Suara Adzan subuh berkumandang, para santri dan santriwati sudah berbondong-bondong menuju mesjid yang ada di pekarangan pesantren Darul Qur'an.
Mereka melakukan solat berjamaah seperti biasa, yang diimami oleh kyai Roslan.
Danira tidak ikut solat berjamaah, dia memilih dirumah saja karen tak tega meninggalkan Khalisa yang masih tertidur pulas takut tiba-tiba bayi itu terbangun.
Setelah solat Danira duduk diatas sajadahnya berzikir dan berdoa kepada Allah memohon ampunan atas segala dosa-dosa, kelapangan kubur bagi keluarganya dan petunjuk agar diberi kemudahan disegala keputusannya. Lalu dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Quran dan diakhiri dengan bersholawat kepada Rasulullah Saw.
Saat dia berbalik, Danira melihat Khalisa telah membuka matanya, mulutnya mengecap-ecap dengan menjulurkan lidah mungilnya..aahh mengemaskan sekali.
"Assalamualaikum anak Solehah bunda, udah bangun ya ". sambut Danira dengan senyuman cantik lalu mencium kening bayi cantik itu dan membacakan doa saat bangun tidur.
Alhamdulillahil adzi ahyana ba'da ma amatana wa iliahin nusyur. Artinya: “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepada Allah kami akan dibangkitkan.”
Danira selalu membiasakan Khalisa untuk mendengar doa-doa yang sederhana sejak dini, agar kelak dis terbiasa hingga dewasa.
" Haus ya sayang, tunggu sebentar ya. Bunda simpan Mukena bunda dulu, setelah ibu bunda akan buatkan susu yang hangat untuk khali". ujarnya membuka lemari di ujung tempat tidur, ingin menyimpan mukena. Tapi matanya tertuju pada kartu nama yang tergeletak di dekat lipatan baju-baju.
" Sarah Zahara " . Nama yang tertera di kartu.
Danira mematung sejenak, sambil memegang kartu nama itu, pikirannya kembali mengingat isi surat dari sang ayah. Danira bingung apa yang harus dia lakukan, menimbang-nimbang haruskah dia menghubungi Sarah, atau.....
Suara tangisan Khalisa menyadarkan Danira dari lamunannya.
" Iya sayang, maaf kan bunda ya nak. bunda lupa kalau kamu sudah lapar." Danira bergegas memakai cadarnya, dan ke dapur membuat susu untuk Khalisa.
Danira menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa, dan diiringi suara salam.
" Assalamualaikum". salam Umi yang baru saja tiba dari mesjid.
" Kamu kenapa nak? kenapa Khalisa menangis menjerit seperti itu." Suara tangisan Khalisa terdengar sampai lantai bawah, membuat umi panik.
" Waallaikumsalam umi, ini Danira mau buat susu Khalisa dia nangis karena lapar ". jelas Danira sambil tangannya membuatkan susu.
" Oh...!! ya udah umi keatas dulu kasihan Khalisa sendirian nangis gitu". Umi berjalan perlahan naik tangga menuju kamar Danira.
Setelah selesai Danira langsung berlalu, menyusul umi yang sudah mendahuluinya tadi. Danira masuk, melihat Khalisa sudah diam dalam gendongan umi, Danira memberikan botol susu pada umi Siti.
"Eemmm...umi" ?
Danira duduk ditepi ranjang menunduk sambil meremas-remas jemarinya. Apakah dia meminta saran pada umi saja, pikir Danira.
Umi Siti yang melihat kegelisahan Danira, mengerti pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran putrinya.
" Ada apa Nak? Kenapa kamu gelisah seperti itu ?".
" Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?." tanya umi Siti, sambil bergoyang-goyang menggendong Khalisa.
"Umi, sebenernya....!!" Danira menceritakan prihal surat yang diberikan Sarah sekitar 2 bulan yang lalu.
"Jadi aku harus bagaimana umi, aku benar- benar bingung". ujarnya dengan nada pelan.
Umi membaringkan Khalisa yang sudah tertidur lagi, dan duduk disamping Danira.
" Umi paham akan kegundahanmu nak, tapi umi dan juga Abah tidak bisa memberikan saran apapun. Semua tergantung dirimu sendiri, karena ini menyangkut keluargamu. Usiamu sekarang sudah cukup untuk bisa mengambil keputusan sendiri. Tentukan mana yang baik menurutmu, dan minta petunjuk dari Allah SWT, karena hanya DIA lah yang maha menentukan yang terbaik bagi Hambanya. Umi dan Abah akan selalu meridhoi dan mendukung apapun keputusanmu nak." jelas umi Siti sambil mengelus lembut kepala Danira, gadis yang sudah anggap seperti anak sendiri.
Danira menatap umi, dan menggenggam tangan umi Siti mata indahnya sudah berkaca-kaca.
"Terima kasih Umi, terima kasih banyak karena umi dan Abah sudah sangat menyayangiku. Semoga Allah SWT menjaga dan memanjangkan umur umi dan Abah". doanya tulus dengan air mata.
"Aamiin ".
Umi memeluk Danira dengan rasa sayang.
...****************...
