Preparation for Departure 2-3

“Hey Yu, apa yang kau lakukan, kita harus mencari jalan lain, walaupun akan sangat jauh” ucap Septian sedikit mengeluh.

“Lihatlah ini sebentar” ucap Wahyu. Mendengar ucapan Wahyu, anggota Tim Elang melihat video itu lagi.

“Tunggu sebentar, dimana semua zombie itu pergi? “ tanya Dani

“Wahidyn percepat sedikit videonya” minta Wahyu ke Wahidyn. Tanpa berkata apapun, Wahidyn mempercepat video itu dan Wahyu terus memperhatikan waktunya. Setelah beberapa menit, Wahyu berhenti melihat video itu dan mulai berbicara.

“Baiklah, akan kujelaskan tentang strategiku” ucap Wahyu.

“Kau sudah punya rencana?! Cepat sekali” ucap Dani tidak percaya.

“Tolong dengarkan dulu, kulihat setiap matahari bersinar tanpa ada halangan awan, zombie itu bersembunyi, sepertinya sinar Ultra Violet dapat melukai mereka, walaupun itu hanya sedikit membakar kulit mereka dan rencanaku hanya bisa dilakukan dengan persiapan yang lama, serta kita harus menginap di luar untuk 1 hari” Wahyu berhenti sejenak dan mellihat ke arah timnya “Jadi, apa kalian akan membantuku? “ tanya Wahyu.

Dani, Septian, dan Wahidyn melihat satu sama lain, lalu langsung menjawab pertanyaan Wahyu secara bersamaan.

“Tentu saja!”

“Baiklah kalau begitu, kalian carilah cermin sebanyak yang kalian bisa temukan dan kita akan berkumpul disini dalam waktu 30 menit” Wahyu melihat jam tangannya untuk melihat waktu “Semuanya cocokkan waktu, sekarang jam 10 lebih 10 menit” perintah Wahyu kepada semua anggota Tim Elang.

Setelah Tim Elang mencocokkan waktu mereka, Tim Elang pun mencari cermin seperti yang diperintahkan oleh Ketua mereka. Setelah 30 menit berlalu, semua anggota Tim Elang berkumpul sambil membawa cermin yang mereka temukan.

“Mari kita tunjukkan apa yang kita temukan bersama-sama” ucap Wahyu. “Satu. . dua. . tiga” ucap Wahyu dan menunjukkan dua cermin persegi seukuran kardus serta beberapa cermin kecil yang ada di belakangnya.

Setelah melihat cermin yang dibawa Wahyu, Dani merasa lega. “Wah. . . untung saja, kukira punyaku yang paling sedikit” ucap Dani lalu menunjukkan sebuah kardus yang berisi cermin kecil yang dia temukan. “ Lihat ini, aku dapat banyak, walaupun ukurannya kecil-kecil” ucap Dani bangga.

“Kau tahu, sebenarnya aku dan Septian bertemu di tempat dimana ada sebuah cermin yang ukurannya besar dan beberapa cermin kecil termasuk yang kubawa jadi . . . Septian, tunjukkan” ucap Wahyu kepada Septian. Mendengar ucapan Wahyu, septian menunjukkan sebuah cermin besar seukuran pintu dan meletakkannya ke bawah, serta tas punggung yang isinya penuh dengan cermin seukuran 8x8 centimeter. “Yah, ini cermin yang aku dan Wahyu temukan, cukup banyak kan” ucap Septian. Melihat cermin yang Wahyu dan Septian bawa, Dani langsung kaget dan melihat ke arah Wahyu, menyadari tatapan Dani, Wahyu membalasnya dengan tatapan meremehkan.

“Kau punya dendam padaku ya ?” tanya Dani kesal.

“Tidak, aku hanya tidak suka diremehkan, jika kau tidak mengucapkan hal yang tidak perlu tadi, aku tidak akan mengatakan kalau aku dan Septian mengumpulkan cermin bersama” jawab Wahyu

“Ini cermin yang kudapatkan” ucap Wahidyn sambil menunjukkan satu gerobak kecil penuh cermin yang memiliki bermacam-macam ukuran dari yang sekecil cermin rias hingga sebesar jendela rumah. Wahyu, Dani, dan Septian terkejut dan tidak percaya melihat semua cermin yang dibawa Wahidyn.

“Apa?”  tanya Wahidyn.

“Tidak, bukan apa-apa, kerja bagus karena sudah mengumpulkan cermin sebanyak itu” ucap Wahyu yang masih tidak percaya dengan cermin yang ditemukan Wahidyn “Baiklah kalau begitu, sekarang kita berangkat ke menara pengawas di pelabuhan itu” ucap Wahyu meneruskan.

