikiran seperti itu". Ujarnya lagi menenangkan sang ibu.
Ibu dan bapak juga lebih menyayangi nya dari apapun di dunia ini nak, sehingga kami sanggup melepasnya jauh dari kami.
......................
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Neulis Saja
kenapa sampai dipaksa utk sekolah sekaligus mesantren what happen ?
2024-12-24
0
Annie Soe..
Wuiihhh ada misteri2 niy,
Sukaaa, lanjuutt...
2024-12-24
0
Darweti
ditarik paksa siapa penasaran ni
2024-10-06
0