Hari Pernikahan

Keesokan harinya...

Sebuah villa megah terpampang di depan mata. Villa tersebut adalah villa milik Jonathan Carlos. Jennifer tak menyangka, jika pernikahannya akan dilakukan di sebuah villa. Setelah ia dan tantenya di jemput oleh seorang sopir suruhan Jonathan, ia pun langsung di bawa ke villa lalu menuju ruangan rias pengantin.

Sesuai perkataan Jonathan, semua persiapannya sudah diatur olehnya, bahkan tanpa fitting baju pengantin, di ruang rias tersebut sudah ada gaun pengantin yang sangat cantik. Ketika Jennifer sudah dirias wajahnya, wanita itupun langsung mencoba baju pengantinnya. Tanpa diduga, baju pengantin tersebut sangat pas di tubuh montoknya.

Setelah melahirkan dua bulan yang lalu, tubuh Jennifer memang lebih berisi. Wanita itu tak sempat melakukan diet karena Jonathan terus memaksanya untuk kembali bekerja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bisakah aku ke toilet sebentar," pinta Jennifer pada wanita wanita yang membantu merias wajahnya.

"Boleh, tapi kau harus berhati-hati dengan gaunnya," jawab salah satu wanita itu.

"Maukah aku antar ke toiletnya nona?" tanya wanita yang lain.

"Oh tidak perlu, aku hanya sebentar," jawab Jennifer seraya beranjak dari sana.

Wanita itu segera keluar dari ruangan rias pengantin. Namun ia lupa bertanya dimana kamar kecil villa tersebut.

"Aku memang bodoh, dimana toiletnya?" gumam Jennifer sambil melewati beberapa tamu yang sudah berlalu lalang di villa tersebut.

Beberapa tamu wanita justru menatapnya penuh cemooh. Jennifer menatap tubuhnya sendiri yang berisi. Tentu saja dibandingkan wanita wanita itu, tubuhnya terlihat sangat gemuk. Namun Jennifer tidak perduli lagi, ia benar-benar harus ke kamar kecil karena tiba-tiba saja perutnya sakit.

Dengan pandangan matanya kesana kemari, akhirnya Jennifer menemukan kamar kecil villa tersebut. Wanita itu pun segera masuk ke dalam. Toilet tersebut memang di desain seperti toilet umum, banyak sekali pintu dan cermin di sana.

Beberapa menit kemudian...

Terdengar suara langkah kaki beberapa orang masuk ke dalam toilet, mereka adalah wanita wanita yang memandang Jennifer dengan tatapan jijik tadi. Mereka sepertinya sedang memperbaiki riasan wajah mereka tanpa tahu Jennifer berada di sana.

"Apa Jonathan tidak salah memilih istri?"

Terdengar salah satu diantara mereka mulai berbicara. Jennifer mulai mendengarkan pembicaraan mereka yang tak lain sedang menggosipkannya.

"Wanita itu sangat gemuk dan wajahnya jelek sekali," sahut yang lain.

"Kau benar, aku juga sangat terkejut saat melihatnya tadi. Aku tak menyangka Jonathan akan memilih wanita seperti itu setelah berpisah dengan Francisca."

"Sepertinya Jonathan hanya mencari pelarian saja. Mana mungkin pria tampan sepertinya jatuh cinta pada itik buruk rupa."

"Aku dengar wanita itu sudah menjadi sekretaris Jonathan selama lima tahun lebih."

"Benarkah? Wah... pantas saja. Ia berhasil menggoda Jonathan. Mungkin saja ia sudah sering tidur dengannya."

Mereka tertawa bersama.

"Sepertinya hanya pelampiasan nafsu saja. Aku yakin saat Francisca kembali, wanita itu akan ditinggalkan. Aku bertaruh jika pernikahan ini hanya akan bertahan selama sebulan saja."

"Jika aku tahu Jonathan dan Francisca akan putus, mungkin aku tidak akan menikah dengan suamiku saat ini. Jonathan adalah pria idaman wanita di kota ini."

Mereka kembali tertawa.

"Sudahlah... kita berdoa saja agar pernikahan ini hanya sebentar. Aku lebih rela jika Jonathan menikah dengan Francisca."

Setelah ucapan itu berakhir, mereka pun meninggalkan kamar kecil tersebut. Jennifer yang merasa sedih dan terluka mendengar ucapan mereka akhirnya keluar dari salah satu pintu toilet. Wanita itu berdiri di depan cermin dan menatap tubuhnya sendiri dengan sedih.