Tim Elang pun berangkat menuju ke pelabuhan itu membawa satu gerobak penuh dengan cermin yang telah mereka temukan dan mereka tiba disana dalam waktu 5 jam berjalan kaki. Ditengah jalan mereka sedikit terhambat karena mereka harus membersihkan zombie yang ada di jalur mereka untuk digunakan oleh yang lainnya nanti, Tim Elang membunuh semua zombie yang mereka jumpai dan membakar mayat mereka untuk pencegahan tidak ada yang bermutasi. Setelah membakar puluhan hingga ratusan zombie, jalur mereka terlihat lebih aman daripada yang tadi. Tim Elang sudah sampai di atas menara pengawas di pelabuhan itu dan setelah mereka meletakkan semua barang-barang mereka serta gerobak yang ditarik oleh Septian, Dani dan Wahidyn melihat keluar dan pelabuhan yang tadinya sudah di bersihkan, kini penuh dengan zombie lagi.

“Hei hei, kau pasti bercanda kan?” ucap Dani tidak percaya.

“Sayangnya tidak ada yang bercanda” ucap Wahyu sambil menyiapkan semua cermin untuk dibuat sesuatu. “Wahidyn, apa kau masih punya senter ultra violet yang pernah kau buat dulu?” tanya Wahyu.

“Iya, masih ada, aku membawanya karena kau bilang untuk membawa semua benda yang aku buat, memangnya untuk apa kau menanyakan ini?” jawab Wahidyn dan membalas Wahyu dengan pertanyaan lain.

“Percobaan sebentar, jika berhasil, kita tidak perlu membersihkan tempat ini lagi untuk evakuasi nanti” jawab Wahyu dengan semangat. Wahidyn kemudian mengambil senter yang Wahyu maksud dan menunjukkannya ke Wahyu ”Baiklah, setelah ini cobalah untuk mengawasiku terus, aku akan memberikan tandanya nanti, setelah itu, aku ingin kau memperbesar intensitasnya dan mengarahkannya ke arahku” ucap Wahyu lalu pergi sambil membawa satu tas penuh berisi cermin.

Wahyu pergi ke semua bangunan yang ada di skitar pelabuhan itu dan menempatkan cermin-cermin yang dibawanya dengan posisi setiap cermin bisa memantulkan cahaya satu sama lain. Setelah memasang semua cermin yang ada di tasnya, Wahyu pergi ke sebuah bangunan yang kacanya sudah berserakan, dia mengambil satu cermin terakhir dan memberikan tanda kepada Wahidyn untuk memantulkan cahaya ke arahnya. Wahidyn yang dari tadi mengawasi Wahyu dengan menggunakan teropong, melihat tanda dari Wahyu dan mengatur senternya agar memiliki intensitas cahaya yang cukup kuat untuk sampai ke arah Wahyu. Saat cahaya yang dikeluarkan oleh senter Wahidyn mengenai cermin yang dipegang Wahyu, cahaya itu dipantulkan Wahyu ke cermin lain dan terus memantul hingga membentuk seperti garis cahaya yang memutari sebagian daerah pelabuhan. Wahyu mengamati zombie diluar garis cahaya itu dan terus memperhatikannya, saat zombie itu ingin memasuki daerah pelabuhan, zombie itu menyentuh garis cahaya itu lalu langsung mundur seperti baru saja menyentuh sesuatu yang melukai mereka, lalu zombie itu meninggalkan daerah pelabuhan.

“Ternyata benar dugaanku, karena pantulan cahaya yang dibuat cermin itu membuat cahaya yang dipantulkannya menjadi lebih terang dan juga aku sudah memasang beberapa kaca pembesar di depan cermin tertentu untuk membuatnya lebih panas, jadi cahaya itu akan menyakiti zombie dan membuat mereka meninggalkan daerah ini. Baiklah, sekarang tinggal membuat cahaya yang lebih banyak dan membuat zombie tidak bisa memasuki daerah ini” Ucap Wahyu yang memasang alat komunikasinya dan memberi tanda ke Wahidyn untuk menyuruh yang lainnya memasang alat komunikasi mereka. Melihat tanda dari Wahyu, Wahidyn langsung menyampaikannya pada Dani dan Septian. Dia melompat kebawah dan jatuh tepat di depan Septian dan Dani .

“Oy teman-teman, kalian disuruh untuk memasang communicator kalian” ucap Wahidyn yang mengagetkan mereka dengan muncul di depan jendela menara pengawas dimana Dani dan Septian sedang melihat-lihat.

