Derap langkah menggema memenuhi lorong rumah sakit yang terlihat lengang, berhasil mencuri perhatian beberapa petugas yang mendapat jadwal Shift malam.
" Suster, Dokter, siapa pun yang ada tolong...tolong teman saya dia akan melahirkan." teriak Sofia khawatir dan panik.
Melihat itu petugas yang masih berjaga dengan cepat menghampiri sambil mendorong Brankar dan dengan sigap mengambil alih Shena dari gendongan David dan meletakkannya di atas Brankar.
Para petugas bergegas membawa Shena kedalam ruang UGD untuk segera memeriksa kondisi pasien.
Pasangan suami itu mengekori dari belakang.
"Maaf Bapak dan Ibu tidak bisa masuk, mohon tunggu diruang tunggu saja ya." ucap seorang suster dengan lembut pada mereka.
David dan Sofia hanya menganggukkan kepala mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Sofia terus saja mondar-mandir didepan pintu UGD tempat Shena sedang diperiksa, suara jeritan Shena dari dalam makin membuat perasaan Sofia tidak karuan, dia sangat cemas, apalagi mengingat wajah Shena yang sangat pucat, sembab dan kesakitan membuatnya makin gelisah. David yang melihat istrinya seperti itu segera menarik tubuh istrinya dan mengajaknya duduk di kursi yang sudah tersedia disana.
" Sayang, tenanglah semua pasti akan baik-baik saja. Yang terpenting sekarang kita harus banyak-banyak berdoa." ucap David sambil memeluk istrinya.
Tak berapa lama, pintu UGD terbuka, keluarlah seorang Wanita usianya sekitar 35 tahun menggunakan Blazer warna putih, dan terdapat Name Tag yang bertulis Dr. Susi Margareta. Wanita itu menghampiri pasangan suami istri itu. Melihat dokter mendekat mereka dengan refleks berdiri.
" Apakah kalian keluarga pasien yang bernama Shena ?". Tanya Dokter Susi.
" Iya,..saya temannya dok." jawab Sofia dengan wajah cemas.
"Apakah ada suami, atau keluarga pasien?". tanyanya lagi mencari.
David dan Sofia saling berpandangan.
" Kami tidak tahu suaminya dimana dok, dan untuk keluarga mereka sedang berhalangan datang". Jawab Sofia jujur.
Dokter itu memperhatikan pasangan yang ada di hadapannya secara bergantian.
" Baiklah jika keluarga pasien tidak ada, bersediakah kalian ikut keruangan saya.?". tanya dokter Susi memastikan.
" Bisa dok." Jawab Sofia cepat, dan diikuti anggukan oleh David.
" Mari ikut saya." Ujar dokter itu, berjalan mendahului David dan Sofia.
Aroma Obat-obatan dan Desinfektan menyeruak menusuk Indra penciuman mereka, rasa tak nyaman mulai menggelayuti perasaan Sofia. Dia terus menggenggam erat tangan sang suami, mencoba untuk menenangkan perasaannya.
Dan disinilah mereka sekarang, di ruangan yang tidak terlalu besar, mereka duduk berhadapan dengan dokter yang hanya terhalang meja dengan tumpukan kertas disana.
" Kami sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk ibu Shena seperti USG dan lainnya, seperti yang kita tahu bahwa kandungannya belum cukup matang untuk melahirkan, usia kelahiran yang tepat ialah 37 - 49 Minggu. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada beliau mengingat kandungan Bu Shena sudah tidak baik-baik saja. Air ketubannya sudah pecah, detak jantung bayi didalam sudah sangat melemah, belum lagi kondisi sang ibu yang sangat memprihatikan. Sepertinya pasien baru saja mengalami kekerasaan fisik, karena ada bekas memar yang tampak sangat jelas di bagian perut dan luka sobekan yang cukup dalam di lengan beliau." Jelas Dokter Susi secara detail dengan raut wajah serius.
Suami istri itu hanya diam, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh dokter yang ada didepan mereka ini. Entah apa yang ada dipikiran mereka sekarang, hanya mereka lah yang tau, yang jelas mereka ingin keduanya bisa diselamatkan.
" Jadi karena tidak ada pihak dari keluarga pasien yang ada, maka saya minta persetujuan kalian saja sebagai kerabat yang ada disini untuk menandatangani surat ini." ujar dokter Susi lagi sambil memberikan kertas yang sudah bertabur tinta-tinta yang rapi.
" Silahkan dibaca terlebih dahulu, apabila setuju harap berikan tanda tangan anda disini, karena kami harus segera melakukan tindakan bila telat sedikit saja, mungkin akan berakibat fatal bagi keduanya." ucapnya lagi.
David memberikan surat itu kepada Sofia, biar istrinya yang mengambil keputusan. Setelah Sofia membaca semua yang tertulis disana dia melihat kearah suaminya meminta pendapat. David hanya memejamkan matanya sekilas sambil terus menggenggam tangan istrinya.
Sofia langsung membubuhi kertas itu dengan coretan tintanya dan menyerahkan lagi kepada dokter Susi.
