Anggota Tim Elang mulai mempersiapkan diri mereka masing-masing, Septian seperti biasa membawa persenjataan berat seperti machine gun, bazooka, grenade launcher, dan sebagainya. Wahyu membawa semua pistol yang memiliki kapasitas peluru banyak, karena Wahyu hanya bisa menembak dengan tepat jika dia menggunakan pistol. Dani membawa snipernya serta sekotak amunisi untuk senjatanya dan pergi ke tempat yang lebih tinggi dengan penglihatan luas, sedangkan Wahidyn sedang menyiapkan sebuah senjata seperti turret dan mengikuti Dani untuk melindunginya saat dia sedang membidik dengan snipernya.
Semua anggota Tim Elang telah menempati posisi mereka, Wahyu dan Septian di garis depan sedangkan Wahidyn dan Dani melindungi mereka dari atas dan merekapun mulai menghabisi zombie sedikit demi sedikit.
Sudah satu jam berlalu, kapal utama yang berisi semua survivor dan anggota Zombie Resistance sudah mulai menyalakan mesinnya dan berangkat meninggalkan pelabuhan. Dan disisi lain, Tim Elang juga sudah hampir kehabisan amunisi dan Turret Wahidyn juga sudah kehabisan amunisinya dan kini melindungi bagian belakang Dani menggunakan pistol yang ada, Wahidyn jarang menggunakan senjata-senjata militer karena biasanya dia membuat senjata untuk dirinya sendiri jadi akurasi tembakan Wahidyn sedikit buruk. Di saat keadaan Tim Elang memburuk, Wahyu menerima transmisi dari Wakil Kapten.
“Kepada Ketua Tim Elang apa kalian mendengarku?” suara Wakil Kapten dari communicator Wahyu. “Kami sudah meninggalkan pelabuhan dan sedang menuju ke arah utara, segeralah pergi dari pelabuhan secepat mungkin!” akhir dari transmisi Wakil Kapten.
“Baiklah kalau begitu saatnya kita pergi dari sini, semuanya berkumpul di dekat kapal yang sudah disiapkan Wahidyn dalam 10 menit, keterlambatan tidak diperbolehkan, mari kita pergi dengan selamat dari kekacauan gila ini!” ucap Wahyu kepada anggota timnya.
“Oke!” jawab anggota Tim Elang dengan semangat.
Tim Elang pun mulai berhenti menembaki zombie dan memprioritaskan untuk ke tempat tujuan. Dani dan Wahidyn yang ada di menara sudah melakukan persiapan yaitu dengan langsung terjun dari menara itu dan mendarat menggunakan parasut yang Wahidyn bawa, langsung ke tempat tujuan. Sedangkan Wahyu dan Septian saling menjaga kiri dan kanan mereka masing-masing hingga sampai ke tujuan. Tapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana, yang sampai ke tempat tujuan hanya Wahidyn, Wahyu, dan Septian, sedangkan Dani, parasutnya tersangkut di sebuah crane yang digunakan untuk mengangkat kapal.
“Wahidyn persiapkan kapalnya untuk segera berangkat, Septian lindungi aku!” perintah Wahyu kepada teman-temannya, dia kemudian mulai berlari ke arah crane dimana Dani tersangkut.
“Serahkan padaku!” ucap septian sambil mengambil senjatanya untuk melindungi Wahyu. “Aku hanya punya 4 magazine lagi, cepatlah jika bisa!” teriak Septian mulai menembaki zombie yang mendekati Wahyu dan mendekati kapal juga.
“Kapalnya akan siap dalam 3 menit, kembalilah dengan selamat, Ketua!” ucap Wahidyn yang sedang mempersiapkan kapal untuk Tim Elang.
“Tenang saja, serahkan semua padaku” ucap Wahyu yang sedang berlari mendekati crane.
“Oy apa yang kau lakukan, tinggalkan saja aku, nyawamu itu lebih penting daripada aku, kau bahkan sempat direkrut untuk menjadi pengganti Kapten kan, karena itu pergilah!” teriak Dani melalui communicator yang didengar seluruh timnya.
Mendengar ucapan Dani, Wahyu hanya tersenyum dan membalas ucapan Dani dengan santai.
“Kau gila ya? Hoi teman-teman dia mulai sok heroik lho” ucap Wahyu dengan sedikit mengejek Dani
“Kau yang gila bisa bercanda di saat seperti ini!” teriak Dani marah sambil mencoba untuk melepaskan parasutnya.
“Yah mau bagaimana lagi Ketua, dia kan dulunya preman, mungkin dia ingin menebus dosanya” ucap Septian ikut mengejek.
“Awas kau Sep, aku akan memberimu pelajaran nanti” ucap Dani.
“Oh, benarkah? aku benar-benar menantinya” jawab septian.
