Kenyataan Baru

Jennifer mengikuti Jonathan hingga kedalam pavilliun. Jonathan membuka pintu kamar dan mempersilahkan Jennifer masuk. Ruangan yang telah di desain sedemikian rupa untuk putrinya begitu indah, entah kapan Jonathan mulai melakukannya. Velly terlihat terbaring di ranjangnya sambil menggigit mainan ditangannya. Sang pengasuh sedang sibuk membereskan mainan yang berantakan. Saat Jennifer masuk, pengasuh itu tersenyum dan menyapanya.

Jennifer mendekati putrinya, Velly mendongak dan tertawa saat melihat ibunya, tangannya mulai menggapai gapai minta digendong. Jennifer membungkuk dan menggendongnya. Kerinduannya sangat terlihat jelas pada putrinya, ia memeluknya dengan erat seakan ia akan kehilangan putrinya. Jennifer menatap Jonathan dengan tajam penuh peringatan. Setelah itu ia kembali fokus pada putrinya.

"Mau kemana?" tanya Jonathan saat Jennifer mulai melangkah keluar.

"Aku butuh udara segar, kurasa aku akan duduk di taman sebelum aku mengemasi barang milik putriku." balasnya dengan datar.

Jennifer tidak ingin membiarkan pria itu menang dengan membawa mereka ke villa nya.

Wajah Jonathan berubah muram. Ia memandangi Jennifer dan putrinya dengan rasa tertekan. "Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu Jenni." ujar Jonathan penuh kelembutan.

Tapi Jennifer tidak mau tertipu dengan suara lembut itu. Semakin Jonathan tenang dan lembut, itu semakin menakutkan bagi Jennifer. Ia tidak menjawab, ia terus saja melangkah dan menuju taman villa dengan membawa Velly di pelukannya. Jennifer duduk dibawah pohon besar sambil menikmati cahaya sore. Pikirannya kembali melayang. Apakah Jonathan menginginkan mereka tetap tinggal karena keinginan hatinya atau hanya karena pria itu tak mau kalah darinya?.

"Ayahmu sangatlah licik." gumamnya pada Velly. Ia memandangi wajah putrinya, wajah itu benar benar keturunan Carlos. Mata dan hidungnya sangat persis dengan Jonathan. Jennifer memejamkan matanya.

Ketenangan dan keheningan di taman menyelimuti Jennifer. Menenangkan kecemasan dalam benaknya. Awalnya ia sangat marah pada Jonathan hingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Tapi Jonathan mengubah rasa bencinya saat pria itu memiliki gagasan ingin bertanggung jawab dan merawat putrinya bersama.

Jonathan salah mengira bahwa Jennifer akan memisahkan putrinya darinya. Padahal Jennifer tidak ada pikiran sama sekali untuk melakukan itu. Tapi gagasan seperti apapun yang disarankan Jennifer tetap tidak akan diterima oleh seorang Carlos.

Jonathan tetap menginginkan Jennifer dan Velly tinggal di kota B, agar ia mudah bertemu putrinya. Sebenarnya gagasan itu sangatlah diinginkan Jennifer jika saja hubungan rumah tangganya tidak berantakan seperti ini. Tapi sekarang Jennifer benar benar butuh kebebasan.

Ketika mendengar langkah kaki, Jennifer mendongak dan melihat Jonathan bersama pengasuhnya membawa kereta dorong Velly. Ternyata Velly sudah terlelap dipangkuannya. Dan pengasuh itu menawarkan diri untuk membawa Velly kedalam, dan Jennifer pun menyerahkannya.

Ketika pengasuh itu mulai mendorong keretanya pergi, Jennifer sekilas menangkap kelembutan dan ekspresi yang tidak biasa pada wajah Jonathan saat pria itu menatap putrinya dengan penuh kekaguman, dan jantung Jennifer seakan tertusuk. Jonathan yang dikenalnya selama ini selalu dipuja, tapi entah bagaimana jadi begitu terikat dengan putrinya yang masih bayi dalam waktu yang sangat singkat.

"Kita harus berbicara." kata Jonathan setelah pengasuh sudah terlihat berada di dalam villa nya.

Jennifer menatap Jonathan dengan kepedihan yang mendalam. "Kau tidak perlu membawanya untuk menunjukkan kepadaku bahwa putriku sangat berarti bagimu." jawab Jennifer. "Kau hanya perlu mengatakannya padaku."

Jonathan mengedutkan rahangnya karena rada malu yang melanda atas perkataan Jennifer. "Kau tidak mau mendengarkan." alasan Jonathan.

Jennifer sangat lelah berdebat dengannya. Semarah apapun ia marah pada pria itu, tidak bisa menutupi rasa cintanya yang sangat dalam padanya.

Jennifer frustasi. "Aku hanya terkejut saat kau membawanya tanpa seizinku atau membangunkanku saat tidur." ujar Jennifer. "Apa yang akan kau lakukan jika aku melaporkannya pada polisi."

Jonathan membeku, matanya mulai berkilat kilat. "Aku akan memberitahu mereka bahwa aku punya hak pengasuhan yang sah atas putriku."

Jennifer terkejut. "Apa maksudmu?"

"Sialan...!" umpat Jonathan. "Kau tidak membaca perjanjian pra nikah kita?"

Jennifer makin bingung. "Perjanjian pra nikah?"

"Aku tidak bisa memujimu karena begitu percaya padaku tapi jelas sekali kau memang percaya." ejek Jonathan.

Jennifer berdiri, seluruh perhatiannya terpaku pada Jonathan. "Kenapa? Apa yang ada dalam perjanjian itu?"

"Jika kau memberiku anak, kau akan menyerahkan segala hak asuh penuh anak itu padaku." Jonathan menjelaskan.

Jennifer menatap Jonathan dengan tak percaya. Wajahnya tiba tiba memucat. "Itu tidak mungkin."

"Jennifer..." tangan Jonathan memegang lengannya agar Jennifer bisa mengendalikan amarahnya. "Jika kau menyewa pengacara terbaik di dunia sekalipun, apapun yang kau tuntut itu tidak akan mungkin."

Merasa syok dengan kenyataan baru yang ia ketahui, tubuh Jennifer bergetar hebat merasa ketakutan luar biasa. Ia mencoba mundur menjauh dari jangkauan Jonathan. Tangisnya pecah tidak percaya akan hal ini. Bagaimana bisa Jonathan memanipulasi pernikahannya. Dengan langkah yang terasa berat Jennifer berlari masuk ke dalam villa.

Happy Reading All...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!