Zahma memasuki kelas G6, yg letaknya persis di sebelah anak tangga lantai 2. Dia membuka pintu dan kaget ternyata sudah ada dosen. Gadis itu tersenyum kikuk saat melihat dosen yang duduk di bangku itu ternyata cowo yang tadi mengagetkannya di anak tangga.
"Maaf Pak terlambat...".
Dosen itu mengangguk.
Batin Zahma bertanya- tanya, Kenapa bisa Lelaki muda itu berada di bangku dosen? Atau dia menggantikan Pak Har mengajar? Ah iyaa bisa jadi..
Zahma duduk di kursi sebelah Dila. Temannya itu kemudian berbisik,
"Lama bener ngobrol sama temenmu..".
"Heeee.. ya maaf, Pak Har juga belum muncul kan.. eh taunya digantiin dosen lain.. mana baru lihat yaa...". Balas Zahma dengan berbisik juga. Dila mengangguk.
Dosen di depan mereka berdiri, dan mulai memperkenalkan diri sebagai pengganti sementara Pak Har, selama beliau bertugas di luar. Semua mengangguk saat dosen muda itu memperkenalkan diri sebagai Rama Arkana.
(Waitt.. nggak papa ya nama suami Irene di bawa kesini🤣🤭 bingung cari- cari nama baru)
Pembelajaran segera dimulai, semua memperhatikan dengan seksama. Memperhatikan si dosen sebenarnya. dari pada memperhatikan apa yang keluar dari bibir si dosen😅.
"Dil.. Nanti temenin ke klinik ya.. Leherku perih bangettt..." Zahma berbisik pada teman disebelahnya, di sela- sela mendengarkan ceramah dosen.
"Iyaa.. Aku jadi pengin lihat Zah..". Bisik Dila,
"Ishhh.. Nanti pas diperiksa kan kamu liat.. Sumpah ini perih bangeettt". Zahma meringis, dia memasukkan tangannya di dalam kerudung, kemudian menepuk nepuk pelan lehernya. Benar- benar tidak nyaman sekali. Batin gadis itu.
***
Jam kuliah ketiga telah usai, semua mahasiswa sekelas Zahma segera berhambur keluar ruangan, melanjutkan kepentingan masing- masing.
Zahma, Dila, Neli, Maroh masih berada di ruangan. 3 teman Zahma merasa penasaran dengan perkataan dila soal leher Zahma yang sedang sakit.
Setelah tidak ada mahasiswa lain selain mereka di dalam kelas, Zahma menyibak jilbabnya. Menunjukkan lehernya yang merah- merah, dan sebuah hansaplast yang menutupi bekas cakaran.
"Omoooo..."
"Ya Alloh.."
"Ihh.. Aku ngilu lihatnya...".
Komentar teman Zahma, begitu melihat ruam yang ada di leher. Jika dilihat- lihat memang seperti bekas cekikan.
"Ini serius kamu kayak gini setelah mimpi tadi malem?"
Tanya Maroh penasaran sekaligus prihatin menjadi satu.
Zahma mengangguk,
"Iyaa.. Pas baru bangun dari mimpi rasanya panas, eh pas pagi- pagi Aku kaget, ternyata jadi merah- merah begini, dan ada bekas cakaran..".
"Bukan habis ditemplokin hewan apa gitu? Kayak mba Indah waktu itu loh.. inget kan?" Neli ikut bersuara, setelah melihat dengan seksama leher Zahma.
"Ya sudah coba nanti ke klinik di kasih obat apa.. eh tapi nanti bilangnya habis kenapa ya? Masa bilang habis mimpi di cekek terus jadi kayak gini...".
Entah sedang melawak atau menunjukkan kepolosannya, perkataan Zahma membuat temannya tertawa kecil.
"Bilang aja nggak tahu, Zah.. Tiba- tiba sudah begini.. gitu..". Dila menyahut.
"Oh gitu.. Oke lah.. Temenin yaa..."
"Siappppp..."
Keempat gadis itupun segera menuju klinik kampus, yang letaknya dekat masjid kampus.
Di dalam klinik.....
Dokter segera memeriksa ruam yang ada di leher Zahma. Dia sedikit mengernyit, heran barangkali.
"Hansaplastnya di lepas dulu ya..".
Zahma mengangguk, dan segera melepas hansaplast dengan pelan.
"Ini kenapa? seperti bekas cakaran..".
