Dosen gadungan dan cewek monster

Hari jum'at sudah menghampiri kembali. Kegelisahan mahasiswa terlihat jelas dari wajah- wajah mereka. Bagaimana tidak, Malam Sabtu sebelumnya menjadi momen yang tidak akan pernah mereka lupakan sepanjang hidup, dan akan dikenang oleh junior mereka, dan disebarkan dari mulut ke mulut dengan secukupnya penambahan. Heheee.

Dan nanti malam adalah malam sabtu, sedangkan Dosen yang bersangkutan masih menggantung status perubahan jadwal mengajar. Benar- benar membuat resah dan gelisah saja.🤭

***

Zahma dan ketiga temannya sudah memasuki ruangan G5. Kelas masih kosong hanya mereka berempat yang berada di ruangan. Selebihnya berada di luar ruangan, menyender di tembok, dan ada juga yang duduk lesehan di teras ruangan.

Bukan tanpa alasan, tentu saja agar mereka dapat memastikan terlebih dahulu, kalau yang masuk benar- benar dosen mereka, buka dosen pengganti.

Bahar yang menjadi ketua kelas menjadi bulan- bulanan cewe kelas. Dia dianggap tidak becus melobi Pak Aziz. Padahal Jika mereka tahu, Pak Aziz bahkan belum membalas pesan Bahar, padahal sudah dibaca. Dan saat Bahar ingin menemui di ruangan Dosen, Pak Aziz tidak pernah ada. Seminggu ini, Dosen itu tidak terlihat di area kampus. Jadwal mengajar di kelas lain pun tidak dimasuki.

***

"Kalian mikir kayak Aku nggak?", Eka mulai membuka mulut turahnya.

"Nggaakk!!".

Dua orang temannya, Fia dan Hikmah menjawab dengan kompak, membuat Eka menampuk lengan teman laknatnya dengan keras.

"Dosen gadungan yang kemarin itu, Aku pikir ada hubungannya sama si cewe monster...". Ujar Eka, dengan ekspresi seperti biang gosip. Cewe monster yang mereka maksud tentu saja gadis yang saat ini sudah berada di ruangan bersama tiga teman dekatnya. Zahma.

(Bayangkan sendiri ekspresi wajah seperti itu yaa.. Pasti kalian punya objek fantasi sendiri- sendiri. Terutama yang punya tetangga mulut turah ehehee).

"Kok bisa gitu?". Tanya Hikmah. Dia tidak berpikir sejauh itu.

"Dua kali dia kambuh, ditambah dengan kemarin, suasananya sama kan? Ada angin dateng terus suhu kelas langsung dingin...". Imbuh Eka.

"Kalo di film- film juga gitu kan? Namanya juga horor.. ". Fia ikut berkomentar. Dia memang menduga seperti Eka, Namun Zahma kemarin sampai pingsan. Jika Dia saja pingsan, mana mungkin Dosen gadungan dan gadis monster berhubungan.

"Pokoknya Aku nyimpulin mereka punya hubungan..". Putus Eka, sambil mengangguk- angguk. Membenarkan omongannya sendiri.

"Kamu tanya tuh, Bahar Alif Anaj yang udah ngerasain serangannya cewe monster.. Pasti mereka nyimpulin kayak Aku..".

Fia dan hikmah mengangkat bahu mereka.

"Ntah...". Ujar Fia dan Hikmah.

Sementara itu, obrolan di tengah gerombolan cowo, tak jauh beda dengan bahasan Eka.

"Punggungmu sudah sembuh Bro?". Tanya Alif ke Anaj.

"Kamu sendiri lehernya gimana tu?". Bahar ikut nimbrung, sambil menunjuk ke arah leher Alif.

Mereka sedang membahas kejadian yang lalu. Kejadian saat Alif mendapat cekikan dari tangan tak kasat mata, dan Anaj yang terlempar ke tembok dengan kekuatan angin.

"Masih sedikit ngilu nih punggung.. Kuat banget ya itu cewe.. Padahal cuman mendelik ke arah ku..". Ujar Anaj sambil bergidik. Dia ingat delikan mata Zahma, yang kemudian disusul hantaman angin ke tubuhnya.

"Serius.. Aku juga ngeri sama itu cewek.. Matanya cuman mendelik, dayang- dayangnya yang kerja.. Leherku rasanya nyeri banget.. Ini sudah mendingan sih..". Alif berkata, sambil membayangkan kejadian tempo hari.

"Ngapain nggak kalian bales tuh cewek?".

Eka yang pendengarannya sangat tajam, terutama dalam pergosipan, segera menghampiri cowok yang dia simpulkan sedang membahas Cewek monster, Zahma.

Cowok tiga itu terkaget dan langsung menoleh, menatap Eka.

