"Hoamm... ngantuk sekali... hari ini pun ada ujian dadakan..."
Karena semalam aku terlalu lupa dengan waktu, saat aku belajar hingga hampir tengah malam, aku lanjut membaca manga hingga pagi buta... tidur pun hanya sekitar 2 jam saja...
Karena hari ini terdapat ujian dadakan, mau tidak mau aku harus pergi kesekolah untuk mendapatkan nilai.
"Aoyama, apa kau baik baik saja?." Ucap Touya yang menghampiriku saat jam istirahat.
"Apakah aku terlihat baik baik saja?."
"Memang benar, sekitar matamu sedikit gelap... apa kau kurang tidur?."
"Entahlah, banyak hal yang telah terjadi hari ini."
"Ngomong ngomong bagaimana nilai ulangan kau?."
"Jika hal itu tidak terlalu sulit, aku mendapatkan nilai sempurna."
"Woah hebat, kukira nilai kita akan sama."
"Itu hanya hasil belajarku kemarin."
"Padahal kemarin kau bermain di rumahku, tapi masih sempat untuk belajar, aku saja setelah itu langsung tidur."
"Karena aku mempersiapkan apa yang aku persiapkan, lagipula ini hanya ulangan harian biasa, tidak perlu serius."
"Tch, padahal nilai kamu sendiri sempurna."
..........
Hingga kegiatan pembelajaran yang kulakukan untungnya lancar seperti biasa, tidak ada yang membuatku kerepotan.
"Aku akan pulang dan langsung tidur... tidak ada yang akan kulakukan setelah ini..."
Saat aku berjalan untuk perjalanan pulang kerumah, ditengah perjalanan tidak sengaja aku melihat Shiraishi yang sedang berjalan bersama teman temannya yang seperti biasa dia selalu dikerumuni.
Namun aku seperti hanya melihat murid asing dan kembali memperhatikan ponselku sambil berjalan, walaupun beberapa menit berjalan mereka masih berada didepan beberapa meter dari depanku.
Hingga mereka berbelok disebuah gang kecil yang berbalik arah jalanku yang berada disebelah kanan, tentunya aku cukup mengetahui beberapa jalan seperti gang kecil yang mereka masuki tidak lain adalah gang buntu dibeberapa meter mengikuti jalannya.
Rasa curiga yang muncul didalam pikiranku saat mereka masuk gang itu membuatku sedikit penasaran.
Namun rasa curiga itu terkalahkan oleh ketidakpedulian diriku yang sudah sangat mengantuk membuatku lanjut berjalan kearah rumahku dengan tidak memikirkan dia.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Sebaliknya dipandangan Shiraishi Yuuki..
.
.
"Yuuki, maaf untuk hari ini kami ingin membeli alat tulis di toko buku, jadi kami tidak bisa pulang bareng."
"Ah tidak apa apa kok, jangan khawatirkan aku."
"Baiklah kami pergi dulu ya, maaf ya."
"Iya, sampai jumpa besok."
Hari ini seperti biasa aku selalu kerepotan menghadapi mereka, walau begitu aku tidak membenci mereka, karena mau bagaimanapun aku ini tidak merasa dibedakan walaupun hanya beberapa dari mereka.
Saat didepan jalan keluar gedung sekolah, beberapa siswa mendekatiku yang sepertinya mereka adalah seniorku.
"Shiraishi, jarang sekali kamu pulang sendirian?."
"Benar, biasanya kamu selalu bersama temanmu."
"I-iya, mereka sedang ada keperluan jadi aku terpaksa pulang sendirian."
Mereka seperti mengerumuniku dan tidak ingin membiarkanku pergi.
"Kebetulan banget, bagaimana jika pulang bareng kita aja?."
"Ti-tidak usah repot-repot, aku bisa sendiri kok."
"Sudahlah jangan menolak, kita baik sudah menemani kamu pulang." Ucap salah satu senior sambil mendekatiku.
"B-Baiklah."