“Oi!” teriak Septian kaget. “Kau ini! Kau ingin jantung kami copot, kukira kau zombie tadi” teriak Septian marah-marah dan Dani sepertinya kaget setengah mati sampai-sampai dia jatuh.

“Jangan membuatku trauma terhadap sesuatu lagi!”  teriak Dani marah.

“Maaf, tapi kalian dimintai Wahyu untuk memasang communicator kalian” ucap Wahidyn.

Septian dan Dani langsung memasang communicator mereka setelah mendengar apa yang dikatakan Wahidyn dan setelah itu, Wahyu mulai memberikan instruksi kepada mereka untuk membantu Wahidyn membuat senter ultraviolet yang lebih besar untuk digunakan sebagai pagar agar zombie tidak mendatangi tempat ini lagi dan evakuasinya bisa dijalankan dengan aman, Wahyu juga menjelaskan kalau sinar matahari atau sinar UV (Ultra Violet) yang kuat bisa melukai zombie dan melemahkan regenerasi mereka.

“Baiklah, aku akan mencobanya” jawab Wahidyn.

“Tenang saja, kami akan membantumu kok, iya kan Dan?” ucap Septian sambil menoleh ke arah Dani.

“Tentu saja”

“Kalau begitu kuserahkan pada kalian, aku harus mengamati daerah ini lagi” ucap Wahyu mengakhiri komunikasinya dengan timnya.

Setelah itu, Dani,Wahidyn, dan Septian bekerja membuat pagar cahaya dari sinar ultraviolet dan sementara itu Wahyu sedang mengamati wilayah itu dengan mengendap-endap agar tidak menarik perhatian zombie-zombie yang ada di daerah itu dan jika ia menemukan zombie yang akan bermutasi, dia akan membunuhnya dan kembali mengendap-endap. Wahyu juga memasang cermin-cermin yang dikumpulkan tadi untuk memantulkan sinar matahari untuk menghalau zombie mendekati pagar sinar UV yang akan dibuat Wahidyn agar tidak terlalu banyak yang mendekat.

“Baiklah, kukira ini sudah cukup” ucap Wahyu setelah memasang semua cermin yang dibawanya di beberapa tempat. “Waktunya kembali dan melihat pekerjaan mereka” ucap Wahyu.

Wahyu berjalan kembali ke tempat dimana teman-temannya sedang membuat pagar sinar UV dan saat Wahyu sudah sampai disana, dia melihat ada beberapa mayat zombie yang seperti baru saja dibakar. Melihat itu, Wahyu langsung menghampiri Septian yang ada di dekat situ.

“Hey Sep, kenapa ada mayat zombie disini” tanya Wahyu yang baru saja kembali dari pengintaiannya.

“Oh itu, tadi kami melakukan percobaan sedikit” ucap Septian sambil membersihkan tangannya.

“Percobaan apa?” tanya Wahyu lagi.

“Bagaimana ya menjelaskannya” ucap Septian “Intinya seperti ini . . .”

Sebenarnya saat Wahyu sedang pergi tadi, Wahidyn, Dani, dan Septian ingin tahu apa sinar UV benar-benar bisa melukai zombie, jadi saat pagar sinar UV-nya selesai, Septian langsung membawa tali dan mengikat satu zombie yang ada di dekat pagar cahaya dan menariknya melewati pagar itu. Zombie yang di Tarik oleh Septian itu langsung melewati pagar cahaya dan jatuh di depan Septian seperti tidak terjadi apa-apa, namun zombie itu tidak bergerak dan beberapa saat kemudian tubuh zombie itu menghitam dan saat Septian memotong tangan zombie itu, daging di dalam tangan itu sudah hangus terbakar, namun kulit luarnya tidak.

“Seperti itu” ucap Septian selesai menjelaskan

“Tidak kusangka efeknya secepat itu” ucap Wahyu. “Jadi dimana pagarnya?” tanya Wahyu

“Itu” ucap Septian sambil menunjuk ke arah pagar cahaya yang membatasi beberapa jalan masuk ke pelabuhan.

“Maaf, hanya itu yang bisa kubuat” ucap Wahidyn yang muncul dari belakang Wahyu dan Septian.

Kaget dengan ucapan Wahidyn yang tiba-tiba muncul dibelakang mereka, Wahyu dan Septian langsung menodongkan pistol mereka ke kepala Wahidyn.

“Umm . . . Aku bukan zombie lho” ucap Wahidyn dengan santainya.

“Maaf, kau mengagetkanku, jadi tanpa sengaja aku langsung ambil pistol” ucap Wahyu sambil menaruh kembali pistolnya dan Septian juga melakukannya.