"Kami membalas dia? Cari mati aja..!". Ujar Alif ogah- ogahan. Lagipula, Di sudut hatinya, Dia yakin yang mencekiknya bukan cewek itu. Cewek itu hanya kesurupan saja. Anaj dan Bahar menyetujui kalimat Alif.

"Cemen amat jadi cowok!". Sindir Eka, kemudian dia kembali ke gerombolannya dengan kesal.

"Eh Har.. Pak Agus yang nasibnya sama kayak Aku, gimana tuh? Aman aja kan?". Tanya Alif penasaran. Sebab Dosennya itu kemarin tidak masuk untuk mengisi. Entah bagaimana kabarnya, Karena Bahar menghubungipun tidak dibalas.

"Aku nggak tau.. Semoga aman aja ya..". Harap mereka. Bagaimanapun, Pak Agus memang perlu diberitahu soal ketepatan waktu pembelajaran.

Bahar melirik jam tangan yang sedang dipakai oleh Anaj. Sudah 45 menit berlalu dari jadwal kuliah malam, namun dosen tidak menunjukkan tanda- tanda kedatangan. Semua menjadi khawatir. Khawatir jika kejadian malam sabtu kemarin kembali terulang.

Panjang umur, Sosok yang ditunggu akhirnya datang. Dia baru saja menaiki tangga, dan berjalan di lorong. Semua mahasiswa yang duduk lesehan atau bersender di tembok, berdiri dengan tegak. Posisi waspada.

Mata mereka melirik kaki dosen. Suara tapak sepatu membuat mereka yakin bahwa itu memang benar Pak Aziz.

Melirik kaki dosen menjadi reflek mahasiswa sejak peristiwa malam sabtu kemarin. Seperti cerita Bahar, bahwa dia melihat Kaki sosok itu mengambang. Jadi bisa dipastikan, jika kaki menapak berarti dosen asli, jika kakinya mengambang, maka itu dosen gadungan, alias dosen gaib yang meresahkan hati.

"Mengapa tidak masuk kelas?". Ujar Pak Aziz kepada mahasiswa yang dia lewati.

Dia bukannya tidak mendengar peristiwa malam sabtu, di jam mata kuliahnya, Dia tentu saja tahu dengan pasti alasan mereka tidak memasuki ruangan.

Pak Aziz hanya tersenyum, saat mendengar jawaban meraka kalau mereka sedang mencari angin di luar.

Dosen itu memasuki kelas, dan duduk di kursi dosen. Masuknya dia diiringi mahasiswa yang juga memasuki kelas, dan menempati barisan kursi yang tersedia.

"Saya minta maaf karena tidak membalas pesan ketua kelas, karena memang tidak sempat..". Dosen itu mengawali dengan permintaan maaf.

"Untuk penggantian jadwal, mungkin bisa didiskusikan kembali, karena Saya sendiri ada jadwal di kelas yang lain, dan sedang mengikuti kegiatan di luar kampus".

Mahasiswa mendengarkan, ingin protes tetapi tidak bisa.

"Pertemuan kita tinggal beberapa kali saja kan sebelum Ujian Semester? Jadi sepertinya tidak masalah jika jadwalnya tetap seperti ini saja..". Pak Aziz memberikan kesimpulan.

Semua menghembuskan nafas kecewa.

"Baik Pak.. Jika bapak tidak bisa mengganti jadwal. Namun saya mewakili teman- teman, meminta Bapak untuk memastikan jika akan masuk mengajar atau tidak Pak.. Agar kami mendapat kejelasan, Karena... Ehmm...". Bahar menghentikan kalimatnya, membersihkan kerongkongannya yang tiba- tiba terasa kering.

"Karena... kami tidak ingin peristiwa malam sabtu kemarin terjadi lagi Pak.. Kami sangat trauma..". Ujar Bahar terkesan seperti curhat.

Semua mengangguk setuju.

"Akan saya usahakan". Begitu saja respon Pak Aziz.

Mendengar respon dosennya yang biasa saja, mereka jengkel. Jika boleh kurang ajar, maka mereka akan menguwel- uwel dosen itu. Atau bila perlu, mereka ingin meminta Zahma menggunakan kekuatannya untuk mencekik Pak Aziz seperti saat Dia mencekik Pak Agus. Heheee....

Kuliah malam sabtu segera dilanjutkan dengan keterbatasan waktu, karena sudah terpotong 45 menit sebelumnya, ditambah ucapan pembuka dari si Dosen.

.

.

Bersambung💋

Terpopuler

Comments

Desilia Chisfia Lina

Desilia Chisfia Lina

gimana mau nyekik pak azis orang dia saja pawangnya 😂😂

2022-06-25

1

Adfazha

Adfazha

pak Azis pawang setan mana bs dicekik br dtg za tuh setan bubar jln 😅😅mlm ini aman yaa, biasanya Khan maljum yg horor lahh dsni maltu yg horor 🤭

2022-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!