"Sejak kapan kamu memakai benda itu?".
"Awal semester.. Saya dapat dari Bapak.. maksudnya makhluk mirip bapak..". Jawab Zahma dengan jujur, dengan koreksi dibagian akhir. Yaa tentu saja bukan dari Pak Aziz.
Dosen itu menghembuskan nafasnya, berat.
Entah beban apa yang dia tanggung saat ini.
"Apa Bapak bisa bantu melepaskan ini???". Tanya Zahma hati- hati.
Dosen itu menggeleng,
"Lalu mengapa bapak membawa saya sampai ke sini kalau bapak tidak bisa membantu saya????". Tanya Zahma dengan datar.
Dia jadi menyalahkan Pak Aziz atas teror yang terus saja menimpanya. Dia awalnya baik- baik saja, hanya gara- gara dia pingsan setelah melihat sosok mirip pak Aziz, hidupnya jadi dipenuhi teror. Dia tidak sanggup menahan takut setiap harinya.
Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Jika bukan suara lirih yang memanggil, maka gerakan tiba- tiba suatu benda yang membuat jantungan, atau sekelebat bayangan hitam yang melintas.
"Saya keluar...". Zahma meraih handle pintu mobil, dan membukanya. Belum dia menapakkan kaki di tanah,
"Saya antarkan kamu ke asrama.."
"Saya masih ada kuliah..". Ujar Zahma.
"Baik saya antar lagi ke kampus..".
Akhirnya dosen dan mahasiswa itu kembali ke kampus.
Zahma turun di parkiran dosen, tanpa mengatakan terimakasih, Dia langsung melenggang begitu saja. Sementara itu pak Aziz hanya geleng geleng kepala.
Zahma sudah menghubungi Dila, bahwa dia akan masuk ke kelas jam kedua. Dan dia yakin, dia terlambat.
Zahma membuka pintu ruang F4 dengan pelan.
Semua menoleh ke arah pintu dan mendapati gadis yang baru saja membuat masalah berdiri di ambang pintu.
"Maaf Pak.. Tadi saya dimintai bantuan oleh Pak Aziz.. Jadi saya terlambat.." Ujar Zahma memberi alasan.
"Masuk dan duduklah..".
Pak Sofi, si dosen irit bicara itu menyuruh Zahma untuk langsung duduk. Karena dia tidak ingin membuang waktu yang memang sudah terpotong cukup lama oleh Rekan sesama dosen.
"Kita lanjutkan.. Saya harap kalian bisa mengatakan dengan baik kepada dosen jam pertama.. Karena ini peringatan terakhir saya, jika pertemuan minggu depan masih seperti ini, saya tidak akan memasuki kelas lagi..". Tandas pak Sofi. Dia memandangi semua mahasiswanya.
Zahma yang sudah duduk bersama Dila dan dua orang lainnya mulai mengerti, bahwa Pak Sofi tengah menegur.
Suasana kelas menjadi hening.
"Maaf Pak.. Saya mewakili teman lainnya, Kami sudah mengatakan kepada Pak Agus seperti yang Bapak minta, InsyaAlloh pertemuan selanjutnya kami sudah bisa tepat waktu Pak.. Terimakasih atas kebijaksanaan bapak selama ini..". Bahar berdiri dan mengatakan kalimat itu dengan hati- hati.
Setelah teguran terakhir dari Pak Sofi, proses pembelajaran segera dimulai. Memanfaatkan waktu yang sangat singkat ini.
***
Zahma menuruni anak tangga gedung F dengan rasa lelah. Hari belum menunjukkan jam 12, namun rasanya gadis itu sudah melewati hari sampai sore.
"Tadi kemana?". Dila yang sudah berjalan sejajar dengan Zahma mulai bertanya. Neli dan Maroh mengekor di belakang, sembari mendengarkan.
Zahma hanya menghembuskan nafas berat.
"Tadi kami nyari kamu ke ruang dosen loh, tapi nggak ada.. Aku khawatir banget..." Ujar dila.
"Pak Aziz bawa Aku keluar dari kampus, jalan mana tuh Aku nggak paham..". Jawab Zahma akhirnya.
"Ngapain lagi itu Bapak?". Maroh ikut nimbrung.
Keempat mahasiswi itu berhenti dan duduk di gazebo depan gedung F.
"Nggak ngapa- ngapain...".
"Zah.. boleh Aku tanya sesuatu? tapi jangan marah yaa..."
Dila dengan takut- takut melirik teman dekatnya itu.
"Tinggal tanya aja sih Dill.. Kayak sama siapa..". Zahma mendengus. Biasanya tanpa bertanya terlebih dahulu, Gadis itu akan langsung nyerocos.
