Kepala pelayan bernama Bik Sri menghampiri Tuan muda dan Nyonya Besarnya. Bik Sri berdiri sekitar 1 meter dari majikannya, dan memegang kedua tangannya lalu sedikit membungkukkan badan.
" Maaf Tuan, Nyonya, didepan ada tamu ".
"Siapa Bik ." tanya Nyonya Calina tanpa melihat bik Sri.
" Nona Stevani, Nyonya".
Mata Nyonya Calina langsung memicing, melihat Gavino tajam. Gavino yang tau ibunya marah hanya diam dengan muka datarnya seperti biasa.
" Oke !! makasih Bik, suruh saja dia masuk ".
" Kau...!! Dasar anak kutu kupret. Kenapa kau membawanya kesini hhmm". Geram nyonya calina.
Gavino tetap diam, tidak menjawab.
Tak lama, tamu itupun masuk. Berjalan berlenggak - lenggok bak model, menggunakan Dress berwarna Maroon dengan lengan panjang sampai siku dan selutut. Rambut panjang bergelombang sepunggung berwarna kuning kecoklatan. dipadu dengan Hills Hitam. Tangan kiri memegang Tas Branded merk Hermes keluaran terbaru, dan tangan kanan memegang beberapa paper bag. Sangat sesuai dengan warna kulit putih bersihnya, Cantik sekali.
"Selamat Pagi semuanya ". Suara serak-serak basah datang menyapa.
Nyonya Calina masih memandang sinis anaknya, lalu beranjak menghampiri tamu.
Gavino yang melihat ibunya bejalan mendekat dengan kekasihnya, dia buru-buru menghampiri juga. Gavino takut ibunya membuat kegaduhan lagi seperti yang sudah-sudah.
Salah satunya saat mereka makan malam bersama di sebuah restoran ternama. Maminya yang sedang menguyah makanan dengan sengaja bersin tepat di wajah Stevani. Alhasil wajah Stevani basah terkena makanan dari mulut sang mami, untung saja mereka di ruangan VIP jadi tidak ada yang melihat kejadian itu.
"Eehh ada wanita jad...." Ucapan Nyonya Calina dipotong oleh suara Gavino.
" Mami ". Gavino memperingati maminya dengan pelototan.
"Ya...ya..ya.. kau galak sekali !! Nanti matamu bisa keluar kalau seperti itu ".
Gavino memutar bola malas, menahan kesal.
" Kau sudah kembali sayang ". Gavino melihat wajah Stevani tanpa ekspresi.
Saat mereka bertemu di Amerika, Stevani memilih tinggal dengan alasan masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Jadi Gavino memutuskan untuk pulang lebih awal.
Nyonya Calina yang mendengar panggilan 'sayang ' memajukan bibirnya mengejek.
" Iya, pesawatku baru saja mendarat pagi tadi. Jadi ku pikir alangkah lebih baik jika aku langsung datang menyapa mami mu terlebih dahulu". ujarnya lembut sambil tersenyum manis melihat kearah Nyonya Calina.
" Mami, apa kabar ? Ini aku bawain oleh-oleh khusus buat mami ". unjuk nya pada Nyonya Calina sambil menyerahkan paper bag di tangannya.
Seketika nyonya wajah Nyonya Calina berubah jail.
" Aahhh Wanita ja.., maksudnya Vani, terima kasih ".
" Aduh kamu baik sekali, jauh disana saja kamu masih sempat-sempatnya mengingat oleh- untuk Tante. Tapi lebih baik panggilannya jangan mami ya sayang, kita belum seakrab itu, kan Tante sudah sering ingetin kamu dari dulu." Nyonya Calina tersenyum menghampiri dan memeluk Stevani dengan erat sambil menggesek-gesekkan kan tubuh basah karena keringatnya lalu mencium wajah Stevani.
" Tante Ambil ya oleh-oleh dari kamu, Pasti ini belinya pakai uang Gavino kan."