"Mereka benar, aku dan Francisca sangat berbeda. Aku seperti sampah yang tidak berbau karena terbungkus dengan plastik yang bersih. Seharusnya aku tidak setuju dengan pernikahan ini. Haruskah aku lari saja," gumam Jennifer.

Tanpa terasa air matanya menetes. Wanita itu segera menyekanya dengan tisu, ia tidak ingin menghancurkan hasil karya perias pengantinnya. Setelah berhasil menenangkan diri, Jennifer pun segera keluar dari kamar kecil tersebut.

Wanita itu terkejut saat melihat pria tampan yang tak lain adalah Jonathan Carlos sedang berdiri di depan pintu keluar.

"Aku hampir saja menerobos masuk ke dalam toilet karena kau masuk begitu lama. Apa kau baik-baik saja?" tanya Jonathan sambil menatap Jennifer dari atas hingga bawah.

"Untuk apa anda menungguku? aku tidak akan kabur," jawab Jennifer.

Seketika Jonathan melepaskan tawanya, "mengapa kau bisa menebak pikiranku sayang?"

"Sayang? panggilan ini terasa menyenangkan tapi juga menyakitkan untukku. Apakah benar kata wanita wanita itu jika Jo hanya mencari pelarian setelah putus dengan Francisca?" pikir Jennifer sedih.

"Jenny, kau terlihat tidak sehat sayang. Apa kau sakit perut?" tanya Jonathan merasa khawatir.

Jennifer menggelengkan kepalanya.

"Apa kau menyesal ingin menikah denganku?" tanya Jonathan lagi.

Seketika Jennifer terkejut, wajah wanita itu menjawab pertanyaan Jonathan hingga membuat pria itu menggertakkan giginya.

"Tidak akan aku biarkan kau lari setelah menyetujui pernikahan ini Jenny. Jika ada yang membuatmu tidak puas terhadap persiapan pernikahan kita, maka kau bisa mengatakannya. Sebelum kita bersumpah di hadapan Tuhan, sebisa mungkin aku akan mewujudkan keinginanmu."

"Anda berpikir terlalu banyak pak, aku sama sekali tidak berniat untuk kabur atau merasa tidak puas dengan persiapan yang mewah ini. Semuanya justru terlalu mewah untukku. Aku merasa tidak pantas."

"Berhentilah bersikap formal padaku. Aku akan menjadi suamimu, panggil namaku saja Jenny. Soal kemewahan ini, kau pantas mendapatkannya."

Jonathan menatap ke arah dada Jennifer, kedua payu dara wanita itu nyaris menyembul keluar membuat rudal pria itu menegang.

"Brengsek... aku menginginkannya. Ini pertama kalinya aku melihat Jenny berpakaian terbuka setelah ia lebih dari lima tahun menyembunyikan tubuh seksinya di balik pakaian kerja yang selalu kebesaran itu, dan entah kenapa aku selalu saja menginginkan wanita ini," pikir Jonathan sambil menelan saliva-nya.

Terdengar suara dari pembawa acara bahwa acara pernikahan itu akan segera dimulai.

"Perbaiki riasanmu, aku akan menunggumu di altar," ujar Jonathan.

Jennifer menganggukkan kepalanya, wanita itu melewati tubuh Jonathan untuk kembali ke ruang rias pengantin, namun tangan Jonathan tiba-tiba menahan lengannya.

"Ada apalagi Jo?" tanya Jennifer.

Ini pertama kalinya nama panggilan itu keluar dari mulut Jennifer, dan Jonathan merasa sangat senang mendengarnya.

Jonathan menarik gaun pengantin Jennifer ke atas agar dada wanita itu tidak terlalu menyembul keluar.

"Ini lebih baik, aku tidak ingin pria lain menatap tubuhmu," jawab Jonathan seraya meninggalkan Jennifer begitu saja.

Jennifer hanya bisa menganga lebar mendengar ucapan Jonathan, pria itu mulai terlihat posesif padanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Acara sakral pernikahan Jonathan dan Jennifer pun akhirnya selesai. Setelah keduanya diresmikan menjadi sepasang suami istri, Jonathan langsung mencium bibir pengantin wanitanya.