“Itu pasti jadi pertandingan yang menarik, aku akan merekamnya” ucap Wahidyn.
“Wahidyn kau juga? Apa yang terjadi dengan kalian sih?” ucap Dani mulai kesal.
“Kalau kau ingin tahu, kembalilah dengan selamat bersama kami” ucap Wahyu yang ternyata sudah ada di tempat parasut Dani tersangkut. “Kau masih punya tenaga untuk berpegangan kan?” ucap Wahyu yang bersiap untuk memutus tali parasut Dani.
“Kalian benar-benar orang-orang yang gila” ucap Dani mengeluh. “Tentu saja masih bisa! Langsung saja potong!” teriak Dani.
Wahyu memotong tali parasut Dani yang membuat Dani terjatuh dan seperti yang dikatakan Wahyu, Dani langsung berpegangan pada tiang crane yang ada di bawahnya dan langsung mengayunkan badannya dan melompat ke atas pengendali crane didekatnya.
“Oy aku sudah aman, kau juga cepat turun ke-“ kalimat Dani terhenti dan langsung mengambil sniper yang di letakkan dipunggungnya dan menembak kearah belakang Wahyu.
Melihat Dani menembak ke arahnya, Wahyu langsung kaget dan melihat di sekitarnya dan ternyata dibelakangnya ada scratcher yang sudah bersiap menyerang Wahyu, namun gagal karena kepalanya terkena tembakan Dani dan terpental. Wahyu menyiapkan pistolnya dan langsung memikirkan cara untuk membunuh sratcher yang sedang menempel di tiang crane di seberangnya.
“Untung saja, jika bukan karena Dani, aku mungkin sudah mati” Wahyu langsung mulai focus dengan Scratcher di depannya “Baiklah mari mulai perhatikan, scratcher ini ukurannya seukuran manusia dewasa, dengan kecepatannya, dia pasti akan langsung melompat ke arahku, di bawah kakiku ada celah untuk turun, Dani mungkin masih ada 2 sampai 5 peluru, dan karena snipernya bisa menembak tanpa harus mengisi ulang pelurunya lagi, jadi. . .” ucap Wahyu dalam hati sambil merencanakan sebuah rencana, dan disisi lain scratcher yang telah tertembak oleh Dani tadi, sudah hampir pulih.
“Oy jangan diam saja cepat lari!” teriak Dani yang masih membidik Scratcher di depan Wahyu untuk melindungi Wahyu jika dia diserang.
“Oke sudah ketemu!” ucap Wahyu.
“Dan, langsung tembak ke arah kepalaku saat aku beri aba-aba, setelah itu perhatikan situasinya dan bunuh makhluk sialan itu” ucap Wahyu menjelaskan. Dani masih tidak mengetahui apa yang terjadi, namun Dani berpikir kalau Wahyu pasti sudah memiliki rencana.
“Orang ini benar-benar prajurit yang hebat, senang sekali dia yang menjadi ketua, kalau saja Septian yang menjadi ketuanya, pasti akan banyak masalah” ucap Dani dalam hati. “Baiklah! Aku hanya punya 4 peluru apa itu cukup?” ucap Dani kepada Wahyu.
“Itu cukup, bersiaplah!” ucap Wahyu sambil memperhatikan scratcher yang sudah pulih itu. Scratcher itu langsung melompat ke arah Wahyu seperti yang sudah dia kira.
“Tembak!”
Mendengar sinyal dari Wahyu, Dani langsung menembak ke arah kepala Wahyu dan saat mendengar suara tembakan Dani, Wahyu langsung menjatuhkan diri di celah tiang crane yang ada di bawah kakinya, saat Wahyu terjatuh, dia langsung memegang kaki scratcher saat scratcher itu menyerangnya, tembakan Dani yang pertama mengenai kepala scratcher itu dan kini scratcher itu sedang berpegangan di tiang crane agar tidak jatuh dan karena Wahyu yang sedang memegangi kakinya, scratcher itu sedikit demi sedikit pegangannya mulai melemah dan akhirnya menancapkan cakarnya ke tiang crane dan membiarkan kedua tangannya terbuka dalam bidikan Dani. “Jadi ini maksudnya perhatikan situasinya, dia bahkan bisa memprediksi sejauh ini, gila” ucap Dani dalam Hati. Dani membidik pergelangan tangan scratcher dimana otaknya berada dan menembak keduanya. Wahyu melihat kedua tembakan Dani tepat mengenai sasaran dan tubuh scratcher mulai meleleh, sebelum tubuh scratcher itu meleleh, Wahyu mengayunkan tubuhnya dan melompat ke arah tiang crane terdekat dan berpegangan sekuatnya, Wahyu membalikkan badannya dan melihat scratcher itu jatuh ke tanah. Wahyu mulai turun dari tiang crane yang dipeganginya hingga sampai ke bawah dengan selamat dan bertemu dengan Dani.