Stevani hanya bisa menutupi kekesalan nya dengan tersenyum manis. Pakaiannya jadi basah bau keringat dan riasan diwajahnya jadi berantakan terkena lipstik akibat ulah mami Gavino dengan sengaja menciumnya.
"Mami...!!".
" Apa-apa sih, lihat karena kelakuan mami wajah Stevani jadi berantakan begini". Geram Gavino, dia mulai emosi menghadapi tingkah maminya.
" Ya ampun Vani, maafkan Tante ya, tapi kamu beruntung loh lipstik mahal Tante mendarat di wajah kamu. Belum pernah ada yang Tante cium sampai seperti ini, ini hanya sebagai tanda kalau tante senang kamu
kesini." Padahal didalam hati Ny. Calina ingin muntah dengan kata-kata nya sendiri.
" Honey aku tidak apa-apa kok. mungkin ini bentuk sayang Tante Calina sama aku !! ya kan Tante." ujarnya sambil terus mempertahankan senyum di bibir sexy nya.
Nyonya Calina adalah tipe orang yang tidak suka basa-basi. Dia selalu mengatakan apa yang ada didalam pikirannya. Bila dia tidak menyukai orang itu maka dia akan menunjukkannya tanpa peduli apapun.
Bi Sri menghampiri mereka bertiga yang masih asik berdiri di ruang keluarga.
" Maaf Nyonya, sarapannya sudah siap ".
" Oke bi ". jawab Nyonya Calina singkat, sambil melenggang pergi meninggalkan Gavino dan Stevani begitu saja.
Tangan Gavino sudah mengepal, matanya memerah menahan emosi yang sudah membuncah. Dia benar-benar tidak habis pikir mengapa ibunya bisa seperti itu kepada Stevani.
" Van,...ayo aku antar kamu pulang saja ". Suara bariton itu sedikit meninggi karena emosi.
Stevani memegang lengan kekar milik Gavino.
" Tidak Honey, lagi pula aku sudah disini. Lebih baik kita sarapan bersama mami mu, Kasihan dia jika harus makan sendirian". jawabnya tanpa rasa malu, menarik tangan Gavino.
" Tapi, aku tidak mau mami membuat ulah lagi kepadamu". Gavino menggenggam tangan Stevani dengan menatap manik mata wanitanya.
" Aku tidak apa-apa, mungkin dengan begini mami mu akan terbiasa dengan kehadiranku. lalu dia mau menerima hubungan kita." ucap Stevani lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.
Mereka berdua berjalan bergandengan menuju meja makan, disana sudah tersedia beberapa menu pilihan sarapan. Ada Bubur Ayam, Sandwich, Nasi Goreng, dan Roti bakar. Dan Juga sudah ada Susu, Kopi dan Teh. Disisi kiri ruangan sudah ada kepala pelayan dan 2 orang pelayan wanita lainnya yang siap membantu majikan untuk mengambilkan makan.
Nyonya Calina yang melihat mereka datang hanya mendengus sebal.
" Silahkan Tuan muda dan Nona Stevani, anda ingin sarapan yang mana". tanya Bi Sri kepada pasangan itu.
" Ambilkan saya Kopi dan Sandwich saja ". ujar Gavino datar.
"Saya mau Teh sama roti bakar saja ". susul Stevani.
" Baik ". Kedua pelayan wanita bergegas menyiapkan yang diminta majikannya.
Nyonya Calina dengan santai memakan nasi goreng di kursi ujung, berhadapan dengan putranya.
" Apa mami tidak membersihkan badan mami dulu sebelum sarapan ?". tanya Gavino,
tingkah sang ibu benar-benar membuatnya pusing, bagaimana tidak, badan maminya benar-benar basah akibat keringat, dan dengan asiknya dia makan nasi goreng dalam keadaan seperti itu.
" Kenapa memangnya ?, keringat ini bukti kalau mami berhasil membuang kalori ". jawabnya ketus sambil terus mengunyah nasi goreng di mulutnya.