“Jangan mengagetkan kami terus lha” ucap Septian kesal.

“Maaf, aku akan mencoba untuk melakukannya lagi” ucap Wahidyn bercanda.

“Jangan lakukan lagi!” bentak Septian marah.

“Berapa lama itu bisa bertahan?” tanya Wahyu.

“Aku memasang panel surya untuk tenaganya jadi. . . mungkin 4 sampai 5 jam” jawab Wahidyn

“Itu sudah cukup, jika itu panel surya, maka tenaganya tidak akan berkurang selama ada cahaya matahari kan?” tanya Wahyu untuk memastikan kalau yang diperkirakannya benar.

“Iya, tentu saja” jawab Wahidyn.

“Baiklah kalau begitu, persiapannya sudah selesai, waktunya melaporkannya ke Wakil Kapten dan setelah itu kita berangkat!” ucap Wahyu dengan semangat.

Setelah mereka mengakhiri percakapan mereka, Tim Elang bersiap untuk kembali ke markas bawah tanah untuk memberitahu Wakil Kapten kalau mereka sudah menyiapkan jalur evakuasi yang cukup aman untuk pergi ke pelabuhan dan pergi ke China.

“Omong-omong, Dani dimana?” tanya Wahyu.

“Oh, dia yang melindungi kami dari para zombie yang mendekat, dia ada di menara itu” ucap Wahidyn sambil menunjuk menara pengawas yang ada di pelabuhan

“Oh disana” Wahyu melihat ke arah Menara pengawas yang ditunjuk Wahidyn “Oy! Dan! Waktunya kembali!” teriak Wahyu memanggil Dani.

“Baik!” jawab Dani dengan keras agar teman-temannya bisa mendengarnya lalu turun untuk berkumpul dengan teman setimnya, setelah itu mereka berangkat kembali ke markas bawah tanah.

Tim Elang meninggalkan pelabuhan pada saat sore hari dan sampai di markas bawah tanah pada malam hari. Saat Tim Elang kembali ke markas, Wahyu langsung menjelaskan strateginya kepada Wakil Kapten.

“Begitu ya, baiklah kalau begitu, mari kita lakukan strategimu itu” ucap Wakil Kapten “Kalian berdua! Cepat suruh semua yang selamat segera berkemas, kita akan pergi ke China besok saat matahari sudah ada di atas kepala” perintah Wakil Kapten kepada dua anggota Zombie Resistance senior yang ada di kantor Wakil Kapten. “Tim Elang, istirahatlah, kalian memerlukannya untuk besok” ucap Wakil Kapten. Tim Elang serentak menjawab “Baik Pak!” setelah mereka memberi hormat kepada Wakil Kapten, Tim Elang keluar dari ruang Kapten dan kembali ke ruangan mereka.

Episodes
1 The First Mutation 1-1
2 The First Mutation 1-2
3 The First Mutation 1-3
4 Preparation for Departure 2-1
5 Preparation for Departure 2-2
6 Preparation for Departure 2-3
7 Crisis on Departure 3-1
8 Crisis on Departure 3-2
9 Mission at New Land 4-1
10 Mission at New Land 4-2
11 Mission at New Land 4-3
12 Another Mutation 5-1
13 Another Mutation 5-2
14 Another Mutation 5-3
15 Another Mutation 5-4
16 The Team's Bond 5.5
17 A New Shelter 6-1
18 A New Shelter 6-2
19 The Development of The Sniper 7-1
20 The Development of The Sniper 7-2
21 Mission Under Another Command 8-1
22 Mission Under Another Command 8-2
23 Mission Under Another Command 8-3
24 A Farewell Gift From a Captain 8.5
25 The Experience of Fear 9-1
26 The Experience of Fear 9-2
27 The Experience of Fear 9-3
28 The Match 10-1
29 The Match 10-2
30 The Match 10-3
31 The Duel 11-1
32 The Duel 11-2
33 Incoming Danger 12-1
34 Incoming Danger 12-2
35 Incoming Danger 12-3
36 Incoming Danger 12-4
37 The Hawk Take The Shot 13-1
38 The Hawk Take The Shot 13-2
39 The Hawk Take The Shot 13-3
40 The Hawk Take The Shot 13-4
41 The Hawk Take The Shot 13-5
42 The Hawk Take The Shot 13-6
43 The Hawk Take The Shot 13-7
44 The Hawk Take The Shot 13-8
45 The Hawk Take The Shot 13-9
46 Happy Time After The Battle 14-1
47 Happy Time After The Battle 14-2
48 Happy Time After The Battle 14-3
49 Happy Time After The Battle 14-4
50 Another Task To Fulfill 15-1
51 Another Task To Fulfill 15-2
52 Another Task To Fulfill 15-3
53 Another Task To Fulfill 15-4
54 A Glimpse Of The Past 16-1
55 A Glimpse Of The Past 16-2
56 New Mission, New Member 17-1
57 New Mission, New Member 17-2
58 New Mission, New Member 17-3
59 New Mission, New Member 17-4
60 Airport Cleaning 18-1
61 Airport Cleaning 18-2
62 Airport Cleaning 18-3
63 Airport Cleaning 18-4
64 Airport Cleaning 18-5
65 Airport Cleaning 18-6
66 A Promise That Need To Be Kept 19
67 A Truth Or A Lie 20-1
68 A Truth Or A Lie 20-2
69 A Truth Or A Lie 20-3
70 A Truth Or A Lie 20-4
71 The Snow That Kills 21-1
72 The Snow That Kills 21-2
73 The Snow That Kills 21-3
74 The Snow That Kills 21-4
75 The Snow That Kills 21-5
76 The Snow That Kills 21-6
77 The Snow That Kills 21-7
78 The Deal 22-1
79 The Deal 22-2
80 The Deal 22-3
81 The Rogue 23-1
82 The Rogue 23-2
83 The Rogue 23-3
Episodes