Pagi-pagi sekali Mansion keluarga Pradiksa sudah dihebohkan dengan dentuman musik yang sangat keras. Seluruh pelayan yang ada di mansion dipaksa berbaris oleh Nyonya besar. Ada sang koki yang memegang spatula, ada pelayan yang memegang kemoceng, ada juga yang memegang sapu, kain pel dan tukang kebun pun turut sambil membawa sapu lidi dan lainnya. Mereka diharuskan mengikuti gerakan yang ada di layar televisi yang berukuran besar itu. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Nyonya Calina, sang mami Bar-bar.
"Ayo semuanya semangat dong, gerakannya gini loh bik ". Nyonya Calina memutar pinggulnya memperagakan gerakan yang menurutnya benar kepada kepala pelayan.
"Ah kau ini, pantas saja masakanmu sekarang kurang enak !! kau kurang lincah dalam bergoyang." Tegurnya pada sang koki laki-laki.
" Mang Ujang, gerakkannya tidak begitu. Gerakkannya harus mengikuti seperti Lisa." menegur tukang kebun yang berjoget versi bang jali.
"Haduhhh...apa pekerjaan mencuci membuatmu menjadi jompo ??" Tegurnya juga pada pelayan yang menari bak robot. Sangat tegang.
Semua Nya hanya diam, mengikuti apa saja keinginan sang nyonya besar. Bila mereka membantah maka akan diomeli 7 hari, 7 malam, melewati 9 tikungan dan tanjakan.
Nyonya Calina sedang menyukai KPop jadi jangan aneh, bila setiap pagi para pelayan akan dipaksa untuk mengikuti perintahnya.
"Oke semuanya...ayo bergoyangggggggg". teriaknya kencang mengalahkan suara sound system.
"Uhuk...Uhukk...Uhukk ". Batuknya karena terlalu kencang berteriak.
Gavino yang baru saja tiba, menautkan kedua alisnya, melihat pemandangan yang tak biasa.
Gavino turun dari mobil Rolls Royce mewahnya, berjalan masuk dengan kaki jenjang yang dihiasi dengan sepatu mengkilap yang mahal tentunya. Gavino melihat sang mami sedang bergoyang dengan asik.
Para pelayan yang melihat kehadiran Tuan muda, segera melipir dari tempat itu, mereka sangat tau bila tuan muda ini paling berbeda dari anak-anak Nyonya Calina yang lain. Nyonya besar itu tak menyadari kalau sang putra sudah berdiri tepat dibelakangnya, dia masih saja sibuk bergoyang mengikuti tarian Lisa Black Pink dengan lagu yang berjudul La-Lisa.
Gavino mengambil remote yang ada di sofa, dan langsung mematikan televisi yang berukuran 50 inch itu. Seketika Lisa menghilang berganti dengan bayangannya disana.
"Siapa yang berani mematikan musikku ". Teriaknya sambil berbalik badan.
Nyonya Calina terkejut melihat Gavino sudah ada dibelakangnya, dan puluhan pelayan tadi sudah menghilang entah kemana.
"Aahh...!! dasar para pelayan tidak setia kawan, malah meninggalkan aku sendiri disini." gumamnya bersungut-sungut.
Gavino masih diam ditempat, mengamati pakaian yang dikenakan ibunya. Bando kuping berwana pink bertengger di kepala, Baju manset hitam didalam dan Tank Top bra pink di bagian luar. Rok mini sepaha berwarna Pink dan legging berwarna hitam begitu juga dengan kaos kaki dan sepatu sport berwarna yang sama.
Benar-benar membuat Gavino sakit mata.
"Mami..., apa-apaan ini".
" Mengapa mami bergoyang-goyang tidak jelas, apa lagi didepan para pelayan seperti tadi". Cecar Gavino kesal pada ibunya.
"Dan juga...pakaian mami !! Astaga, apa mami tidak malu". Omelnya lagi masih tidak mengerti dengan perilaku ibunya.
Yang diomeli malah asik berjalan menuju meja makan, mengambil gelas dan minum dengan santai tak memperdulikan Omelan Gavino.
"Aaahhhhh....segarnya ". ucap Nyonya Calina.
"Apa kau pulang hanya ingin mengomeli mami-mu saja ?" tanyanya sambil mencebikkan bibir yang diolesi lipstik warna pink fanta mengkilap.
" Mi, berhentilah bersikap seperti ini. Ingat usiamu, apa kau tidak tak....." ucapan Gavino terpotong.
"Heii..anak capung, beraninya kau mengatai mami-mu, haa??"
" Mau mami kutuk kamu jadi makin ganteng apa ?". Kesalnya memotong ucapan Gavino.
"Hhaaahhhh..!!". Gavino menghela nafas kesal.
Gavino berjalan mendekati tempat ibunya duduk, dia datang bermaksud ingin membicarakan seperti saran Doni tempo hari.
Tapi belum sempat Mulutnya berbuka, dari depan samar-samar terdengar suara seseorang.
" Selamat pagi ".
......................
...Bersambung.......
Assalamualaikum kakak-kakak Semua 😍
Terima kasih karena sudah meluangkan waktunya untuk mampir melihat karyaku🙏
Mohon tinggalkan cintanya buat Author dong, dalam bentuk Like & Komentarnya.
Supaya Author makin semangat buat ceritanya...💪
See you
Saranghae❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Darweti
ya sangat baik lanjut kan /Scowl//Drool/
2024-10-08
0
Mila Lasya
ngakak baca nya sembari ngebayangin c mami
2023-02-10
1
Aufa Aqli,.😍
suka dgn karakter mami nya gevano
2022-11-29
1