...♥️♥️Hallo.. Hallo.. Guys.. !!! Salam sehat dimanapun kalian berada.. !!!♥️♥️...
...🌹🌹Mari kita lanjut baca cerita ini yah, Kakak, Mas, Ibu-ibu dan Bapak-bapak semuanya. Kalau suka dilanjutkan yah. Jangan lupa Like, Vote, Komentar, Favorite juga biar engga ketinggalan Upnya, boleh kalau ada hadiah ☕♥️🌹 dan hadiah tips lainnya. Terima kasih.🌹🌹...
🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Di kediaman keluarga Sofyan Maha Putra.
Sebastian Maha Putra sedang meneguk segelas anggur merah di kamarnya. Dia saat ini sedang menyesali, semua perbuatan yang baru semalam dia lakukan pada gadis yang dia kagumi selama ini.
"Breng sek.. bede bah.. kenapa kau rusak gadis itu SEBASTIAN MAHA PUTRA...!" Maki Sebastian pada dirinya sendiri, lalu dia melempar gelas ditangannya ke tembok.
"Praaaank.." Bunyi gelas pecah.
"Ha.. ha.. ha.. tapi memang itu yang harus aku lakukan! Apa yang aku lakukan sudah benar. Aku tidak akan melepaskan gadis itu, dia milikku hanya milikku." Sebastian tertawa puas dengan menyatakan gadis itu adalah miliknya.
Dengan tersenyum menyeringai diapun langsung menenggak kembali, anggur merah itu dari botolnya.
"LAURA CASANDRA.. AKU MENCINTAIMU..."
♥️Flash Back On.♥️
"Door.. door.. door.." Teresia menggedor pintu kamar Sebastian dengan kesal.
"Sebastian Maha Putra.. Sebastian Maha Putra.. lekas keluar kamu! Jangan pura-pura beralasan mengantuk atau kelelahan akibat bekerja. Kali ini Mama tidak mau kamu menolak lagi perjodohan dengan wanita pilihan Mama dan Papa. Kalau kamu masih tidak mau keluar, jangan harap Papa dan Ma.."
"Jeglek.." Bunyi pintu kamar dibuka oleh Sebastian.
"Kenapa sih Mah? Berisik sekalih! Pusing kuping ini dengarnya Mah." Ucapan Sebastian menghentikan kata-kata Mama Teresia yang sedang mengomel.
"Kenapa jadi kuping yang pusing, hah..? Dimana-mana itu kepala yang pusing, Sebastian!"
"He.. he.. he.. sengaja Mah, biar mulut Mama engga nyerocos terus kayak petasan."
"Dasar anak kurang di ajar, anak tidak tahu aturan, bisa-bisanya mengatai Mama kayak petasan, hah.. ! Sini kuping kamu, Mama jewer sekalian."
"Aaawww.. sakit Mah! Ampun.. ampun deh, Mah." Pekik Sebastian mengaduh sakit, saat kupingnya dijewer Mama Teresia.
"Rasakan.. akibatnya, kalau anak durhaka seperti kamu. Ha.. ha.. ha.. biar putus sekalian!"
"Aiishh.. kejam banget jadi orang tua!"
"Biar saja kejam, kalau tidak kejam kamu jadi anak yang pembangkang terus. Ayo cepat mandi, langsung berpakaian rapi dan kita akan segera berangkat pukul tujuh malam ini."
"Kalau aku tidak mau, bagaimana Mah?"
"Tidak ada alasan lagi, Mama dan Papa sudah lelah menghadapi kamu yang selalu banyak alasan untuk mengelak. Ingat.. usia kamu sudah menginjak 30 tahun, usia yang cukup matang untuk menikah. Camkan itu!"
"Baru 29 tahun Mah, belum 30 tahun! Masih kurang enam bulan lagi ulang tahunku." Bantah Sebastian, tersenyum miring.
"Aiish.. apa bedanya? Toh hanya hitungan bulan, bisa saja kamu ngelesnya kayak bajaj."
