Hari minggu adalah hari dimana aku bisa bebas melakukan kebiasaan yang selalu aku lakukan, semua pekerjaan tugas sekolah telah selesai sehari sebelum aku mempersiapkannya, dan juga dihari ini Mai selalu berada di rumahku hingga malam, karena dia juga tidak ada pekerjaan tugas lagi jadi dia menghabiskan waktu liburnya dirumah kakaknya.
Aku melakukan hal yang aku sukai seperti membaca manga, menonton anime, dan juga bermain game, walau itu terlihat seperti orang pemalas, tetapi tidak denganku.
Setiap hari kecuali hari minggu adalah hari bebas yang sudah aku persiapkan
Semua yang aku pelajari sudah berada didalam kepalaku, bahkan jika ada ujian sekalipun mungkin itu akan mudah untuk dikerjakan.
Selagi aku menikmati liburanku biasanya Mai memasak sarapan, makan siang maupun makan malam, menyirami tanaman, bahkan ikut melakukan hal yang aku lakukan, karena dia sangat ingin melakukan banyak hal denganku dari dulu, disaat apa yang ingin aku lakukan, dia selalu penasaran dan mengikuti apa yang aku lakukan, dan juga biasanya kami berdua akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli apa yang adikku inginkan.
Walaupun hanya satu hari, aku tidak mau membuangnya begitu saja..
Aku dibangunkan dengan suara bel rumahku, tidak lain itu adalah adikku, dan saat itu jam menunjukkan pukul 05.38, dan Mai kesini sangat pagi karena biasanya dia sambil sekalian berolahraga kesini, walaupun biasanya tidak sepagi ini.
"Haah rasanya nafasku berat sekali.."
"*Hooaamm, pagi buta seperti ini, tidak seperti biasanya."
"Sudah jelas bukan, aku banyak waktu luang tersisa karena murid kelas 3 tidak terlalu banyak hal yang harus dilakukan, jadi aku lebih pagi kesini."
"Jadi begitu.." Ucapku dengan memejamkan mataku yang masih ingin melihat mimpi.
"Lagian kakak, kenapa kamu jam segini baru bangun?."
"Ah, tadi malam aku terlalu fokus membaca hingga terbawa cerita, jadinya aku lupa untuk tidur."
"Huhh kebiasaan kakak tidak pernah berubah ya."
"Apa kamu ingin mandi dulu? nanti aku yang akan membuat sarapan."
"Hmm aku sangat ingin membuat sarapan sih.." Ucapnya dengan muka yang cerah.
"Lalu?."
"Bagaimana jika kakak menunggu aku mandi dan aku yang akan membuat sarapannya?."
"Aku tidak masalah menunggu berapa lama, tetapi itu jadi merepotkan kamu dan aku tidak melakukan apapun padahal kamu sudah jauh jauh kesini."
"Sudah tidak apa apa, aku juga lagi ingin memasak, jadi kakak lakukan hal lain aja, ya sudah aku pinjam kamar mandinya."
"Jangan lupa mengambil handuknya dikamar.
"Baik."
Mai pun pergi kebelakang untuk mandi, dan karena kesadaran pikiranku setelah bangun belum sepenuhnya sempurna, aku duduk di sofa sambil mendengarkan musik.
"benar benar, bersantai memang sangat enak.."
................
"Kakak, apa didapur masih ada roti?." Ucap Mai sambil mengeringkan rambutnya.
"Hmm, sepertinya masih ada."
"Baiklah."
"Mai, memangnya kamu tidak kedinginan dengan baju seperti itu?." Ucapku melihat Mai hanya menggunakan kaos panjang hingga mencapai lututnya.
"Ini lebih nyaman menurutku, apakah kakak senang melihatku seperti ini?." Mai mencoba menggodaku dengan menarik bajunya kebawah seperti ingin aku lebih berusaha untuk melihatnya.
"Tidak, aku tidak akan bergairah hanya melihat adikku, lagipula dulu kita sering sekali mandi bersama." Ucapku sambil memejamkan mata karena masih sedikit mengantuk.
"B-bodoh! Kenapa kakak memikirkan hal itu."
"Makanya ganti bajumu dengan yang lebih tebal sana, dan juga bukannya kamu membawa dalaman?."
"Sampai segitunya kakak mengetahuinya...Kakak menyeramkan, lebih baik aku menggantinya sekarang.." Mai pun pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya.
"Huhh padahal aku hanya peduli.."