"Saya mohon lakukan yang terbaik dok, selamatkan mereka." mohon Sofia sambil mengatupkan kedua telapak tangannya.
"Kami akan melakukan semaksimal mungkin, saya hanya mohon doanya semoga semuanya lancar atas izin Allah." Jawab dokter Susi sambil berlalu pergi.
David dan Sofia sudah berdiri didepan ruang operasi, menunggu dengan harap-harap cemas.
Tiba- tiba pintu ruangan itu terbuka, keluar seorang suster menghampiri mereka.
" Apakah nyonya yang bernama Sofia ?. Tanya perawat ramah.
" Iya, saya Sofia, ada apa bukannya operasinya belum dilakukan ?". balas Sofia lagi pada perawat itu.
" Pasien ingin bertemu dengan anda, beliau ingin menyampaikan sesuatu, katanya penting." ujar perawat lagi pada Sofia.
Dengan langkah perlahan Sofia memasuki ruang operasi, dia telah menggunakan baju steril khusus dan penutup rambut. Sofia dapat melihat Shena terbaring lemah diatas Meja bedah karena sudah diberikan suntikan Anestesi agar saat proses operasi Caesar berlangsung Shena tidak merasakan nyeri dan sakit. Shena yang melihat Sofia datang langsung menyambutnya dengan senyuman terbaiknya walau terlihat dipaksakan, lalu menggenggam tangan Sofia.
" Sof,.!! bolehkan aku meminta pertolongan lagi." Tanya Shena langsung to the poin.
Sofia masih diam ditempatnya masih terus menggenggam tangan Shena. Memandang wajah sembab wanita itu dengan penuh rasa kasihan dan prihatin.
" Apapun yang terjadi kepadaku nanti, aku mohon tolong jaga bayiku sampai Dia datang dan serahkan anakku nanti kepada Danira adikku." Ucapnya lagi penuh harap.
Shena mengeluarkan sebuah kalung dan selembar foto wanita bercadar dengan manik mata yang sangat indah dari bawah bantalnya.
Sofia hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan permintaan Shena, dengan mata sudah memerah menahan tangisnya.
"Kamu akan baik-baik saja, kamu akan segera menggendong bayimu, percayalah." ucap Sofie dengan serak meyakinkan Shena.
Shena hanya tersenyum tapi matanya menitikkan air mata.
"Tolong sampaikan terima kasihku kepada suamimu, Maafkan aku, mungkin aku tidak bisa membalas semua kebaikan yang kalian lakukan kepadaku. Tapi aku akan berdoa semoga semua kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT." Ujarnya lagi dengan penuh perasaan.
"Sudah tidak perlu begitu, aku dan David ikhlas membantu, sekarang kamu harus fokus dengan operasi ini, karena sebentar lagi kamu akan bertemu dengan bayi yang menggemaskan." Jawab Sofia mengalihkan pembicaraan mereka.
Sofia tidak mau menangis dihadapan Shena, karena dia tau wanita ini telah mengalami banyak kejadian mengerikan malam ini.
...****************...
Sofia keluar dari ruangan dan duduk disamping suaminya. Menumpahkan semua tangisan sedari tadi dia tahan, memeluk suaminya dengan erat, David membalas pelukan itu sambil mengelus rambut istrinya dengan penuh perasaan, menyalurkan rasa bermaksud menenangkan.
1 Jam berlalu, Waktu sudah menunjukkan pukul 03.15 dini hari. Terlihat lampu ruang operasi sudah dimatikan menandakan bahwa operasi telah selesai.
Pintu ruangan itu terbuka lebar telah keluar beberapa suster dan perawat. Disusul seorang dokter yang keluar masih menggunakan Scrub Suits atau seragam ruang operasi.
Dengan wajah letih dan sedih dokter itu menghampiri mereka.
" Kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Maaf kami tidak bisa menyelamatkannya karena Pendarahan yang tiada henti ditambah robekan rahim sepertinya akibat benturan benda-benda keras yang menghantam perut nona Shena." ujar dokter itu lagi memberikan penjelasan.
" Sekali lagi, kami mohon maaf dan turut berduka cita." ucapnya lagi sambil berlalu pergi.
Kedua pasangan suami istri itu masih mematung ditempat, seakan mendapatkan Sambaran petir ditengah malam, kabar yang baru saja mereka terima sangatlah menyesakkan.
Tubuh Sofia makin bergetar dalam pelukan David tangisnya pecah mengingat semua permintaan terakhir Shena.
" Kita sudah melakukan yang terbaik, semua sudah kehendak yang Kuasa, kita hanya bisa berpasrah dan menerima takdir." ucap David sambil mengeratkan pelukannya.
......................
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Neulis Saja
kenapa belum juga ketahuan siapa yg membunuh keluarga Shena dan anaknya kenapa minitipkannya kpd adiknya kenapa tdk kepada suaminya ?
2024-12-24
0
Darweti
Ya Allah kenapa Shena diberlakukan seperti itu siapa yang melakukan
2024-10-06
0
H@£w∆ ©
Koreksi, mungkin usia 37-40 minggu ya bukan 49 minggu 😊
2023-02-12
1