Ruang Dekan menjadi hening. Zahma tidak mau membuka mulutnya.
Mengapa orang lain ingin mengetahui cerita itu? Dia sendiri ingin melupakannya!!
"Baiklah.. Bapak tidak akan memaksa, jika kamu sudah tenang, pintu ruangan bapak selalu terbuka untuk kamu". Akhirnya Pak Supani menyerah untuk mengorek informasi tentang kejadian seminggu yang lalu.
Jika saja cctv di ruangan tempat kejadian itu tidak tiba- tiba mati, maka tidak perlu Dia mengorek dari si korban.
"Kamu bisa kembali..".
Dila mengangguk mewakili Zahma. Kemudian membimbing temannya untuk berdiri dan beranjak dari ruang dekan.
***
"Jadi cewe itu? Kasihan ya.. Ku denger seminggu dia demam loh.. orang kalo kayak gitu biasanya saking shocknya.. untung nggak sampe gila ya?" Suara bisik- bisik terdengar dari balik rak buku di hadapan Zahma.
Gadis itu mendengarnya langsung. Dia tau dengan pasti bahwa yang dimaksud adalah dirinya ini.
Andai.. andai mereka tahu... Batin Zahma sedih.
Setelah mengambil 3 buah buku untuk bahan membuat makalah, Dia segera beranjak menuju tempat peminjaman buku. Dia mengantri di barisan ketiga. Setelah mahasiswa di depannya selesai, dia segera maju dan meletakkan buku pinjamannya di hadapan petugas.
petugas menscan barcode yang terdapat pada buku dengan cepat. Mata petugas itu melirik sekilas ke Zahma. Dalam hatinya Dia membatin.
'Oh ini mahasiswi yang pingsan itu..'
"Terimakasih Pak..". Zahma berlalu, menuruni tangga perpustakaan dan mengambil tasnya yang ada di loker.
Dia pergi ke perpustakaan sendirian, karena teman- temannya mempunyai kesibukan sendiri- sendiri.
***
Sesampainya di asrama, Zahma segera meletakkan tasnya di atas lemari plastik miliknya. Kemudian menggeletakkan dirinya di karpet kamar. Lelah sekali rasanya yang dia lewati hari ini.
Diapun berbaring, dan mulai memejamkan matanya yang mengantuk.
tuk tuk tuk.. Suara sepatu terdengar menggema, memenuhi telinga Zahma.
Zahma merasa dejavu, Dia saat ini sedang berjalan di belakang dosennya. Pak Aziz. Dosen di depannya berjalan dengan ringan, tanpa menimbulkan suara. Berbeda dengan dia yang berjalan dan meninggalkan bunyi tuk tuk di lantai.
Mengapa lorong menuju ruangan dosen seperti panjang sekali?. Batin Zahma.
Pak Aziz berhenti secara mendadak dan menyebabkan Zahma menabrak punggung dosennya. Gadis itu kaget bukan main. Pak Aziz balik badan dan menyeringai sangat menyeramkan.
Wajah Zahma pias, seolah tidak ada pembuluh di bawah kulitnya. Dia mundur dengan cepat, namun Pak Aziz yang entah bagaimana melesat secepat angin.
Zahma terpental.
Hosh hosh hoshhh. Nafas Zahma memburu, Dia bangun dari mimpi buruk. Jantungnya berdegup kencang.
Zahma menutup matanya, kemudian bersender di lemari.
Gadis itu menekuk lututnya, dan menempelkan keningnya di lutut. Dia takut, sangat takut.
Mengapa kejadian menyeramkan ini menimpanya?
***
Beberapa minggu kemudian...
Zahma terus berusaha melupakan kejadian beberapa minggu yang lalu, walaupun bisik- bisik masih saja terdengar. Dia masa bodoh.
Saat kuliah malampun, Dia akan langsung menuju kelas, dan tidak duduk di gazebo. Diapun lebih memilih bangku di belakang. Tidak seperti sebelum- sebelumnya, memilih barisan bangku nomor 2.
"Sekarang jadwal presentasi kelompok siapa?". Pak Aziz yang mengajar hukum perdata itu baru saja masuk ke kelas dan langsung bertanya.
Mahasiswa saling pandang, termasuk Dila dan Zahma. Heran dengan tingkah dosen yang ada di depan kelas.
Zahma jadi mengingat tingkah aneh dosen itu saat kejadian waktu itu. Persis. Mereka sama persis.
Jangan- jangan? Zahma menggeleng, menepis pikiran buruknya.
"Ada apa?".
Zahma mendongak dan kaget melihat Pak Aziz berdiri di samping bangku yang dia duduki.
Gadis itu langsung berteriak kencang begitu melihat mata menyala Pak Aziz.
"Aaa Jangaannnnn........!!!!!!!".
Suara teriakan Zahma menggema di seluruh ruangan. Gadis itu menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Nafasnya memburu, jantungnya berdegup sangat kencang, pelipisnya pun sudah basah oleh keringat.
Semua yang ada di ruangan kaget bukan main dengan teriakan Zahma. Mereka berdiri dan mendekat, mengerumuni Zahma. Penasaran.
Bahkan dosen dan mahasiswa dari ruangan lain pun nampak ingin tahu.
"Ada apa ini Pak Aziz?". Tanya Dosen yang berada di ruangan sebelah, begitu sudah mendekat ke rekan kerjanya.
"Saya tidak tahu pak.. Mahasiswi itu langsung berteriak saat melihat saya.. Mungkin kaget atau bagaimana...".
Bulu kuduk kedua dosen itu meremang. Mereka terbawa pikiran masing- masing.
Begitu mengetahui bahwa yang berteriak adalah Zahma, Mahasiswa yang tadi sempat berkerumun di depan pintu, segera berbalik lagi ke ruangan. Mereka menyimpulkan bahwa gadis itu masih trauma.
Yaa.. Siapa yang tidak tahu kabar yang beredar?
Dila, Maroh, dan Neli berusaha menenangkan teman dekat mereka. Dila bahkan sudah memeluk Zahma dengan erat, membisikkan bahwa tidak apa- apa, tidak terjadi apa- apa.
Saat Zahma sudah berani membuka matanya, Dia melirik takut- takut ke Dosen yang sedang duduk di bangku dosen. Dila rupanya tahu tatapan mata Zahma menuju kemana. Dia sejak tadi curiga, bahwa kejadian beberapa minggu yang lalu ada kaitannya dengan Pak Aziz.
'Yaa.. Pasti ada kaitannya..'.
"Apa kita pulang aja? Biar nanti Aku antar..". Neli menawarkan diri. Dia membawa motor untuk pulang pergi dari asrama ke kampus. Itulah mengapa dia tidak pernah berangkat bersama Dila dan Zahma.
Zahma menggeleng. Dia berbisik pada Dila, meminta bertukar tempat duduk. Dia ingin duduk diapit oleh teman dekatnya, tidak berada di paling pinggir seperti tadi. Dila menyanggupi.
Dalam hati, gadis itu membatin akan mengadukan kecurigaannya pada Dekan.
.
.
Bersambung😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Allessha Nayyaka
Apa ada yg nyamar jd pak azis ya
2022-09-01
1
Nur Hidayah
Iya Zama mending cerita aja, biar masalahnya terpecahkan, aku ikutan takut kak Author🙈
2022-06-22
2
Desilia Chisfia Lina
mending cerita apa yang kamu alami mungkin dekan dan dosen ngak percaya tapi lebih baik dari pada kamu simpN sendiri setidaknya Da teman2mu yang menjaga
2022-06-18
1