Maret 2015, Perkuliahan Semester 2 sudah dimulai...
Zahma mengeratkan jaketnya, udara dingin begitu menusuk kulit, padahal dia sudah memakai jaket yang lumayan tebal. Gadis itu memindai sekelilingnya. Sepi. Kuliah malam untuk beberapa kelas sudah dimulai, sedang kelasnya belum mulai, menunggu dosen yang masih ooteewee.
Zahma sedang menunggu Dila dan Maroh yang sedang ke toilet di gedung F. Dia sendiri sedang duduk di bangku gazebo depan gedung F. Dibawah rimbun pohon mangga.
"Lama amat mereka berdua ke toilet.. Masuk aja apa yah?". Zahma bermonolog. Dia pun bangkit dari duduk, dan berbalik.
"Astagaaa..!!". Gadis itu terkejut sebab di depannya sudah berdiri dosen yang akan mengajarnya malam ini. Zahma mundur selangkah, karena dia merasa dosen di depannya ini berdiri terlalu dekat.
"P pak?". Zahma tergagap, dia masih terkaget, degup jantungnya pun masih terasa. Dosen di depannya tersenyum kaku.
Zahma menyipit, Pak Aziz apa senyumnya begitu? Batin Irene bertanya- tanya.
"Kamu mahasiswi yang akan saya ajar bukan?".
"I iya betul Pak.. Bagaimana pak? langsung masuk ke ruangan pak?". Zahma sudah sedikit tenang. Walaupun entah sejak kapan bulu kuduknya meremang. Dan hawa dingin yang tadi Dia rasakan semakin terasa saja.
"Ke ruangan saya dulu, bantu saya membawa bahan ajar". Dosen itu segera berbalik, dan mulai berjalan dengan tenang.
Zahma mengikuti dari belakang. Pak Aziz berjalan menuju ruangan dosen fakultas Hukum. Begitu sampai di depan pintu, Dia berhenti, dan berbalik pada mahasiswanya.
"Buka pintunya..". Ucap si dosen dengan datar.
Zahma dibuat bingung, Tidak biasanya dosennya ini tingkahnya seperti itu. Yang dia tau adalah, Pak Aziz orang yang ceria, dan humoris pada mahasiswanya. Tapi ini??
Sambil membuka pintu, Zahma membatin sendiri.
'Mungkin bapak sedàng lelah, jadi Kaku kayak gitu..'.
Zahma mengangguk sendiri, menyimpulkan penyebab dosennya ini menjadi kaku.
"Silahkan Pak..". Zahma dengan sopan mempersilahkan dosennya masuk. Begitu Si Dosen masuk, Kemudian dia sendiri berjalan mengikuti Pak Aziz menuju bilik ruangannya.
Zahma belum memasuki bilik Pak Aziz saat dia merasakan hapenya bergetar. Dia berhenti dan merogoh hape di jaketnya. Kemudian mengangkat telpon, yang ternyata dari Dila.
"Aku di Ruang dosen...". Dia menjawab pertanyaan Dila.
"A-appaa???". Zahma tergagap mendengar kalimat Dila di seberang sana. Matanya mengerjap, saat matanya menatap sosok dosen di depan sana, di depan bilik ruangan Pak Aziz. Mata itu menatap Zahma dengan tajam, kemudian tersenyum puas.
Zahma tak bisa bergerak saat Pak Aziz berjalan mendekat ke arahnya. Dia hanya melotot merasakan suasana mencekam yang tengah terjadi. Jantungnya sudah memompa berkali lipat lebih cepat dari biasanya.
'Siapa Kamu??!!!'.
Zahma hanya bisa berteriak dalam diam. Suaranya tidak keluar sama sekali.
Wushhhhh...
Pak Aziz melesat mendekat berbarengan dengan Zahma yang memejamkan matanya. Tidak sanggup menerima kenyataan apa yang akan terjadi.
Angin kencang langsung menerpa tubuhnya. Membuat limbung. Gadis itupun terjatuh. Pingsan.
***
Berita pingsannya Zahma di ruangan dosen langsung menyebar seantero kampus. Sementara gadis itu sendiri Seminggu lamanya mengalami demam. Badannya menggigil. Akibat hantaman rasa takut yang dialaminya.
"Sudah mendingan?". Dila, yang turut merawat temannya itu merasa prihatin. Zahma mengangguk.
"Makasih ya..". Dila meletakkan gelas kosong yang tadi digunakan untuk minum oleh Zahma.
Setelah kejadian malam itu, Zahma langsung demam begitu sudah sadar dari pingsan. Dia belum bercerita pada siapapun perihal kejadian menyeramkan yang dialaminya. Berita yang beredar adalah, ada dosen yang hendak berbuat tidak senonoh pada gadis itu.
Zahma bahkan belum mendengarnya. Entah bagaimana nanti jika sampai dia mendengar.
"Ada surat dari Dekan, Zah..".
"Kenapa memangnya? Sampe pak Dekan manggil Aku?". Zahma bertanya bingung.
Dila menggeleng pelan.