"Sudah dua kali kamu kayak tadi.. apa kamu sadar?".
Zahma menatap ketiga temannya, yang duduk di tempat masing- masing. Alisnya mengerut. Tidak mengerti.
"Memang Aku kayak apa?".
"Kamu seperti bukan kamu..". Ujar Neli.
"Serius Aku nggak ngerti maksud kalian deh...".
"Kamu tadi gunain kekuatan kamu buat mencekik pak Agus? Sebelumnya juga Alif kamu gituin.. Inget pas kuliah malemnya Pak Aziz kan?"
"Hah??!! Nggak usah ngaco deh..". Zahma menggeleng.
Dia mencekik?
"Hahaa..". Gadis itu tertawa dengan datar. Tidak mungkin.
Bukankah dia waktu itu korban cekikan yang berasal dari mimpi?
"Beneran Zah... Kamu sadar nggak temen sekelas jauhin kamu, karena kejadian itu...". Jelas Maroh.
Zahma mengerti sekarang. Benarkah begitu?
Kenapa semua menjadi tidak terkendali seperti ini?
Zahma menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
Pak Aziz yang bisa melihat gelang setan pun tak bisa membantunya!.
"Kamu pasti tahu penyebab berubahnya kamu kan?". Dila menepuk pelan pundak Zahma. Memberi penghiburan.
"Ini karena gelang yang ada di tanganku..."
Zahma membuka wajahnya lagi. Dia mengulurkan tangan kirinya.
"Gelang?".
Zahma mengangguk.
"Gelang ini...". Sentuh Zahma pada gelang silver itu.
"Kalian tidak bisa melihatnya.. Hanya Aku..". Imbuh Zahma dengan sedih.
Ketiga teman gadis itu hanya bisa menatap dengan prihatin.
"Aku mau nglepas ini, tapi nggak bisa.. Aku sudah nggak kuat Dil.. Aku sering merasakan mereka.. ". Zahma menunduk, Air mata sudah meleleh, jatuh menimpa rok navy yang dia pakai.
Neli dan maroh mendekat, ketiga gadis itu memeluk temannya dengan erat. Membari penghiburan.
"Sabar Zahma.. Ini ujian untuk kamu.. Masih ada kami ada di sini..".
Neli mengelus punggung Zahma dengan lembut.
Sementara itu, Mahasiswa yang kebetulan lewat jalan dekat gazebo hanya melihat dengan heran, tingkah empat mahasiswa yang berpelukan, dengan wajah sedih.
Mereka melihat Zahma diantara empat gadis itu, dan mereka langsung menyimpulkan sesuai apa yang mereka inginkan.
"Yok kita pulang, Kamu butuh istirahat.. Kita naik angkot aja yaa..". Tawar dila. Zahma mengangguk.
Empat gadis itu berpisah di persimpangan perpustakaan. dua orang tetap berjalan lurus, sedang maroh dan neli berjalan ke kanan, menuju parkiran depan gedung D.
***
"Pak Aziz bisa melihat gelang ini Dil.. Tapi dia tidak bisa melepasnya.. Apa beliau berbohong ya Dil???".
Setelah turun dari angkot, dan mulai berjalan melewati gang menuju asrama, Zahma bersuara.
"Beliau bisa melihat?". Tanya dila dengan heran. Zahma mengangguk.
"Apa ada yang disembunyikan beliau? Siapa yang memberi gelang itu Zah? Kamu belum ngomong..".
"Setan itu lagi Dil.. Yang mirip Pak Aziz.. pas Aku ikut kegiatan organisasi yang malem- malem itu.. Malam ramah tamah nyambut anggota baru...". Jelas Zahma secara detail. Dila manggut- manggut, teringat saat itu Temannya itu mengatakan akan mengikuti acara malam.
"Aku pikir itu pak Aziz karena senyumnya sama persis.. beda kayak yang pertama itu, kan nggak senyum.. Jadi... kupikir itu dia". Ucap Zahma lagi.
"Kami ngobrol lumayan lama waktu itu, karena Aku ngerasa gerah pas di ruangan. Jadi Aku keluar. Eh ada Dia.. ku kira setan, ternyata dia senyum..". Zahma mengingat kejadian malam itu.
Andai saja dia menyadari keanehan Pak Aziz waktu itu.. Ya aneh jika dipikir, Dosen nya ada di area gedung E, yang bukan wilayahnya, ditambah datang hanya untuk mengobrol.... Hmmmmhh....
.
.
Bersambung💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Adfazha
setannya naksir sm km Zah, mky jgn melamun trs bykin do'a
2022-06-23
1
Nur Hidayah
Lanjut kak Authooor
2022-06-23
2
Desilia Chisfia Lina
lanjut
2022-06-23
1