Mendengar suara teriakan dari teman sebelahnya, Arum terbangun dari tidurnya yang sebenarnya tidak begitu nyenyak. Bagaimana bisa nyenyak, jika kaka tingkat yang tidur bersebelahan dengannya terus mengigau sejak mulai tidur.
"Mba.. Mba Zahmaa.. Kenapa?". Arum menepuk nepuk pundak Zahma. Teman yang lain pun turut bangun, termasuk kamar yang bersebelahan dengan kamar Zahma.
Bulir keringat sudah terlihat di kening Zahma, Namun belum ada tanda bahwa ia akan bangun. Hanya suara tangis lirih yang keluar dari bibir nya.
Heni, Meli, Rosita, dan Sasi terlihat khawatir.
"Coba ambil air dingin, biar diusapin ke kening dia..". Ucap Rosita. Dia bersimpuh di samping Zahma. Arum yang merasa paling junior, segera menuruti perintah Rosita. Dia mengambil semangkok air dingin yang berada di galon, kemudian menyerahkannya ke Rosita.
Rosita mencelupkan tangannya ke mangkok, dan kemudian menepuk- nepuk pipi dan mengusap kening Zahma pelan.
Hingga Akhirnya Zahma membuka matanya dengan terkejut, Kemudian segera terbangun, dengan nafas terengah.
Dia melihat teman sekamar dan juga kamar sebelah menatapnya dengan ekspresi khawatir, dan takut. Zahma berusaha menenangkan dirinya, mengambil nafas kuat dan menghembuskannya. Berulangkali dia melakukannya.
Arum mengambilkan segelas air bening, dan berhasil dihabiskan oleh Zahma dalam 3 kali tegukan.
"Mimpi apa Zah?" Tanya sasi,
Zahma menggeleng, tidak ingin mengatakan apapun, karena Dia masih terkejut dengan apa yang dimimpikan olehnya. Dia merasa begitu nyata. Bahkan lehernya masih terasa seperti tercekik saat ini.
Semua teman Zahma sudah kembali ke kamar masing - masing, teman sekamar juga sudah mulai memejamkan mata kembali, setelah kejadian Zahma barusan.
***
"Ya ampun mba.. Lehermu kenapa itu??". Arum berteriak heboh, begitu melihat leher kaka tingkatnya.
Semua yang berada di aula komplek kamar, menoleh ke sumber suara, kemudian bangkit dan melihat langsung.
"Kenapa leherku?". Zahma mengernyit, dia kemudian meraba lehernya, sejak semalam memang terasa panas dan sedikit perih.
"Merah begitu mba... Lecet ini..". Arum mendekat, dan menyentuh luka di leher Zahma. Dia meneliti luka di leher Zahma, yang terlihat seperti bekas cakaran.
Zahma berdiri dan bergerak menuju kaca kecik yang ada di aula komplek. Teman yang berdiri di pintu kamar pun mundur, dan memperhatikan leher Zahma.
Mata Zahma membola saat melihat sendiri luka di lehernya. Serta warna merah yang terlihat seperti bekas kissmark, namun bentuk jari tangan.
"Semalem nggak ada loh mba.. Ih mba kenapa sih.. Kok serem mbaa...". Arum bergidik. Dia teringat semalam Zahma merintih kesakitan. batinnya bertanya- tanya, apakah mimpi bisa senyata itu?
"Iya Zah.. Semalem Aku nggak lihat ini.. Kamu kenapa sebenernya?".
Zahma melihat teman- temannya yang terlihat prihatin, sekaligus ingin tahu.
"Semalem Aku mimpi dicekik..". Ucap Zahma lirih. Mata teman- temannya membola.
"Kok bisa sampe di dunia nyata sih Zah? Ini loh bekas jari tangan beneran, sama kuku yang nggores leher kamu..". Heni meneliti luka di leher Zahma, dan menyentuhnya. Zahma meringis merasakan perih.
"Auhh.. Sakit Hen.."
Meli yang tadi melihat luka di leher temannya, berinisiatif mengambilkan hansaplast yang dia miliki, kemudian menyerahkannya kepada Zahma.
"makasih mel...".
Gadis itu segera menempelkan hansaplast di bekas luka cakar.
"Mau minta obat ke klinik kah? Itu merah- merah kayaknya butuh obat deh Zah.." Sasi memberikan usul.
"Nggak usah lah.. Nanti dikira bekas yang aneh- aneh.." Zahma menggeleng.
"Itu jelas- jelas bekas tangan Zah..". Tegur Sasi.
Zahma tetap tidak mau ke klinik, pikirnya ruam merah akan segera sembuh, hanya perlu dikompres dengan air dingin.
***
Aktifitas di komplek kamar Zahma kembali normal. Termasuk Zahma, dia sudah memulai aktifitasnya untuk berangkat ke kampus.