Zahma tersenyum kikuk,
"Eh iya Dok..Ini kecakar kucing..".
"Kamu alergi sama kucing juga tidak? Bisa jadi ini karena alergi kucing..".
Si dokter sudah berhenti memeriksa. Zahma melirik teman- temannya yang duduk anteng di kursi tak jauh dari tempatnya diperiksa.
"Ntah dok.."
Dokter meresepkan obat, kemudian memberikan kertas bekas coretannya ke Zahma.
"Terimakasih Dok..".
Zahma segera beranjak, diringi oleh teman- temannya.
"Bener dicakar kucing?". Neli bertanya.
"Ya enggak lah Nell.. Ini ya sama kaya yang merah- merah tuu...". Zahma berdecak.
Gadis itu berniat membeli obat yang diresepkan dokter setelah nanti jam pulang kuliah.
***
Zahma sedang mengantri untuk mengembalikan Buku yang lusa dipinjamnya. Setelah gilirannya dilayani dan selesai, Dia segera beranjak menuju lantai Dua perpustakaan.
'Zahmaaa.......'.
Shittttt...!!! Zahma memaki dalam hati. Suara itu lagi. Gadis itu tidak menoleh, dan tetap melanjutkan jalannya menapaki tangga.
Dia segera menuju rak buku yang terdapat referensi untuk makalah yang akan dibuat.
'Zahmaaa.....'.
Suara bisikan terdengar lebih dekat di telinga gadis itu, disusul dengan semilir angin.
Zahma menoleh ke sekelilingnya, dan tidak ada siapapun yang dia kenal kecuali mahasiswa adik tingkat, dan beberapa senior yang tengah menggarap skripsi. Gadis itu mendengus sebal. Di siang hari seperti ini, sempat- sempatnya setan mengganggu.
Zahma kembali meneliti rak buku untuk menemukan Buku yang dicari.
Beberapa kali suara lirih memanggilnya, namun tidak dia gubris.
***
Zahma menggeletakkan tubuhnya dengan rasa lelah yang luar biasa. Suara itu terus saja mengikutinya. Bahkan hingga dia barusan menaiki tangga menuju kamarnya.
Zahma melirik gelang silver, gelang itu berkilau.
Gadis itu menyentuhnya, dan berusaha menarik keluar benda bulat itu. Dia sudah tidak tahan dengan teror mimpi buruk dan suara panggilan. Yang dia yakini bersumber dari gelang setan.
"Ya ampun kok bisa nggak bisa lepasss...". Zahma panik karena gelang itu tak mau lepas. Padahal saat memasangnya waktu itu, diameter gelang cukup longgar.
"Kenapa mbaa?". Arum masuk ke kamar, dan mendapati kakak tingkatnya terlihat gelisah.
"Eh?". Zahma mendongak,
"Ini Aku mau lepas gelang, tapi kok susah banget ya?". Zahma mengulurkan tangan kirinya untuk di lihat oleh Arum.
Arum duduk dan mengernyit.
Gelang?
Arum meraih tangan Zahma, dan memperhatikan dengan seksama. Tidak ada benda apapun di tangan itu.
"Gelang apa mba?". Tanya gadis itu heran.
"Ini gelang silver, mba dikasih orang.. Tapi malah nggak bisa dicopot..."
"Gelang silver? Mana mbaa? ih mba.. Aku nggak lihat apa- apa kok.." Protes arum.
"Hah??". Zahma membeo.
Bagaimana adik tingkatnya tidak melihat benda besar ini?
"Ini Ruuum.. Gelang.. ".
Zahma memegang gelang itu, kemudian menunjukkan lebih dekat ke mata Arum.
"Ih mbaa.. nggak ada kok.. Mataku masih normal tauu". Arum manyun karena Zahma mendekatkan tangan kirinya.
Zahma menghembuskan nafasnya, berat.
Jadi hanya dia yang bisa melihat gelang setan itu? Pantas saja selama ini tidak ada yang menyinggung masalah gelang. Batin Zahma.
Arum bangkit dari duduk dan meninggalkan Zahma seorang diri di dalam kamar. Sementara Zahma hanya bisa melamun, memikirkan bagaimana cara mencopot benda pembawa teror ini...
.
.
Bersambung💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Desilia Chisfia Lina
bawa ke pak kyai saja pasti ada solusi
2022-06-22
1
Adfazha
Authornya gamon nih dr mas Rama... blgin Irene nih wkkkwkkkk
2022-06-22
1