Zahma hari ini merasa malas untuk mengikuti kuliah malam. Apalagi dosennya Pak Aziz. Dosen Hukum Acara Perdata. Padahal biasanya Gadis itu biasa saja, walaupun sosok misterius mirip pak aziz sering mengganggunya, terakhir saat acara ramah tamah yang dia ikuti, sehingga menghasilkan gelang silver itu berada di pergelangan tangannya. Dan belum bisa terlepas sekeras apapun gadis itu berusaha melepasnya.
"Kenapa kayak gitu banget mukanya?". Dila menegur teman dekatnya itu, begitu melihat aura wajah sang trman tidak menyenangkan.
"Males banget Aku kuliah hari ini..". Ucap Zahma dengan jujur.
"Masih inget kejadian dulu?". Tanya dila,
"Yee.. nggak lah, kemarin aja Aku biasa kan?" Bela Zahma.
"Aku tuh kayak ngerasa akan ada sesuatu yang nggak biasa bakal terjadi, Dill...". Imbuh Zahma lagi.
"Nggak usah bikin parno deh kamu!!". Dila memukul pelan pundak temannya itu. Bulu kuduknya meremang mendengar penuturan Zahma. Apalagi temannya itu pernah bercerita bahwa Dia bisa merasakan kehadiran mereka yang tak kasat mata.
"Ya semoga cuman perasaanku aja ya...". Simpul Zahma, menenangkan dirinya sendiri dan Dila.
***
Zahma dan Dila sudah memasuki kelas. Suasana sudah ramai, hampir semua sudah berada di kelas, termasuk para cowo berandal.
Zahma berdecak saat melihat salah satu teman cowo sekelasnya duduk di meja dosen.
"Bisa naikin kaki sekalian nggak di meja dosen?". Tanya Zahma dengan sarkas, sambil melirik Alif. Si cowo yang tengah duduk di meja dosen.
"Ehmmm.. Nggak usah sewot donk..". Balas si Alif diiringi tawa kecil.
"Oh iyaa.. Dosen kesayangan yaaa... cieeee". Tambah si Alif semakin menyebalkan.
Semua teman cowok bersorak.
Tawa Alif langsung terhenti saat Zahma mendekatinya bersamaan dengan angin yang berhembus dengan kencang dari arah belakang gadis itu. Semua mata tertuju pada pemandangan di depan mereka. Tidak biasanya mereka melihat gadis biasa saja seperti Zahma melakukan hal itu. Apalagi suhu udara dalam kelas langsung berubah dingin dan mencekam.
"Bisa bilang sekali lagi?". Zahma bertanya dengan datar ke arah Alif, sambil menyunggingkan senyum separuh. Matanya menatap tajam, membuat yang ditatap ketakutan. Baru kali ini dia melihat gadis itu menatap dengan sangat tajam. Seolah akan memangsa dengan buas.
"Aa...k..". Alif terbata, lehernya mendadak seperti tercekik. Semua yang melihat berdiri, Anaj yang berada di bangku barisan depan berusaha membantu Alif yang terlihat kesakitan, walaupun Zahma tidak menyentuh sama sekali.
Wushhhhh...
Zahma menoleh ke arah Anaj, dengan mata mendelik tajam, disusul Angin kencang langsung menghempas tubuh Anaj, dan mendorongnya dengan keras ke tembok ruang kelas. Semua mata membola melihat kejadian itu. Beberapa cewek berteriak ketakutan.
Dila Maroh dan Neli berusaha mendekati Zahma yang tidak biasa itu. Namun langkah kaki mereka seperti tertahan. Tidak ada yang bisa bergerak, atau berpindah dari tempat masing- masing.
Sementara itu Alif, makin merasa kesakitan, tangan tak kasat mata seolah tidak mau melepaskannya.
Brakkk...
Pintu ruang kelas terbuka dengan kencang. Semua mata menoleh dengan kompak ke arah pintu. Pak Aziz sudah berdiri diambang pintu. Dia menghela nafas berat.
Suasana kelas yang sebelumnya menegang, kini pulih. Semua sudah bisa bergerak leluasa. Alif sudah terlepas dari cekikan menyakitkan di lehernya. Dia segera beringsut menjauhi Zahma yang masih berdiri mematung di tempatnya tadi. Sementara Anaj yang tadi terpental, sudah duduk di kursinya lagi, sambil menahan sakit di punggung akibat terbentur tembok cukuk keras.
Sementara itu Zahma masih berdiri. Dia bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
"Kamu bisa kembali ke tempat duduk..". Tegur seseorang, yang diyakini Zahma sebagai Dosennya. Pak Aziz.