Setelah itu aku mengambil ponselku untuk bermain game, dan mencari tempat yang nyaman yaitu hanya sofa ruang tamuku.
*Ting Tong
Tak berapa lama kemudian suara bel rumahku berbunyi, membuat aku dan Mai terkejut pada jam seperti ini tiba tiba ada orang yang datang.
"Kakak, siapa yang datang pagi pagi seperti ini?."
"Aku juga tidak tahu, mungkin pengantar paket."
"Apa aku yang membuka pintunya?."
"Tidak, kakak saja, bukannya kamu ingin memasak?."
"Benar juga.."
Aku pun pergi kedepan untuk membukakan pintunya, aku membuka pintunya yang kupikir adalah pengantar paket atau surat..
"Yo, Aoyama!."
*Brakk
Aku langsung menutup pintunya lagi, tetapi dia memencet bel rumahku berkali kali hingga membuat bising satu ruangan, daripada itu membuat berisik lebih baik aku membukanya lagi.
"Oi! kenapa malah ditutup!"
"Maaf, hanya refleks."
"Kau kira aku hantu."
"Jadi, ada keperluan apa kau disini?."
"Hmm mumpung ini adalah hari libur, bagaimana kalau kit-."
"Tidak, aku sedang sibuk."
"Kau berbohong pastinya."
"Tidak, ini bukan bohongan, aku benar benar sedang sibuk."
"Benarkah? baiklah, jika memang kamu sedang sibuk, mungkin minggu depan bisa." wajah Touya lesu seperti tidak mendapatkan yang dia inginkan.
"Sepertinya, ( Bagus dia percaya dengan itu...)
"Baiklah, aku pergi dulu, maaf mengganggu-."
Saat Touya ingin pergi, keberhasilan membuat dia pergi menjadi hancur saat Mai datang.
"Kakak, kenapa bel nya berbunyi terus-.....dia siapa?."
"M-Mai?!." Ucapku melihat Mai datang dan melihat Touya.
"Ah! adiknya Touya! senang bertemu kembali, aku sekarang sudah bersahabat dengan Aoyama"
"S-Sa-Sahabat?!?."
"Oi kenapa kau mengatakan seperti itu, padahal baru seminggu kita bertemu." Aku berbisik kepadanya.
"Hhe, benar seperti itu, aku adalah sahabatnya Aoyama."
"Kakak....kamu menyembunyikan sahabatmu dari aku ya.."
"T-tidak, bukan begitu, kita baru bertemu diawal masuk sekolah, jadi ini bukan yang seperti itu."
"Jadi kak Touya, bagaimana jika kita mengobrol didalam saja." ucapnya dengan senyum ramah mengabaikan perkataan aku.
"A-Apa maksudnya Mai?!."
"Karena diluar sedikit dingin, jadi kasihan kak Touya sahabat kakak berdiri diluar."
"Ternyata adiknya lebih baik dan ramah daripada kakaknya." Ucap Touya mengamati kami berdua.
setelah aku tidak bisa melakukan apa apa, aku pun pasrah dengan hal ini.
A-Apa benar tidak apa apa?."
"Apa yang kakak katakan? kakak ingin menyuruh kak Touya pulang begitu saja?."
"Huhh, cepatlah masuk, udaranya sangat dingin."
"Baiklah kalau begitu, aku permisi."
Setelah itu Touya duduk di sofa dengan kita bertiga sambil Mai membuat minuman untuk kita.
"Aoyama.." Touya berbisik kepadaku.
"Apa?."
"Jangan bilang kamu tinggal berdua disini hanya dengan adikmu?."
"Tidak, dia tinggal dirumah nenek kami, tetapi dia selalu kesini."
"Jadi begitu..."
Tidak lama kemudian Mai datang membawa minuman dan cemilan.
"Ah terimakasih, maaf merepotkanmu pagi hari seperti ini."
"Tidak, jika itu temannya kakak, dan juga kenapa kak Touya mengenal kakakku yang sangat tidak bisa diandalkan untuk bergaul?."
"Oi apa kamu hanya ingin mengejek kakakmu.?
"Hmm bagaimana aku mengatakannya.."
"Kami satu kelas di sekolah, dan dia mengingat wajahku" Ucapku membantu menjelaskan dengan terlihat tidak berniat.
"Benar, dan saat itu aku menjadi akrab dengan Aoyama."
"Tidak, sejak kapan aku mengatakan kita sudah akrab."