“Yu, kau tidak apa-apa?” Tanya Dani sesaat sudah berkumpul dengan Wahyu
“Tentu saja, terima kasih kau sudah menolongku tadi, kau benar-benar penembak jitu yang hebat, dalam jarak sejauh itu dan waktu sesingkat itu, kau bisa menembak sasaranmu dengan tepat, andai saja aku juga bisa menembak dengan akurasi hebat sepertimu” ucap Wahyu mengeluh.
“Tunggu, aku tidak salah dengar kan? Kau baru saja iri terhadap kemampuanku?” ucap Dani bingung.
“Tentu saja, setiap prajurit selalu ingin bisa menembak dengan akurasi yang tinggi kau tahu” jawab Wahyu.
”Tidak tidak, bukannya kau lebih hebat bisa membuat rencana dengan waktu sesingkat itu, dan juga semua prediksimu itu benar, bukankah itu lebih hebat?” ucap Dani yang masih tidak percaya kalau Ketua Timnya itu merasa iri dengan kemampuannya.
“Benarkah? Begitu ya” jawab Wahyu. Wahyu dan Dani diam sejenak dan setelah itu tertawa.
“Ha ha ha ha, sudah kuduga kau benar-benar gila” ucap Dani sambil tertawa
“Iya gila, kau juga gila kalau bisa tertawa setelah mengalami hal menegangkan tadi, ha ha ha ha” ucap Wahyu sambil tertawa.
“Aku tidak mengerti apa yang kalian tertawakan tapi peluruku hampir habis disini” ucap Septian melalui communicator.
“Iya iya, maaf Sep, kalau begitu, kita kembali?” ucap Wahyu.
“Tentu saja kita kembali!” jawab Dani semangat.
Setelah itu, Wahyu dan Dani berkumpul dengan sisa anggota Tim Elang dan langsung naik ke kapal yang sudah dinyalakan oleh Wahidyn. Tim Elang kemudian langsung berangkat menyusul kapal utama Zombie Resistance Indonesia.
Beberapa jam telah berlalu dan kapal Tim Elang sudah berada di samping kapal utama dan sudah memasuki malam hari. Wahidyn mengaktifkan auto pilot yang ditambahkan di kapal Tim Elang dan sekarang semua anggota Tim Elang sedang beristirahat setelah mengalami pertarungan panjang.
“Sulit dipercaya sekali, baru beberapa hari kita menjalankan misi dengan nama Tim Elang dan kita sudah melakukan hal-hal yang luar biasa” ucap Dani yang sedang duduk di sisi kapal dimana anggota Tim Elang sedang beristirahat.
“Kau benar, melihat zombie yang bermutasi pertama kalinya, melihatnya menghancurkan gerbang shelter, dan juga berhasil membunuhnya” sambung Septian yang sedang merentangkan badannya di lantai kapal di depan Dani.
“Ini juga pertama kalinya aku membuat penemuan bersama kalian dan juga melindungi anggota timku dengan pistol, aku sempat berpikir kita semua akan mati” ucap Wahidyn yang sedang mengotak-atik jamnya di dekat Dani duduk.
“Ini pengalaman yang luar biasa untuk kita, walaupun kita hampir terbunuh, tapi itu membuat kita saling percaya dan saling melindungi satu sama lain bukan?” ucap Wahyu yang bersandar di sisi kapal di samping Dani duduk.
“Kau benar sekali” ucap Septian. “Oh iya Dan, kau bilang akan memberiku pelajaran kan tadi? Bagaimana kalau kita lakukan sekarang?” ucap Septian bangun lalu mengepalkan tangannya hingga berbunyi.
“I-itu aku hanya bercanda tadi, jangan dianggap serius oy, lagipula aku tidak akan menang melawan badan dan dan otot besarmu itu” ucap Dani sedikit panik.
“Baiklah aku sudah siap” ucap Wahidyn sambil membawa kamera.
“Wahidyn kau benar-benar akan merekamnya?!” ucap Dani panik.
“Bersiaplah Dan!” ucap Septian dan mulai mencengkram tangan Dani dan akhirnya mereka berdua bergulat, tentu saja mereka hanya bersenang-senang setelah melalui hari yang berat.
“Mereka orang-orang yang menyenangkan, aku senang bisa menjadi Ketua mereka” ucap Wahyu dalam hati sambil tersenyum melihat kelakuan anggotanya.
“Hey yu, kau juga ikut memberinya pelajaran, kau juga ditantang kan?” ucap Septian
“Oh iya, kalau begitu bersiaplah Dan” ucap Wahyu lalu ikut mengerjai Dani.
Setelah itu, semua Zombie Resistance dan Survivor dari negara Indonesia berangkat menuju negara China dengan aman melewati jalur laut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments