Hari ini adalah hari para murid yang sudah memulai persiapan festival budaya mereka, berbagai hal yang bisa dilakukan oleh sekumpulan murid yang ingin menunjukkan sebuah usaha seorang siswa untuk kehidupan masa remajanya, yah itulah namanya hidup anak SMA!! tetapi tidak denganku, sama sekali tidak ada yang ingin kulakukan seperti yang mereka lakukan, beneran!, serius!, betulan!!.
"Hari ini sudah sangat sibuk yah." Ketus Shiraishi yang juga merasa bahwa hari ini harus ada usaha yang dikeluarkannya.
"Um..ya, sekarang semuanya sedang memikirkan tentang festival budaya." Balas Sakura.
"Itu sudah jelas bukan...festival budaya adalah masa dimana mereka para anak SMA memulai hidupnya sebagai kehidupan yang manis." Ucapku dengan datar.
"Kamu juga anak SMA, apa bedanya dengan yang kamu katakan." Sela Shiraishi.
"Itulah mengapa sangat merepotkan....jika mereka ingin menikmati hidupnya, sebisanya jangan membawa orang lain juga, sialan manusia penuh semangat." Gumamku dengan ketus.
"Kamu bilang seperti itu, tetapi malah ikut menjadi pilihan kelas untuk pentas seninya..."
"Itu karena si empat mata itu...bukannya membantuku malah membuatku menambah masalah."
"Mau bagaimana lagi bukan? kita hanya perlu semangat untuk melakukannya." Ucap Sakura menenangkan situasi ini.
"Kamu benar... syukurlah murid didalam kelasku tidak ada orang pelit energi seperti dia." Ucap Shiraishi sambil menatap sinis kepadaku.
"Hah? lagipula siapa yang berharap ingin satu kelas dengan gadis sok akrab sepertimu." balasku.
"Berisik, dasar manusia tidak berpasang."
"Siapa yang kau maksud manusia tidak berpasang?!."
"Sudah jelas itu kamu, kenapa masih menanyakannya lagi."
"Tch, jika bukan karena uang, aku tidak ingin selalu berangkat sekolah denganmu."
"Hmph! maka dari itu, jika kamu menginginkan uang, sebaiknya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini."
"Ahh kalian ini, selalu saja bertengkar, apa kalian tidak bisa akrab sebentar saja?."
"Mana bisa seperti itu, dia duluan yang memulai."
"Siapa duluan yang berkata tidak ingin memiliki orang sepertiku didalam kelasmu?."
"Itu memang benar, tidak ada unsur mengejeknya."
"Lupakan saja masalah ini ya? jangan terlalu serius untuk membicarakannya, ganti topik pembicaraan saja ya.?" Lerai Sakura yang sudah melihat kita berdua yang tidak pernah akrab.
Lalu dengan memiliki suasana hati yang buruk, kita melanjutkan perjalanannya.
*Niitttt Niittttt
Dering telepon Sakura berbunyi saat kita baru saja keluar dari stasiun.
"Tunggu sebentar, aku ingin mengangkat telepon."
"Ya, tidak apa apa." balas Shiraishi.
Kami pun menunggu Sakura diluar stasiun sedangkan dia sedang menelpon didalam loby.
"Maaf menunggu."
"Ah tidak apa apa, kalau begitu ayo." Ucap Shiraishi ingin melanjutkan perjalanan..
"Maaf...."
"Kenapa?."
"Aku harus pergi karena panggilan dari ayahku, jadi...."
"Memangnya kenapa? apa ada yang ayahmu lakukan? aku bisa meminta izin pada ayahmu."
"Tidak...tidak terlalu penting kok, kalian berangkat saja terlebih dahulu." Ucapnya dengan tersenyum.
"Baiklah...jika ada apa apa jangan lupa untuk menghubungi aku saja...ya?."
"Mm, terimakasih."
Lalu kami pun lanjut berangkat kesekolah tanpa Sakura.
"Aoyama." Sakura memanggilku sebelum aku berbalik badan.
"Maaf...aku izin untuk berlatih."
"Aku bisa berbicara kepada Touya, dan aku akan memberitahukan rencananya."
"Terimakasih."
Lalu kami berlanjut berjalan menuju sekolah..
.
.
.
"Ada urusan apa Sakura dipanggil pagi pagi seperti ini.." Gumam Shiraishi.
"Jika kau menanyakan kepadaku, aku juga tidak tahu."
"Aku hanya bergumam saja."
"Ah begitu."
"..."
"Aoyama.." Shiraishi memanggilku.
".."
"Aoyama!." Panggilnya sambil memukulku menggunakan tas nya."
"Kenapa kau tiba tiba memukulku!."
"Dari tadi aku memanggilmu!."
"Owhh kukira kau juga hanya bergumam." Balasku datar.
"Mana ada aku bergumam memanggil nama orang didepan orang itu sendiri!." Ketus Shiraishi.
"Lalu...ada apa kau memanggilku."
"Kemarin...kamu diberi kue oleh Sakura kan?."
"Ah..ya, bukannya dia juga memberikan padamu juga? memangnya kenapa?."
"Jika aku boleh tahu, rasa apa kue yang diberikannya?." Tanya Shiraishi.
"Hah? kenapa kau menanyakan itu?."
"Tinggal bilang aja."
"Rasa blue mint." jawabku.
Shiraishi tertegun mendengar jawaban yang aku berikan.
"Ternyata benar.." gumam nya dengan suara kecil.
"Kenapa?."
"Ah tidak...tidak ada apa apa." Ucapnya sambil tersenyum halus.
"Huhh, lalu kenapa kau menanyakan hal itu padaku."
"Memangnya tidak boleh? aku hanya penasaran saja." Ketusnya.
.
.
.
"Jadi...apa kau sudah lega dengan ini?." Aku memberikan pertanyaan padanya.
"Tentang apa?."
"Sekarang sudah banyak orang yang tidak ingin mendekatimu, jadi apa yang kau inginkan sudah kau dapatkan."
"Tentang itu ya...um...memang benar aku menjadi lebih terasa jauh berbeda dari sebelumnya, tapi tetap saja....masih ada yang mengganjal di hatiku."
"Walaupun begitu, ingin mengurangi temanmu sendiri tidak begitu mudah hanya dengan membalikkan telapak tangan."
"B-Bukan itu maksudku, ini beda persoalan."
"Begitu...jangan memberitahukannya kepadaku lagi."
"A-Aku tahu!."
Setelah kita sudah sampai didepan sekolah, aku yang tidak ingin masuk kedalam dan ingin membeli sesuatu diluar.
"Shiraishi, maaf tapi aku ingin membeli sesuatu, apa tidak apa apa aku tinggal?." Tanyaku.
"T-Tidak apa apa, aku bisa sendiri." Ucapnya yang sedang melamunkan sesuatu dari tadi.
"Baiklah." Aku pun pergi ke arah sebaliknya dari sekolah.
"A-Aoyama!."
"Ada apa?." Aku berbalik kearahnya.
"Nih." Ucapnya sambil memberi sebuah kotak seperti makanan bekal.
"... Apa ini?."
"Tentu saja makanan bekal!." Wajahnya memerah seperti tomat.
"Maksudku, kenapa?."
"Anggap saja ini bentuk terima kasihku." Sambil memalingkan wajahnya.
"Owh.."
"Kenapa? apa kamu sudah membawa bekal??." Dengan khawatir dia bertanya.
"Tidak, aku tidak ada waktu untuk membuat bekal, hanya saja...tumben sekali kau memberikan ini."
"M-M-Memangnya kenapa? padahal aku sudah susah payah membuatkan bekal ini."
"Aku hanya terkejut, kalau begitu aku harus bergegas."
"Baiklah, aku masuk terlebih dahulu."
"Shiraishi." Panggilku yang membuat dia kembali lagi.
"A-Ada apa lagi."
"Terimakasih untuk ini, maaf telah repot repot membuatkannya." Ucapku memberi terima kasih.
"Yuuki.."
"Ha?."
"Panggil aku Yuuki saja." Dia memalingkan wajah yang merah itu.
"Huhh baiklah, Terima kasih..Yuuki."
"Mm!!." Dia menutupi wajahnya dengan tas nya dan badannya seperti bergetar sambil menggigit bibirnya.
"Ada apa?."
"......Tidak apa apa." Balasnya dengan tersenyum bahagia dan langsung pergi kedalam sekolah.
Lalu aku pergi ke tempat yang ingin ku kunjungi yaitu toko buku, karena sekarang adalah hari dimana keluarnya lanjutan komik yang sedang aku ikuti, karena komik ini sangat terkenal, jadi aku tidak ingin kehabisan...dan untungnya aku berhasil mendapatkan komik itu walau hanya tinggal beberapa saja.
"Akhirnya aku mendapatkannya, untung saja masih tersisa, jika aku telat beberapa jam, mungkin sudah terjual habis.."
Setelah aku berhasil mendapatkan buku itu, aku langsung bergegas masuk ke kelas agar tidak telat masuk...tetapi..
................
"Kenapa ayah menyuruhku untuk membujuk Yuuki?!."
"Ayah diperintahkan olehnya, jadi hanya kamu saja yang bisa melakukan ini."
"Tetapi...ini.... bukannya pemaksaan."
"Ini demi keluarga Shiraishi, maka dari itu...kamu harus...."
Sebuah hal yang tidak bisa Sakura lakukan, tetapi dia harus melakukan hal ini demi keluarga Shiraishi, sebuah hati yang terpilih...bulan pada pilihannya.
"Sakura...bujuk Yuuki untuk menikah dengan putra keluarga Sakamura.".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
aturannya kamu tersenyum dan bahagia dong, bukan malah tampang wajah datar.. apa jangan-janagann..
2023-03-20
0
Novex
Sok asik sih, mending kabur
2023-03-20
1
Kacan
si mata empat julukan yg melekat untuk org yg mengenakan kacamata😂
2023-03-14
0