Ikutlah bersamaku

Seperti hal nya setiap kejadian yang lalu, kejadian kuliah malam di hari jum'at (malam sabtu) pun menjadi trending di kampus. Semua mulut membicarakan malam menyeramkan itu. Bahkan ada yang memberikan bumbu agar kisah itu semakin terdengar menyeramkan.

Kejadian malam sabtu menjadi babak baru rasa takut yang menyelimuti Kelas yang Zahma ada di dalamnya. Setiap ada dosen yang masuk, bahkan di siang hari sekalipun, mereka akan serempak melihat telapak kakinya. apakah mengambang, atau masih menyentuh lantai.

Bahar bahkan mengusulkan pindah jam kuliah, dan bernegosiasi dengan dosen, ada 3 mata kuliah yang diajarkan di malam hari yang dimintakan perubahan jadwalnya. Tentu saja atas desakan dari teman- temannya. Lagi pula, dia sendiri masih merasa takut.

Dua orang dosen menyetujui berpindahnya jadwal, hanya satu yang belum memberikan keputusan. Pak Aziz.

"Gimanaa? Bapak itu sudah setuju belum??". Dina mendesak Bahar.

" Belum.. Yang sabar, yang penting kan sudah dua yang acc pindah.."

"Yang penting tuh harusnya yang malam sabtu, Har !!! Nggak inget kamu yang kemaren itu?". Tanya Dina.

"Kamu aja sampe pingsan...". Dina kembali bersuara, dengan nada menyindir Bahar. Sementara yang disindir, hanya diam saja.

"Kenapa bukan kamu yang nego pak aziz langsung? Barangkali beliau langsung setuju..". Bahar menyentil Dina. Semua mendorong dia untuk menemui Pak Aziz dan memintakan perubahan jadwal, tetapi begitu dosen belum acc hingga sekarang, mau menyalahkan dirinya?

Oh tidak bisaaa... Ujar Bahar sewot, tentu saja membatin saja.

"Hih Ogahhh...". Dina langsung menjauh dari bahar, setelah memberikan delikan tajam pada Bahar.

Sementara itu, di sudut kelas, Zahma termenung. Dia duduk bersama ketiga teman dekatnya. Mereka mengobrol, namun pikiran Zahma tidak bersama teman- temannya. Dia memikirkan kejadian malam sabtu kemarin.

***

Flashback malam sabtu.....

Zahma menatap dosen di depan sana yang iya yakini adalah dosen pengganti yang sering mendatanginya, dan membuat ketakutan.

Mata dosen itu beralih menatap Zahma, setelah sebelumnya menatap tajam Bahar hingga membuat cowo itu jatuh pingsan.

"jadi kamu sudah sadar siapa saya?", Sosok itu tersenyum jahat.

Debummmmmmm !!! Suara pintu terbanting dengan cukup keras, diiringi kelap kelip lampu di dalam kelas. Zahma melirik teman- temannya yang tampak ketakutan. Dia sendiri takut, namun karena pernah mengalaminya, Dia tidak sehisteris teman sekelasnya.

Lampu padam. Suara jeritan kembali terdengar.

Zahma memejamkan matanya sesaat setelah lampu mati, kemudian membuka matanya lagi. Dia hanya berusaha menguatkan dirinya sendiri. Gelap. Tidak ada siapapun yang terlihat, hanya ada suara ketakutan yang keluar dari bibir- bibir mahasiswa.

Zahma melirik gelang silver yang sejak tadi sudah berkilau- kilau.

Greppppp....

Sebuah tangan dingin meraih tangan kiri Zahma, Kemudian menyeretnya. Dalam kegelapan, Zahma merasakan tubuhnya melayang dengan ringan, Dia sendiri tidak bisa mendefinisikan perasaannya saat ini, yang jelas Dia sangat ketakutan.

Tangan dingin itu mencengkeram dengan kuat.

'Jangan mencoba melepas gelang pemberian ini atau Aku akan mengikutimu kemanapun....'.

Suara bisikan halus Zahma dengar ditelinganya, diiringi hembusan nafas yang dingin. Bulu kuduk Zahma meremang. Dia memejamkan matanya.

Saat tangan dingin itu melepas cengkeraman di pergelangan tangan Zahma, detik berikutnya gadis itu merasakan pipinya disentuh. Hawa dingin menjalari wajahnya yang memanas karena ketakutan.

Pada titik dimana kesadaran Zahma menurun drastis, gadis itu masih dapat mendengar si Sosok berbisik,

'Ikutlah bersamaku......'.

Setelah itu semua menjadi semakin gelap, dan Zahma tidak mengingat apapun lagi.

flashback off

***

Tepukan di pundak Zahma menyadarkannya dari lamunan.

"Eh iya? Gimana? Hee...". Zahma tersenyuk kaku. Dia sejak tadi tidak mendengarkan pembicaraan ketiga temannya.