"Terserah Mama saja deh, he.. he.. he.."
"Apa kata kamu, hah.. ?" Tanya Mama membelalakan matanya kearah wajah tampan Sebastian.
"Iya.. iya.. aku akan mandi sekarang... ! He.. he.. he.."
"Awas kalau kamu kabur lagi! Kali ini, kalau sampai kamu kabur lagi, Mama dan Papa tidak segan-segan untuk mencoret nama kamu dari ahli waris. Ingat itu baik-baik!" Ancam Teresia sebagai gertakan, karena bagaimanapun Sebastian adalah anak kesayangan sang Mama.
Kemudian Teresiapun meninggalkan Sebastian untuk menemui suaminya Sofyan Maha Putra.
"Huuh.. bawel sekalih punya Mama yang satu ini, beraninya mengancam terus anaknya. Memangnya harus apa, dijodohkan dengan wanita sederajat lah, kalangan bisnis lah, wanita berkelas lah dan bla... bla.. bla.." Umpat Sebastian kesal.
Sebastianpun menutup pintu kamarnya kembali, lalu pergi mandi dengan cepat.
Sebastian mematut dirinya di depan cermin, dengan pakaian yang stylish dengan jas mahalnya, celana berwarna hitam yang elegant dan sepatu pantofelnya yang mahal pula.
Terlintas wajah Laura Casandra dipikirannya meski sekilas, diapun tersenyum saat memikirkan hal itu.
"Gadis itu selalu menghantuiku! Kenapa aku tidak bisa melupakan senyuman manisnya, wajah cantiknya dan sikap ramahnya kepada semua orang?" Ucap Sebastian dalam gumaman, lalu diapun mengulum senyum.
Sebastian menghampiri Mama dan Papa di ruang keluarga. Dia berjalan gontai, seakan dirinya ingin menghentikan waktu saat ini juga, ataupun menghilang sementara waktu dari situasi saat ini.
Namun, untuk saat ini dirinya tidak mampu melakukannya, karena ancaman dari Mama dan Papa sekarang ini sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
"Hai.. sayang, Sebastian Maha Putra. Ini baru putra kesayangan Mama, ayo sekarang juga kita berangkat."
"Mah, David dan Jenifer kemana? Memangnya, mereka tidak ikut mengunjungi calon istriku?"
"Tidak, mereka malas katanya. Sudah bosan untuk yang kesekian kalinya, kamu selalu mangkir setiap akan melamar gadis pilihan Papa dan Mama."
"Ooh.. bagus deh, engga perlu banyak orang juga. Lagi pula ini belum tentu berhasil, kita lihat saja nanti!" Sebastian berguman pelan, namun Teresia mendengarnya karena posisi mereka yang berdekatan.
"Apa kamu bilang hah..? Belum tentu berhasil? Apanya yang belum tentu berhasil?" Tanya Teresia memastikan dirinya tidak salah mendengar.
"Engga Mah, aku engga ngomong gitu sih. Mama salah dengar tuh." Elak Sebastian dengan wajah datar tanpa berdosa.
"Awas saja, kalau kamu macam-macam dan mengacaukan lamaran lagi kali ini." Ancam Teresia menatap sengit anaknya.
"Ha.. ha.. ha.. Pah, ayo kita jadi pergi atau tidak?" Sebastian tertawa dengan ancaman dan tatapan Mamanya, lalu memalingkan wajahnya kearah Papa Sofyan seraya bertanya.
"Jadi dong, ayo Mah.. jangan ngomel terus, anakmu itu semakin dimarahi semakin menjadi nakalnya." Ujar Papa Sofyan menenangkan.
"Aiish.. anak dan Papa sama saja sifatnya, sama-sama keras kepala." Decak Teresia menggelengkan kepalanya heran.
"Ha.. ha.. ha.." Tawa Papa dan Sebastian.
Akhirnya merekapun pergi menuju kediaman keluarga Samudra Casandra, untuk melamar putri semata wayangnya yang baru saja menyelesaikan studynya di Amerika.