"Sudahlah kawan, ini memang takdir yang datang tiba-tiba."
"Tch."
"Benarkah? jadi...Rina?."
"Kalau dia, ada dirumah."
"Kakak, kenapa dari awal kamu tidak memberitahu hal ini? apa kamu tahu sudah berapa lama aku ingin bertemu Rina." Ucapnya dengan menatapku dengan tatapan ingin membunuh.
"T-tunggu, siapa Rina, dan juga aku tidak pernah mengatakan kalau aku mempunyai teman kan?."
"Tetapi seharusnya kamu memberitahuku jika kamu bertemu dengan kak Touya kan?."
"Y-ya tapi menurutku itu tidak terlalu penting Sepertinya.."
"Tidak penting?." aku yang semakin membuat marah seekor singa.
"T-tenang dulu Mai, sekarang kau kan sudah mengetahuinya."
Melihat pertengkaran kami, Touya hanya bisa melihat kami sambil menyeruput teh.
"Jadi ini pertengkaran adik kakak...sedikit menyenangkan."
................
"Jadi..alasan kau kesini untuk apa?."
"Ah benar juga, tadinya aku ingin mengajakmu pergi, tetapi sepertinya kamu sedang sibuk."
"Ah jangan pikirkan apa yang kakak katakan, dia sama sekali tidak sibuk, bawa saja dia pergi." Ucap Mai dengan senyum ramahnya kembali.
"K-kejam, kenapa kamu mengatakan hal kejam seperti itu."
"Memangnya kenapa? setelah sekian lama kakak akhirnya ada orang yang ingin mengajakmu keluar."
"Tetapi lagipula aku tidak bisa meninggalkanmu disini sendirian bukan?."
"Kalau begitu masalahnya, kita bertiga saja berangkat, dan sekalian bersama adikku Rina." Touya yang memberikan ide.
"Benarkah? kalau begitu aku ingin membuat bekal untuk Rina."
"Huhh, kenapa hal ini terjadi."
Dengan hal yang merepotkan seperti ini, aku hanya bisa pasrah mengikuti apa yang Mai inginkan, harapan bermain game hancur begitu saja, dan kami bertiga pergi kerumah Touya untuk bertemu dengan Rina adik dari Touya.
"Kita sudah sampai."
"Ohh jaraknya cukup dekat, hanya beberapa stasiun."
Sesaat kita berangkat menggunakan kereta dan tiba di stasiun yang cukup dekat dengan sekolahku, rumahku cukup lebih jauh dari rumah Touya jadi tidak heran mengapa dia lebih awal disekolah.
"Rinaa Kakak pulang."
"Apa kakak membawa pesanannya? ah..."
Seketika Rina berhenti berjalan saat melihat Mai melambai dibelakang Touya.
"Kak Mai! k-kenapa bisa disini?!."
"Kakaknya Mai ternyata adalah teman sekelas kakak, jadi aku mengajak mereka kesini."
"Rinaa! lama tidak bertemu." Mai memeluk Rina setelah kita masuk kerumah Touya.
"Kak Mai!." Wajah Rina yang ikut senang setelah bertemu kembali dengan Rina
Melihat mereka sangat akrab aku pun penasaran dan bertanya kepada Touya.
"Touya, sejak kapan mereka saling kenal?."
"Ah itu saat kau dirawat dirumah sakit, dan saat setiap hari kami menjengukmu dan Rina jadi akrab dengan Mai."
"Jadi begitu.."
Usia Rina hanya berbeda 2 tahun dari Mai yang dimana dia baru saja masuk dijenjang SMP kelas 1.
"A-anu, kak A-Aoyama, terimakasih saat dulu sudah menyelamatkanku." Ucapannya terbata bata dengan wajah memerah karena malu.
"Tidak usah dipikirkan, sekarang aku sudah menjadi lebih baik."
"Benar, Rina tidak perlu sedih, karena kakak orangnya baik walaupun sikapnya buruk."
"Oi, apa yang kamu katakan kepadanya."
"jadi, sekarang bagaimana jika kita makan sarapan bersama nanti?." Ucap Touya memberi usul.
"Ah benar juga, nanti aku sama Rina saja yang akan memasak."
"Um!."
"..."
"Kalau begitu aku dan Aoyama berbelanja bahan masakannya."
"Kalau itu, biar aku sama kak Mai aja, soalnya kakak kurang tau untuk memilih bahan makanannya."