"Mikirin apa sih?". Tanya Neli heran.

Zahma menggeleng,

"Kalian tadi ngomongin apa? Sory Aku lagi kurang fokus...". Zahma merasa bersalah.

"Udah bilang ke panitia yang ke Bogor? Kalo ada penyusup mau ikut?". Tanya Dila.

Zahma tersenyum mendengar kalimat Dila.

"Udah bilang.. Bisa aja kok..".

"Sipp lah...".

Seperti biasanya, kampus selalu ramai hilir mudik mahasiswa. Zahma melihat pemandangan seperti itu setiap harinya. Dari balik kaca jendela ruangan F1, Dia melihat segerombol cewe dari fakultas lain yang sedang mengobrol sambil berjalan, Mereka tertawa sangat rileks, dan seperti menikmati setiap momen perkuliahan yang mereka lewati.

Lalu bagaimana dengan dirinya?

Zahma menghembuskan nafas berat,

Yaa.. Bagaimana dengan dirinya? Apakah menikmati semua momen selama kuliah? Momen bersama teman- temannya saat di kampus, saat bingung mencari referensi untuk makalah, momen saat menggosip. Apakah dia menikmatinya?

Gadis itu menggeleng. Dia tidak mempunyai kesempatan itu. Tiap harinya diisi ketakutan.

Semua berawal dari malam itu. Malam sial sepanjang hidupnya.

Setan sialan itu penyebabnya!!!

Mengapa Aku? Apakah ada perkataanku yang menyinggung bangsa setan?

Ah tidakk.. Aku tidak pernah merasa, Karena Aku selalu menganggap Mereka berada di jalurnya, dan Aku berada di jalurku. Apa ada yang salah dengan mindsetku itu?

Zahma menghembuskan nafas berat lagi. Membuat teman- temannya heran.

"Melamun lagi kan?". Maroh menepuk bahu Zahma pelan. Sementara itu Zahma yang sadar, langsung menoleh, dan kembali tersenyum dengan kaku.

"Aku lagi liatin gerombolan mahasiswi tadi.. Kayaknya enak banget ya bisa tertawa lepas.. Menikmati hidup..". Zahma berucap jujur.

Mendengar nada sedih temannya, ketiga gadis yang membersamai Zahma mengerti apa yang tengah dirasakan Zahma.

"Kita juga bisa menikmati kok Zah.. Selama ini iya kan?". Hibur Dila.

"Bukan Kita.. Aku nggak pernah.. Aku selalu ketakutan Dil.. Mereka bisikin Aku terus... Apa Aku bisa tenang kalo setiap hari kayak gitu?". Zahma menatap temannya dengan sedih.

"Mulai sekarang, abaikan mereka, kayak waktu awal dulu.. Kamu ingetkan? Dari kita berempat, kamu yang paling cuek soal cerita horor yang sering kita denger dari temen temen". Dila menyentuh tangan Zahma, memberi pengertian.

"Bener kata Dila.. Sekarang jangan terlalu dipikirin.. Kami bahkan sudah ngerasain yang kamu rasakan dulu pas pingsan dan demam seminggu Zah..". Neli menambahkan.

Yaa.. momen menakutkan itu, Dia berharap hanya sekali seumur hidup.

"Bagaimana bisa?".

Zahma nampak sekali kalau sedang putus asa.

Dulu ia begitu cuek karena tidak ada yang mengikutinya. Sekarang berbeda.

"Kamu harus ubah mindset kamu Zah.. Anggep aja suara itu alunan musik.. Nah atau kalau tidak, Kamu dengerin aja musik pake headset Zah.. Biar nggak denger suara sialan itu...". Dila menyumbangkan ide.

"Pas jam pelajaran Aku harus dengerin musik juga?? Nggak denger donk penjelasan dosen..". Zahma tersenyum, merasa lucu dengan ide Dila.

"Hee.. Iya juga yahh... Tapi bisa dicoba dulu Zah...".

Zahma mengangguk. Dia bersyukur, masih ada yang peduli dengan keadaannya saat ini.

"Makasih ya sayang- sayangkuuuu.....". Zahma merentangkan kedua tangannya lebar- lebar, dan meraup ketiga temannya ke pelukannya.

'Terimakasih....' Ucap gadis itu lagi.

Sementara itu cewe cewe yang melihat momen keempatnya berpelukan, hanya bisa memandang dengan aneh.

.

.

Bersambung💋

Terpopuler

Comments

Adfazha

Adfazha

Zahma km istimewa mky setan demen sm km 🤭🤭Pak Azis mana nihh lom ACC permintaan mahasiswa

2022-06-24

1

Desilia Chisfia Lina

Desilia Chisfia Lina

sukurlah zahma kamu masih punya teman2 yang peduli padamu

2022-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!