Tidak butuh waktu lama, Sebastian dan kedua orang tuanyapun, sudah sampai didepan gerbang yang menjulang tinggi, yang begitu kuat dan megah.
Setelah satpam rumahnya membukakan pagar otomatisnya, supir pribadi keluarga Sofyanpun memasuki halaman parkir rumah keluarga Samudra Casandra.
Samudra Casandra bersama istrinya Maya Frisila dan anak gadisnya Calista Casandra, sudah menunggu kedatangan mereka di depan rumahnya.
"Hallo.. selamat datang calon besan dan menantu." Ucap Samudra ramah dengan senyuman mengembang.
"Hallo juga selamat malam, maaf.. kami datang terlambat." Ucap Papa Sofyan menyesal.
"Tidak.. kalian tidak terlambat sama sekali. Ayo kita masuk kedalam." Ajak Samudra dengan ramah.
Merekapun masuk kedalam rumah Samudra, yang tidak jauh berbeda dengan rumah Sofyan.
"Jeng Teresia, itu anak kamu Jeng? Tampan sekali." Tanya Maya Frisila seraya memuji.
"Iya Jeng Maya, ini putra pertamaku namanya Sebastian Maha Putra yang akan melamar putri cantikmu itu." Ujar Teresia memperkenalkan anaknya.
"Sebastian Maha Putra! Namanya bagus dan wajahnya sangat tampan, calon menantu idaman." Puji Maya Frisila tersenyum manis.
"Ayo, kalian berkenalan dong. Biar lebih leluasa, kalian Mama beri waktu berdua. Ajak saya mengelilingi rumahmu dong Jeng Maya." Ucap Teresia kepada putranya Sebastian, lalu mengajak Maya untuk meninggalkan mereka berdua.
Papa Sofyan dan Samudrapun mengikuti istri mereka pergi.
Sebastianpun akhirnya mengulurkan tangannya kearah gadis itu, putri dari mereka.
"Salam kenal Kak Sebastian, nama aku Calista Casandra, aku putri tunggal dari Papi Samudra dan Mami Maya. Aku baru saja lulus study S1 di Amerika." Ucap Calista dengan membanggakan diri.
"Casandra? Kenapa nama belakangnya sama dengan Laura Casandra, gadis yang aku sukai?" Bathin Sebastian berucap.
"Hallo Kak.. Apa Kak Sebastian melamun?" Tanya Calista heran.
"Heem.. kamu sudah tahu nama saya, bukan? Jadi, saya sudah tidak perlu mengenalkan diri lagi." Ucap Sebastian dingin.
"Pria ini dingin banget sama aku, apa perlu aku panasi biar sikapnya lebih hangat padaku?" Niat mesum Calista dalam hatinya.
Calistapun membuka satu kancing bajunya, hingga belahan dadanya makin terekspos. Sebastianpun tidak menolak, saat jari tangan Calista menempel di bibirnya.
Dengan susah payah, Sebastian menelan salivanya. Wajahnya sudah memerah, tubuhnya tiba-tiba merasa panas saat bibir Calista melahap rakus bibir Sebastian.
Saat mereka berciuman, tiba-tiba saja wajah Laura melintas di penglihatan Sebastian. Dengan kasar, Sebastian mendorong tubuh Calista dan melepaskan pangutan bibirnya.
...♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒♥️♥️♥️...
Bagaimana cerita saya kali ini? Mohon like dan komennya yah! Boleh juga hadiahnya bagi Readers yang baik hati dan tidak sombong. Terima kasih yah, salam bahagia selalu dari Tina Rifky.♥️♥️♥️🌹🌹🍒🍒
--BERSAMBUNG--
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips juga komentarnya yah. Terima kasih.🙏🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
jngan" sebastian suka main prempuan diluar alias playboy
2022-09-18
0
Waty Saogo
w.m.,
2022-09-11
0
Setia
jika Sebastian benar2 syng terhadap laura seharusnya jangan tergoda sm cwe lain
2022-08-29
0