Aku tidak bisa menolaknya, karena aku sedikit takut jika ada hal yang lebih menakutkan selain tidak bisa memenuhi kebaikan dari nama keluarga.
Aku dengan siswa senior yang berjumlah 4 orang pun mulai berjalan pulang menjauh dari gedung sekolah, dan tetap saja rasanya sangat menggangu, mereka seperti selalu mengurangi jarak padaku, dan setiap waktu mereka sempat menyentuhku seperti orang dekat.
"Ternyata dilihat dari dekat kecantikannya lebih terlihat ya."
"Benar! rasanya terlihat mirip sekali dengan kakaknya."
"Oh iya Shiraishi, kalau tidak salah tentang kakakmu, kami selalu diajak pergi untuk membeli banyak buku yang bagus loh."
"B-benarkah?." Ucapku dengan senyum terpaksa.
"Iya, bagaimana jika kita mampir dulu untuk melihat lihat bukunya?."
"Tapi, sepertinya aku harus bergegas untuk pulang."
"Hanya sebentar saja, setelah itu kita langsung pulang kok."
"Tapi-."
"Ayolah, hanya sebentar saja." Salah satu senior itu mendorong tubuhku untuk mengikuti jalan mereka.
Aku mulai merasa panik, dan mencoba untuk melihat sekeliling...
Dan pandanganku langsung terhentikan saat melihat lelaki yang minggu lalu aku temui, dia adalah Aoyama... aku mencoba meliriknya berkali-kali, tetapi dia tidak sedetikpun melirikku, hingga aku masuk kedalam gang yang cukup kecil.
"M-maaf, rasanya jalannya bukan kearah toko buku." ucapku untuk mencoba mencari alasan.
"Tidak kok, jalannya memang kearah sini agar lebih cepat."
Aku yang baru saja berada di daerah ini, yang tidak mengetahui lebih jelas jalan jalan di daerah ini, membuat aku hanya bisa mengikuti mereka.
Hingga kami berjalan sudah cukup jauh dari jalan besar, dan tidak ada seorang pun selain kami disana.
"Se-sepertinya kita salah jalan."
"Tidak, ini adalah jalan yang benar."
Dan salah satu dari mereka meraba rok belakang ku dari belakang, hingga aku terkejut dan berbalik badan kepada mereka.
"T-tunggu!! kenapa." Ucapku panik dan berjalan mundur untuk menjauh, dan buruknya dibelakang hanya ada sebuah dinding besar.
Aku menyadari jika aku telah dijebak... aku sudah terjebak didalam gang buntu yang cahaya mataharinya tertutup oleh bangunan dan dinding besar.
"Kenapa? tidak perlu takut, kita hanya main main sebentar kok."
"H-hentikan! jangan mendekat!." Kepanikan sudah sangat dalam pada diriku, ketakutan dan keresahan yang menggebu-gebu seperti memenuhi pikiranku.
"Karena saudarinya yang begitu sombong dan tidak tahu diri... kita mendapatkan adiknya yang begitu cantik!."
"J-jangan mendekat! atau aku akan laporkan kalian!."
"Laporkan? hahahaha, coba saja!."
Dua dari mereka menahan kedua tanganku, aku mencoba melawannya tetapi kekuatanku sangat jauh dari kekuatan mereka.
"K-kumohon hentikan!."
"Sepertinya dibalik seragam ini terdapat harta karun." ucap salah satu dari mereka yang mulai menarik dasiku untuk memaksa membuka seragamku.
"H-hentikan!! K-kumohon hentikan!."
Hingga satu kancing terbuka didepan mataku, mereka menatapku dengan tatapan mesum yang ingin menyentuhku.
Saat para senior itu ingin melanjutkan membuka kancing bajuku selanjutnya, dari belakang sana, seorang pria datang dengan santai kearah kami.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Kembali pada pandangan Aoyama..
Dengan santai aku berjalan masuk mendekati mereka yang sedang ingin melakukan sesuatu pada gadis itu.