Updated 83 Episodes

1
The First Mutation 1-1
2
The First Mutation 1-2
3
The First Mutation 1-3
4
Preparation for Departure 2-1
5
Preparation for Departure 2-2
6
Preparation for Departure 2-3
7
Crisis on Departure 3-1
8
Crisis on Departure 3-2
9
Mission at New Land 4-1
10
Mission at New Land 4-2
11
Mission at New Land 4-3
12
Another Mutation 5-1
13
Another Mutation 5-2
14
Another Mutation 5-3
15
Another Mutation 5-4
16
The Team's Bond 5.5
17
A New Shelter 6-1
18
A New Shelter 6-2
19
The Development of The Sniper 7-1
20
The Development of The Sniper 7-2
21
Mission Under Another Command 8-1
22
Mission Under Another Command 8-2
23
Mission Under Another Command 8-3
24
A Farewell Gift From a Captain 8.5
25
The Experience of Fear 9-1
26
The Experience of Fear 9-2
27
The Experience of Fear 9-3
28
The Match 10-1
29
The Match 10-2
30
The Match 10-3
31
The Duel 11-1
32
The Duel 11-2
33
Incoming Danger 12-1
34
Incoming Danger 12-2
35
Incoming Danger 12-3
36
Incoming Danger 12-4
37
The Hawk Take The Shot 13-1
38
The Hawk Take The Shot 13-2
39
The Hawk Take The Shot 13-3
40
The Hawk Take The Shot 13-4
41
The Hawk Take The Shot 13-5
42
The Hawk Take The Shot 13-6
43
The Hawk Take The Shot 13-7
44
The Hawk Take The Shot 13-8
45
The Hawk Take The Shot 13-9
46
Happy Time After The Battle 14-1
47
Happy Time After The Battle 14-2
48
Happy Time After The Battle 14-3
49
Happy Time After The Battle 14-4
50
Another Task To Fulfill 15-1
51
Another Task To Fulfill 15-2
52
Another Task To Fulfill 15-3
53
Another Task To Fulfill 15-4
54
A Glimpse Of The Past 16-1
55
A Glimpse Of The Past 16-2
56
New Mission, New Member 17-1
57
New Mission, New Member 17-2
58
New Mission, New Member 17-3
59
New Mission, New Member 17-4
60
Airport Cleaning 18-1
61
Airport Cleaning 18-2
62
Airport Cleaning 18-3
63
Airport Cleaning 18-4
64
Airport Cleaning 18-5
65
Airport Cleaning 18-6
66
A Promise That Need To Be Kept 19
67
A Truth Or A Lie 20-1
68
A Truth Or A Lie 20-2
69
A Truth Or A Lie 20-3
70
A Truth Or A Lie 20-4
71
The Snow That Kills 21-1
72
The Snow That Kills 21-2
73
The Snow That Kills 21-3
74
The Snow That Kills 21-4
75
The Snow That Kills 21-5
76
The Snow That Kills 21-6
77
The Snow That Kills 21-7
78
The Deal 22-1
79
The Deal 22-2
80
The Deal 22-3
81
The Rogue 23-1
82
The Rogue 23-2
83
The Rogue 23-3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!