Acara itu langsung dilanjutkan menjadi resepsi pernikahan. Para tamu undangan yang hadir cukup banyak, karena Jonathan ternyata mengundang hampir seluruh kolega bisnisnya. Pernikahan yang tidak diketahui tujuannya itu terasa nyata bagi Jennifer.

Saat Jonathan sibuk menanggapi tamunya, Jennifer segera menghampiri Grace yang terlihat kelelahan karena mengasuh putrinya. Velly yang melihat ibunya berjalan ke arahnya, langsung mengulurkan tangannya dan mencoba menggapai tubuh Jennifer.

"Oh ya Tuhan, maafkan aku tante," ucap Jennifer seraya mengambil Velly dari gendongan Grace.

Jennifer mendekap erat putrinya dengan penuh bahagia.

"Aku menikah dengan ayahmu Velly," bisik Jennifer pada putrinya yang masih bayi.

Grace tersenyum pada Jennifer, namun ia juga terlihat sedih.

"Oh tidak tante, jangan meneteskan air matamu," pinta Jennifer.

"Selamat Jenny, demi Tuhan aku ikut bahagia. Semoga pernikahan ini menjadi awal yang baik untukmu dan Velly," kata Grace sambil berusaha menahan air mata kebahagiaannya.

Jennifer menganggukkan kepalanya, "terima kasih untuk segalanya."

"Jangan terlalu sungkan Jenny, lalu kapan kau akan mengatakannya pada Jonathan soal Velly?" bisik Grace.

"Aku tidak tahu. Haruskah aku mengatakannya. Aku tidak siap tante."

"Kau harus mengatakannya, jika kau terus merahasiakan bayimu, prahara akan menghantui rumah tanggamu Jenny."

"Aku tahu itu tan. Beri aku sedikit waktu lagi untuk siap mengatakan semua ini padanya. Jonathan masih kehilangan ingatannya. Aku takut..."

"Apa yang kau takutkan sayang?" tanya Jonathan yang tiba-tiba ada di belakangnya.

Seketika Jennifer dan Grace terkejut mendengar suara pria itu. Untung saja Jonathan hanya mendengar ucapan Jennifer yang terakhir.

"Kau tiba-tiba menghilang, ternyata kau di sini bersama tantemu," ucap Jonathan sambil melihat bayi yang sedang nyaman di pelukan istrinya.

Namun Jonathan terlihat tidak suka karena bayi tersebut telah membuat gaun pengantin Jennifer menjadi kusut.

Jennifer tersenyum, "aku hanya tidak ingin mengganggumu saat bersama tamu undangan."

"Seharusnya kau tetap berada di sampingku sayang. Bayi siapa ini? mengapa tidak mirip dengan kalian?" tanya Jonathan.

Sontak Grace mengambil Velly dari dekapan Jennifer. Walaupun Velly berusaha menolaknya, namun bayi mungil itu tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ini... ini... putri tanteku," jawab Jennifer gugup.

Jonathan menyipitkan matanya, ia tahu jika Grace juga belum menikah, namun wanita itu justru memiliki bayi.

"Jadi ini alasan Jenny meminta cuti selama enam bulan, ia membantu tantenya untuk merawat bayi yang terlahir tanpa pernikahan. Pantas saja bayi cantik ini terlihat sangat dekat dengan Jenny," pikir Jonathan.

Tiba-tiba saja Jonathan memanggil seorang pelayan. Pria itu meminta pelayan tersebut untuk menjaga bayi Grace. Namun Grace langsung menolaknya.

"Tante harus menikmati pesta ini, biarkan pelayan yang mengurus bayinya," kata Jonathan.

"Tidak perlu Jo, terima kasih. Velly tidak nyaman bersama orang lain. Ia pasti akan menangis dengan keras jika tidak mengenal orang-orang di sekitarnya," jawab Grace.

"Oh baiklah, aku tidak akan memaksa anda. Namun aku harus membawa pengantinku ke lantai dansa," kata Jonathan.

"Oh tentu saja, silahkan..."

Jonathan langsung menggamit tangan Jennifer, dengan berat hati Jennifer pun mengikuti suaminya ke lantai dansa. Jennifer berkali-kali melihat ke arah Grace, ia merasa sangat bersalah karena merepotkan tantenya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Happy Reading All...

Terpopuler

Comments

KEILANA

KEILANA

mantap bagus banget ceritanya...aku suka sekali cerita karangan authornya... buat penasaran, buat baper, dan yg pasti gak bisa berhenti baca nya 👍👍👍👍

2020-10-08

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!