" Mi, telan dulu baru bicara".
" Kamu bertanya, yah mami jawab. Terus salahnya mami dimana Gavino." Nyonya Calina tak mau kalah.
"Ahh..bicara dengan mu membuat nafsu makan mami hilang saja". ujarnya kesal, sambil terus memasukkan makanan itu ke mulutnya yang sudah habis 2 piring.
Stevani yang duduk antara mereka hanya diam mendengarkan perdebatan ibu dan anak itu. Sambil membersihkan bekas lipstik diwajahnya dengan tisu.
Gavino memilih diam, menyesap kopi yang ada dihadapannya.
" Apa yang kau lakukan di Amerika "?.
Stevani yang mendapatkan pertanyaan secara tiba-tiba itu berhenti sejenak dari kegiatannya.
"Aku sedang menggarap beberapa bisnis disana Tante." jawabnya gugup sambil tersenyum tipis.
" Bisnis Seperti apa ?"
" Bisnis kosmetik dan juga Fashion". jawabnya lembut.
Nyonya Calina hanya mengangguk - anggukan kepalanya.
" Bagaimana kabar orang tuamu ? Kapan kamu ingin memperkenalkan Gavino pada ayahmu? ".
" Apa dia masih diluar negeri?" cecar Nyonya Calina lagi tanpa jeda.
Gavino mendengar pertanyaan sang mami, langsung melihat kekasihnya. Menunggu jawaban dari wanita itu.
Stevani yang mendapat serangan pertanyaan itu, makin gugup namun dengan cepat dia menguasainya dan tersenyum lagi.
"Kabar papa baik Tante, aku sudah berbicara dengan papa kalau aku ingin segera mempertemukannya dengan Gavino. Papa akan berusaha mencari waktu yang tepat untuk segera kembali kesini, karena beliau benar-benar sibuk." jelasnya mencoba meyakinkan.
" Wahhh sayang sekali ya Gavino, sudah berpacaran selama ini tapi belum pernah bertemu juga dengan 'Calon Mertua Idaman' nya." sindir Nyonya Calina langsung pada Gavino dengan nada tekanan dan tatapan mengejek.
Gavino yang tau sindiran itu untuknya, tetap diam dengan wajah dingin dan sorot mata tajam melihat Stevani. Mereka sudah menjalin hubungan hampir 7 tahun, tapi hingga detik ini pun dia belum pernah sekalipun bertemu atau bertegur sapa dengan Ayah kekasihnya.
Untuk ibu, Stevani mengatakan kalau ibunya telah lama meninggal saat Stevani masih kecil. Stevani selalu berasalan bahwa sang ayah sibuk dan tidak stay di satu tempat selalu berpindah-pindah karena pekerjaannya yang padat. Gavino menerima alasan itu dengan lapang dada, dia sangat mempercayai Stevani.
Gavino berdiri dari duduknya, dan berpamitan pada Nyonya Calina.
"Mi, aku berangkat kekantor sekarang. Ayo Van".
"Saya pamit pulang dulu mam..eehh tante". ucap Stevani yang sudah ditarik oleh Gavino.
Nyonya Calina hanya diam tak menyahut, dia juga berdiri dan melenggang pergi menuju kamarnya.
"Bik...!! gelas yang bekas wanita itu langsung buang ya." Teriaknya pada bik Sri, yang masih bisa didengar oleh Stevani.
......................
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Annie Soe..
Keknya stevani cewek ga benar d,
banyak yg di sembunyikan.
Pacaran sm gavin 7 thn tp blom pernah di ketemuin sm bpknya stevi..
2024-12-25
0
Darweti
Tapi penasaran kenapa ibu Gavino berkata begitu sebenarnya yang tak setuju siapa
2024-10-08
0
Yanti dian Nurhasyanti
tapi penasaran juga y...kenapa mami g setuju sama stevi🤔
2023-02-17
1