"Aku juga nggak tau, Zah.. Itu surat lewat Bahar, ketua kelas bandel.."
Dila tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Biar nanti saja Dia menemani temannya itu menemui Dekan. Dia sendiri sebenarnya tidak percaya begitu saja soal kabar bahwa ada dosen yang hendak melakukan hal tidak beradab itu pada Zahma.
Namun mengingat bagaimana gadis itu langsung demam begitu bangun dari pingsan, dia yakin ada hal menakutkan yang dialami oleh Zahma.
"Besok temenin ya..". Pinta Zahma pada Dila. Temannya mengangguk menyanggupi.
***
Keesokan paginya, jam sembilan pagi, Zahma dan Dila sudah berada di lingkungan kampus. Jadwal kuliah ada di siang hari. Jadi ada waktu luang yang lumayan untuk Zahma menemui Dekan Fakultas Hukum.
Melihat Zahma sudah kembali memasuki kampus, teman- teman yang kebetulan mengenal gadis itu, mendekat.
"Zah.. Sudah sehat kan?". Tanya Uma. Teman dari fakultas ekonomi, yang mengenal Zahma.
"Iya alhamdulillah, sudah mendingan ini..". Gadis itu tersenyum.
Zahma merasakan mahasiswa di sekitarnya melihat dengan tatapan kasihan, dan sedih.
Ada apa coba dengan mereka? Aku nggak berangkat seminggu, malah Aku jadi terkenal kayaknya..
Zahma tersenyum kecil, memikirkan isi otaknya sendiri.
"Kami duluan yaa.. Mau ke ruang dekan.."
Uma dan teman- temannya mengacungkan jempol, dan menepuk pundak Irene pelan, seolah memberikan penguatan.
Dila menggandeng temannya, berjalan bersama melewati ruangan dosen. Dia tadi melirik wajah Zahma, dan mendapati temannya itu menatap takut ke arah ruangan dosen.
Sementara itu, Begitu melihat pintu ruang dosen, Zahma mendadak takut. Bulu kuduknya langsung meremang. Dia ingat kejadian seminggu yang lalu. Kejadian yang bahkan tidak dapat dia jabarkan dengan kata- kata. Dia takut. Ya sangat takuttt.
Sesampainya di depan ruangan Dekan, Dila, mengeratkan gandengannya.
"Katakan yang sebenernya ya Zah.. InsyaAlloh nanti Pak Dekan bisa bantu kamu..". Dila memberi nasehat. Zahma mengernyit. Bingung dengan maksud kalimat temannya itu.
Tetapi karena tidak ingin mengulur waktu, Diapun mengiyakan saja.
Dekan menyambut dengan ramah kedatangan dua mahasiswinya, terutama Mahasiswi yang tengah menjadi perbincangan. Dia bahkan sampai mengadakan rapat membahas kejadian yang tengah beredar, terkait mahasiswi yang ditemukan pingsan di dalam ruangan dosen fakultas hukum. Terlebih kabar yang berhembus, ada dosen yang hendak melecehkan hingga membuat mahasiswi itu shock dan pingsan. Dia memerintahkan para dosen untuk menyampaikan agar berita yang simpang siur itu tidak lagi dibincangkan, untuk menghindari trauma dari korban.
"Sudah sehat, Mba?". Pak Supani, Dekan Fakultas Hukum membuka.
"Alhamdulillah Pak.. Sudah mendingan..".
"Syukurlah.. Bapak turut senang mendengarnya".
"Saya mendapatkan surat untuk bertemu Bapak, dalam rangka apa ya Pak?". Zahma bertanya langsung ke inti.
"Kamu tidak perlu takut menceritakan yang sebenarnya, Bapak akan membantu kamu sampai mendapatkan keadilan..". Kalimat Pak Supani membuat Zahma bingung. Dia menoleh ke Dila yang duduk di sampingnya. Temannya itu tersenyum kaku. Kemudian menggeleng.
"Maksud Bapak apa ya?".
"Kejadian yang menimpamu, Bapak ingin mengetahui detailnya.. Agar dapat Kami putuskan tindakan yang tepat, Mba..". Jelas Pak Supani lagi.
Zahma menghembuskan nafas berat.
Apakah yang dimaksud adalah kejadian seminggu yang lalu???
"Ceritakan secara detail apa yang terjadi sebelum kamu pingsan di ruang dosen, seminggu yang lalu, saat kuliah malam..". Lelaki paruh baya di depan 2 mahasiswinya itu nampak memaksa.
Zahma menggeleng pelan. Tangannya mendadak dingin, jantungnya berdegup kencang. Menyadari temannya sedang ketakutan, Dila meletakkan telapak tangannya di tangan Zahma, kemudian menggenggam erat. Memberikan penguatan. Dia sendiri tidak akan sanggup menerima jika ternyata kabar yang beredar soal temannya ini memang benar adanya.
"Sa.. saya...".
Zahma tergagap. Dia tidak sanggup bercerita....
.
. Bersambung😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Nur Hidayah
😭😭 ini pengalaman kak Author sendiri ya kak🙈🙈
2022-06-22
1