Jam sudah menunjukkan pukul 9, saat Dila menjemputnya di lantai bawah. Zahma turun dan menyapa teman dekatnya itu.
Kedua gadis itu kemudian berjalan menuju jalan yang biasa dilewati untuk menuju kampus.
"Aku denger dari temen kamar sebelahmu, Lehermu luka?". Zahma melirik Dila sekilas, kemudian mengangguk.
"Iyaa Dila.. Aku mimpi buruk semalem, nggak tau kenapa pas bangun sudah ada luka di leher dan merah- merah..".
"Ya ampuun.. Kok bisa??".
"Ntah lah Dil.. Ini aja masih kerasa perih.." Zahma meringis, karena jilbabnya bergesekan dengan kulit leher.
"Mimpi apa emang?". Dila penasaran.
Zahma tidak yakin akan mengatakannya, karena semalam, dalam mimpi itu, yang mencekik paling kuat adalah Dila.
"Aku mimpi dicekik..".
"Astagaa.. Kok serem banget sih Zah..". Dia bergidik.
"Eh Zah.. Aku kok ngerasa setelah kejadian kamu pingsan itu, Kamu jadi sering kena teror.. iya nggak sih?". Dila mengungkapkan argumennya.
Zahma mengangguk, dan membenarkan. Namun lebih tepatnya, Sejak Zahma memperoleh Gelang silver. itu lah tepatnya.
Zahma kemudian melirik si gelang silver yang masih bertengger dengan tenang di pergelangan tangan kirinya.
"Iya.. Aku ngerasa kok.. Tetapi akhir- akhir ini lebih sering Dil.. Aku kayak bisa ngerasain keberadaan mereka..". Zahma berbicara dengan nada sedih.
"Apa seperti yang waktu itu kamu bilang soal kabut di rumah kosong?"
Zahma mengangguk. Pernah juga sewaktu dia lewat sendirian, karena teman sekamarnya sudah ke warung duluan, Zahma melewati rumah kosong dan melihat sekelebat bayangan hitam dari balik jendela rumah mewah itu.
Zahma ingin mengatakan pada Dila bahwa dia mempunyai gelang pemberian setan peniru pak Aziz. Namun, Dia urung menceritakannya. Lagipula, Dila dan teman yang lain tidak pernah memperhatikan gelang yang tengah dia pakai itu. Seolah mereka tidak melihat barang baru yang menempel di tubuh temannya.
Beberapa waktu kemudian, mereka sudah sampai di kampus. Segera menuju gedung G, tempat dimana jam pelajaran ketiga akan dilaksanakan.
Zahma bertemu dengan Anggota organisasi yang dia ikuti, kemudian mengobrol sebentar. Dila yang merasa tidak berkepentingan, mendahului Zahma menuju ke kelas.
"Terimakasih ya Mba informasinya.. Aku usahain ikut deh.. Hehee.. Tapi ndak janji yahh..".
"Harus donk.. Harus ikut, biar makin kompak..". Zahma mengacungkan jempol, dan segera beranjak.
Dia menaiki tangga menuju ke lantai dua. Dua anak tangga sudah dia tapaki.
"Zaahhmaaa.......".
Zahma berhenti dan menoleh ke belakang, karena dia mendengar namanya di sebut, walaupun dengan suara lirih. Tidak ada siapapun. Tidak mungkin dia salah dengar kan? batin gadis itu.
Merasa itu hal biasa, Zahma kembali menapaki anak tangga, hingga kemudian suara panggilan terdengar kembali. Dengan kesal, Zahma kembali menoleh ke belakang.
"Astagaaa....!!!!!!" Zahma reflek berteriak dan memejamkan matanya dengan kuat, begitu dia menoleh dan sudah ada sosok di depan matanya.
"Hey kamu kenapa??!". Tegur seseorang.
Zahma membuka mata perlahan, dengan takut- takut dia membuka penuh kelopak matanya.
Zahma melihat sosok di depannya dari atas ke bawah. Manusia. Baiklah.. Gadis itu menghembuskan nafas lega. Sementara itu cowo yang berada di hadapan Zahma menatap dengan heran, Dia segera melanjutkan jalannya menuju lantai dua.
Zahma yang sudah menenangkan diri, segera melanjutkan langkah kakinya menaiki anak tangga. Agar dapat sampai di ruangan dengan cepat. Pasti Dila sudah menunggu nya.
Gadis itu membatin dengan kesal,
'Awas aja kalau ada suara panggil- panggil lagi.. Nggak ku gubrisss...'.
Begitu lehernya menegang karena kesal, Zahma mendesis karena perih di sekitar lehernya.
"Setan sialan...". Maki gadis itu.
.
.
Bersambung💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Adfazha
lepas aja tuh gelang jual mayan buat bli ciki 🤭
2022-06-22
1