Zahma berbalik dan menatap bingung. Dia masih tidak menyadari apa yang sudah terjadi.
"Maaf...". Dia berkata dengan lirih. Kemudian berjalan ke tempat duduknya, di sebelah Dila.
Pak Aziz segera duduk di singgasana kursi dosen, kemudian menghela nafas lagi. Suasana kelas hening.
Zahma menunduk. Dia tahu, ada hal aneh yang terjadi pada dirinya.
"Are you okey?". Neli berbisik.
Zahma menoleh ke arah neli yang berada di sebelah Dila.
"Yaa...". Zahma hanya membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara apapun.
"Baik, bisa kita mulai ya.. Siapa yang mendapatkan giliran memaparkan materi kali ini?". Suara Pak Aziz memecah keheningan kelas.
Semua menoleh ke arah Zahma. Karena gadis itulah yang hari ini melakukan pemaparan materi, sebelum si dosen menjelaskan lebih dalam lagi. Alif yang tadi mengalami hal menakutkan bergidik melihat gadis itu. Selama 5 semester, baru kali ini si teman cewek menunjukkan sisi lain dirinya.
'Harus hati- hati nih gue'. Batin si cowok.
Zahma maju ke depan. Dia membawa catatannya tentang materi hari ini, yang sudah dia siapkan kemarin.
Gadis itu mulai menjelaskan pemahamannya tentang materi di pertemuan malam ini. Dia presentasi dengan santai. Sementara yang lainnya memperhatikan dengan seksama.
Namun jika diperhatikan, mereka hanya merasa takut jika gadis yang sedang presentasi itu berubah menjadi sosok menakutkan seperti beberapa saat lalu.
"Itu tadi bukan dia kayaknya ya.. Serem bangett..." Bisik Eka dengan sangat pelan. Hana yang dibisiki pun mengangguk setuju.
"Baik demikian teman- teman dan Pak Dosen apa yang saya pahami tentang materi untuk hari ini, mungkin bisa diberi penjelasan lebih lanjut.. Terimakasih...".
Gadis itu kembali ke tempat duduknya.
Dia menghembuskan nafas lega. Bagaimana tidak lega, karena suara bisikan yang tadi mengganggu selama presentasi, berakhir dengan selesainya dia memaparkan materi.
Suara sialan itu lagi- lagi berbisik diiringi angin dingin. Hampir saja dia keceplosan memaki, untunglah Dia bisa mengontrol dirinya sendiri. Jika tidak entah bagaimana teman sekelasnya sekaligus dosen akan menilai dirinya.
***
Jam kuliah malam telah berakhir, semua sudah mulai keluar dari ruangan.
"Mau jalan kaki atau nebeng ke temen nih Zah?". Dila menjejeri Zahma yang sudah berdiri siap untuk keluar ruangan.
"Nebeng siapa?". Zahma bertanya.
"Neli sama Yuli.. Gimana?".
Zahma melirik teman yang disebutkan oleh Dila.
"Boleh...".
Dia menghembuskan nafas lega. Sebenarnya Dia takut jika harus jalan berdua dengan Zahma malam ini, apalagi setelah kejadian tadi. Dia takut Temannya itu akan kambuh.
Padahal jika disuruh memilih, apabila keadaan normal tidsk ada kejadian tadi, Dia akan memilih jalan kaki saja, sembari menikmati angin malam, dan ramainya jalanan kota di malam hari.
"Owalah ya udah kirain belum ada yang nebeng kamu, Yul.. Hehee...". Dila tertawa kecil, begitu tahu kalau ternyata Yuli sudah ada yang akan menumpang.
Dila melirik Zahma, dan tersenyum kaku. Mau tidak mau harus jalan kaki. Begitu batin gadis yang sedang ketakutan itu.
"Aku jalan sendiri ndak papa, Dil.. Banyak juga temen yang kuliah malem ini.. Rosita sama Sasi kuliah malem.. Biar Aku sama mereka aja.. kamu sama Neli buruan..".
Zahma memberikan ide, Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Dila. Tidak biasanya Dila meminta nebeng ke teman lainnya.
"Yuk pulang.. Nggak usah bilang aneh- aneh...".
Dila menggeret lengan Zahma untuk keluar dari ruang kelas.
Di gerbang kampus, dua gadis itu bertemu dengan teman satu asrama mereka.
'Ahh syukurlah.. nggak pulang berdua aja..'. Dila bisa bernafas lega kali ini.
.
.
Bersambung💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Desilia Chisfia Lina
ngeri banget sih zahma ketasukan y serem 😖😖
2022-06-23
1
Adfazha
Dila lm2 bs stress nihh ketakutan dkt Zahma
2022-06-22
1