"Seperti yang kukira, kenapa hari ini sang putri pulang bersama laki laki rendahan, ternyata memang ada yang tidak beres."
Ucapku sambil berjalan untuk memberi jeda kepada mereka agar mengalihkan perhatiannya kepadaku dan membuat mereka panik.
"S-siapa dia!."
"Temannya? hah! berani sekali kau mengikuti kami!."
Saat salah satu dari mereka ingin menyerang kearah diriku, aku langsung memperlihatkan sebuah ponsel yang sudah diaktifkan video recording dengan menampilkan wajah para senior yang membatu saat melihatnya.
"Upss, maaf sepertinya para senior akan cepat terkenal sedikit lagi."
"Kurang ajar!!."
"Aoyama!." Dari belakang mereka, Shiraishi dengan tampilan sangat berantakan walaupun sepertinya dia belum diperlakukan oleh mereka.
"Jika kalian tidak melepaskan dia, video ini direkam lewat kontak salah satu guru pembimbing, jadi aku hanya akan menyentuh tombol kirim jika kalian berbuat sesuatu."
"Tch!." Mereka langsung melepaskan tangan Shiraishi dengan kepanikan dan kemarahan terlukis di wajah mereka.
Saat mereka sudah melepaskan Shiraishi, Shiraishi langsung berlari ke arahku dengan wajah yang sangat ketakutan.
"Aoyama, tolong." Suara nya seperti seseorang yang sudah merasa panik yang sangat dalam.
"Lebih baik kau cepat pergi dari sini, dan pulang kerumahmu atau pergi ketempat yang aman." Ucapku dengan datar, agar mengurangi rasa paniknya.
"Bagaimana denganmu?."
"Tidak perlu memperdulikanku, pedulikan keselamatanmu terlebih dahulu."
"B-baiklah." Setelah itu Shiraishi berlari keluar gang.
Saat aku mengawasi jalan Shiraishi hingga aman, salah satu senior mencoba menyerangku disaat aku sedikit melihat pergerakannya hingga aku berhasil menghindar dari pukulannya.
"Jangan terburu-buru... aku sedang mengantuk."
ucapku dengan nada datar, untuk membuat mereka semakin emosi, walaupun aku juga terpancing emosi melihat sekumpulan lelaki ingin melecehkan adik kelasnya.
"Dasar sial*n!!."
Mereka mulai melayangkan pukulannya ke arahku, tetapi dengan mudah aku menghindari serangan itu dan membalas dengan pukulan di wajahnya dengan keras, hingga sebuah pertengkaran mulai panas.
Meski aku cukup ahli dalam bela diri dari hasil latihan 3 tahun di jenjang SMP, melawan 4 orang berbadan cukup besar ditempat yang cukup sempit tentunya tidak bisa dilawan dengan mudah.
Karena emosiku yang terpancing membuat diriku juga mengalami hal buruk dan lengah, saat satu persatu wajah mereka kuberi beberapa pukulan, beberapa orang yang terjatuh mulai bangun dan mengunci pergerakanku dengan menahan tangan dan kakiku hingga aku tidak bisa melepaskan kuncian ketiga orang itu.
"Hahaha, sekarang apa yang bisa kau lakukan?."
Salah satu dari mereka yang sepertinya adalah ketuanya memberikan beberapa pukulan kepadaku dibagian wajah dan perut.
"Rasakan itu! sok menjadi pahlawan dan akhirnya kalah."
Pukulannya terus menyerang diriku yang bertahan sekuat tenaga untuk bertahan.
"Bagaimana rasanya? nikmat kan?."
"Huh? apa dengan menjadi pengecut seperti ini membuatmu senang?." Ucapku mengintimidasinya.
"Masih sanggup berbicara seperti itu? sepertinya wajahmu itu lebih baik aku buat beberapa hiasan!."
Saat dia ingin memukulku kembali, seseorang memanggilku sambil berlari ke arahku.