"Benar, biar aku dengan Rina aja, kakak disini aja sama kak Touya."
"Apa tidak masalah?." Ucapku khawatir jika mereka berdua berjalan berdua saja.
"Toko dan lainnya cukup dekat dari sini, jadi mungkin tidak masalah mereka berdua yang belanja, dan juga selagi mereka yang berbelanja, daripada itu..."
Touya mengeluarkan sebuah game konsol dan dipasang di TV dengan sangat bersemangat.
"Bagaimana jika kita bertanding, Aoyama."
"Game itu...( Bukannya itu seri game yang sudah aku tamatkan berkali-kali.)
"Apa kau takut?."
"Tch, terlalu naif kau mengajakku tanding tempur."
"Siapa takut! yang kalah traktir makan saat istirahat besok."
"Seharusnya nanti kau menyiapkan uang untuk mentraktirku." ucapku mengintimidasinya.
"Jangan sombong dulu!."
Melihat kami berdua bersemangat bermain game konsol, Mai dan Rina hanya bisa melihat kami dengan hal yang memang sudah terbiasa.
"Kalau begitu kita pergi dulu kak."
"Ya, hati hati, jaga Rina dengan baik."
"Rina, jangan merepotkan Mai ya."
"Iya, kita jalan dulu"
Mereka berdua pergi berbelanja sedangkan kami berduel sangat sengit dalam bermain tanding tempur game strategi yang bisa dimainkan maksimal 4 orang dengan 4 Legion tempur, tetapi kami bermain berdua dengan memegang masing-masing 2 Legion agar permainan semakin menegangkan.
"Woah, lumayan juga kau."
"Kau juga, taktik seperti itu jarang aku lihat."
"Aku tidak mau mendengar hal itu dari orang yang mengeluarkan komando bersamaan dengan sangat cepat."
Sepanjang permainan yang sangat lama, dan berkali kali percobaan untuk menang saling terhalang, situasi memanas setiap mulai peperangan, dan tidak ada yang bisa menjatuhkan pemimpinnya satu sama lain.
Selain itu ditempat Mai dan Rina...
"Woaahh Rina, lihat lihat! toko baju itu imut imut."
"Ah iya! tapi kita kan harus beli bahan masakan untuk makan siang."
"Tenang aja, tidak akan lama kok, cuma lihat lihat baju disana."
"Berarti kalau begitu, aku juga penasaran karena aku melihat banyak model baju yang bagus dari kemarin." Ucap Rina sambil mengingat-ingat.
Niat awal mereka yang ingin membeli bahan masakan terlepas begitu saja setelah melihat toko baju dipusat perbelanjaan, mereka tidak hanya melihat lihat tetapi mereka juga membeli banyak barang saking terbawa oleh suasananya.
................
Hingga Sudah 2 jam kami berdua bermain, dan akhirnya permainan dimenangkan oleh aku sendiri, dan kami pun berbaring istirahat setelah sekian lama kami duduk bermain game.
"Padahal sedikit lagi aku menang."
"Itu sedikit menghibur."
"Aku tidak tahu ternyata kau lebih mahir dengan game strategi."
"Aku hanya sudah bermain game itu berkali kali, jadi aku bukan ahli bermain game strategi."
"Lagi lagi kau menghindar."
"Tunggu, kita sudah bermain sekitar 2 jam tetapi mereka belum kembali."
"Ah benar juga! apa kita harus menyusulnya?."
"Nanti jika mereka disini dan tidak ada seorangpun dirumah itu akan merepotkan."
"Benar juga, berarti kita hanya bisa menunggu."
Sudah 30 menit kita menunggu mereka kembali hingga jam menunjukkan pukul 01.25, kami yang semakin khawatir menjadi bingung untuk mencarinya dimana.
"Aoyama, apakah sebaiknya kita mencari mereka?."
"Kau benar, sudah beberapa waktu kita menunggu mereka."
Saat kita ingin pergi, tiba tiba suara bel berbunyi yang membuat kita merasa lega.
"Kita pulang."
"Kenapa kalian sangat la-apa itu?!!." Aku terkejut dengan barang bawaan mereka yang seperti ingin pindah rumah.
"Uwahh banyak sekali baju yang kalian beli."
"Tadi padahal kita hanya ingin melihat lihat tetapi sayang banget kalau tidak membelinya, iya kan Rina?."
"Iya, sayang banget kalau kita melewatkan obral tadi."
Melihat semangat mereka dan wajah senangnya membuat aku ikut senang dan lega akan keselamatan mereka.
"Rina, ayo kita masak makan siang."
"Ah benar juga, ayo."
Mereka pun pergi ke dapur untuk memasak makan siang.
"Apa kalian tidak kelelahan?." Ucap Touya dengan sedikit khawatir.
"Biar kami yang memasak makan siang, kalian istirahat saja."
"Tidak usah, biar kami aja." Ucap Mai dengan semangatnya.
"Baiklah kalau begitu."
Hingga 10 menit kemudian masakan tiba dan kami menyantapnya dengan sangat nikmat oleh makanan yang sangat lezat mereka buat dengan penuh semangat.
"Haah kenyang! enak banget masakan kalian!." Ucap Touya sambil duduk di kursi karena kekenyangan.
"Ini sangat enak, benar benar lezat." Ucapku dengan merasakan sebuah kenikmatan.
"Wahh kita berhasil Rina!."
"Iya!." Mereka sambil Melakukan tos.
Setelah itu kita melakukan banyak hal hingga tidak terasa hari sudah menjelang malam dan Langit malam mulai berjalan diatas menggantikan langit sore.
"Terimakasih atas semuanya, maaf merepotkan kalian." Ucapku dengan rasa terimakasih yang besar.
"Tidak tidak, aku yang meminta kalian untuk kesini jadi, terimakasih waktunya yang kalian berikan."
"Rina, kapan kapan kita main lagi ya."
"Iya! kak Mai nanti kita berbelanja lagi."
"Aku janji nanti kita bermain lagi."
Setelah mendengar itu Rina mengeluarkan senyum yang sangat bahagianya sehingga matanya sedikit berkaca kaca.
"Kita pulang dulu."
"Ya, apa perlu aku antar?."
"Tidak, kasian Rina tinggal sendiri disini."
"Baiklah, sampai bertemu besok."
Kami berdua pun pergi dengan menggunakan kereta seperti tadi saat kita berangkat, dengan jarak stasiunnya, hanya membutuhkan waktu 10 menit hingga sampai di stasiun.
Saat di kereta Mai terlihat sangat menikmati apa yang dilakukan nya hari ini hingga aku sedikit tidak menyesal untuk mengubah kebiasaanku setiap hari libur.
"Kakak, tadi sangat menyenangkan."
"Ya, itu benar."
Seketika badan Mai jatuh disamping tubuhku karena sangat kelelahan dan akhirnya tertidur.
"Baiklah, ini keadaan yang buruk." Ucapku dengan melihatnya tidur di sampingku yang dimana aku tidak bisa membangunkannya karena dia sangat terlihat kelelahan.
................
"*Hooaamm...Hm??ehh??!."
Mai yang terkejut setelah menyadari dirinya terbangun dikamar rumah neneknya dan dia pun meneleponku dengan sangat cepat.
"Oh, Mai ada apa?."
"K-kakak...bagaimana aku bisa berada dirumah nenek..?"
"Saat di kereta kau ketiduran dan aku tidak tega membangunkannya jadi sekalian aku menggendong kau kerumah nenek."
"Apa yang kakak bilang tadi?."
"Kenapa?."
"Kakak menggendong aku dari stasiun hingga kesini?."
"M-maaf aku tidak bermaksud membuatmu malu atau apa, tapi aku tidak punya pilihan." Ucapku yang panik mendengar nada bicara Mai yang berubah.
Seketika telepon Mai mati dan aku yang pasrah akan keadaan ini pergi untuk belajar.
.
.
.
"Aku mempunyai seorang kakak yang benar benar tidak peka terhadap keadaan.."
Setelah mematikan teleponnya Mai menutup mukanya dengan bantal karena mukanya yang sangat merah, dia bukan karena malu digendong dilihat banyak orang, tetapi dia tidak percaya jika kakaknya akan menggendongnya yang saat itu sedang tertidur pulas.
"Habislah diriku, mungkin aku akan dimarahi Mai saat pulang sekolah besok..."
Hingga dirumah, diriku yang sedang melamun memikirkan hari esok...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Women-Stars🍁 Al-Zha
wah, kita di hobi yg sama, klo weekend untuknya diriku sendiri🤭
2023-04-04
0
Kokoro No Tomo
menarik
2023-04-04
0
🥀
wahhh hobi nya sama lagi🤣🤣🤣
2023-04-04
0