"Aoyama!!." Suara teriakan itu yang tidak lain adalah Touya yang berlari dan langsung memukul salah satu senior itu hingga terjatuh.
"Sial*n! apa yang kau lakukan!!." dengan emosinya saat melihat diriku yang terluka mulai memukuli para senior yang lainnya.
Tidak berapa lama temannya datang untuk ikut membantunya memukuli para senior itu, yang sepertinya mereka temannya Touya dari klub voli.
"Kau tidak apa apa?." Ucap Touya sambil merangkulku untuk berjalan keluar gang kecil ini.
"Seperti yang kau lihat."
"Maaf, aku terlambat menolongmu."
"Tidak masalah, hanya beberapa luka ringan, bagaimana kau tahu aku disini?."
"Tadi aku melihat Shiraishi berlari dari gang ini dan langsung menghampiriku dan teman temanku dengan panik, saat dia mengatakan kau sedang dalam bahaya didalam tanpa menanyakannya aku langsung berlari kedalam."
"Kalau begitu terimakasih."
"Harusnya aku yang meminta maaf."
"Sudah kubilang tidak perlu."
Saat kami berdua sampai diluar gang, disana Shiraishi yang menunggu kami didepan saat melihat kami, dia langsung berlari ke arahku.
"Aoyama, kenapa kamu babak belur seperti ini?." Ucapnya terkejut dan panik saat melihat wajahku yang sudah penuh dengan luka.
"Aku hanya terpancing emosi dan menjadi seperti ini."
"M-maaf, aku sungguh minta maaf karena aku, karena aku yang buruk menjaga diriku sendiri, kamu jadi seperti ini." Raut wajahnya yang mulai meneteskan air mata karena merasa bersalah.
"Sudahlah, sudah kubilang tidak perlu memperdulikanku."
"Memangnya kenapa bisa jadi seperti ini?." Ucap Touya karena tidak tahu sumber masalahnya.
Bersamaan dengan teman temannya yang tiga kali lipat jumlahnya dari para senior itu keluar dengan menahan keempat senior itu.
"Mereka ingin melecehkan Shiraishi didalam, tetapi sepertinya Aoyama melihatnya dan menyelamatkan Shiraishi."
Ucap salah satu teman Touya yang sebelum mengikuti Touya saat berlari kedalam gang, mereka bertanya lebih lanjut kepada Shiraishi.
"Yang benar saja, sial*n kalian!." Touya yang ingin memukul salah satu dari mereka ditahan oleh temannya agar tidak terpancing emosi.
"Hentikan Touya, lebih baik membawanya kesekolah dan melaporkan hal ini, aku juga sudah membawa bukti videonya." ucapku sambil menyerahkan ponselku ke Touya.
"Itu lebih baik, biar kami saja yang membawanya, aku pinjam ponselmu untuk buktinya." Ucap salah satu temannya Touya.
"Terimakasih, maaf merepotkan kalian." balasku sambil menyerahkan ponselku kepadanya, dan mereka pergi membawa keempat senior itu kembali kesekolah.
"Aoyama, lebih baik kita kesekolah juga untuk mengobati lukamu." Ucap Touya yang khawatir kepadaku.
"Biar aku saja yang mengobati Aoyama, lagipula ini adalah salahku." Sambung Shiraishi yang keadaannya sudah sedikit membaik.
"Tidak usah, lebih baik aku pulang saja- ah, sepertinya kakiku tergelincir."
"Huhh jangan memaksanya, aku bantu sampai kerumah." Ucap Touya sambil merangkulku untuk membantuku.
"Maaf, terimakasih."
"Biasanya kau menolak.."
"Kalau begitu aku jalan sendiri."
"Aku hanya bercanda... S-Shiraishi, bagaimana jika aku menghubungi keluargamu?." Dalam keadaan seperti, Touya masih gugup berbicara dengannya.
"Tidak... aku juga ingin membantu mengobati lukanya."
"Kenapa kau juga ingin kerumah ku?."
"Kenapa? karena aku merasa bersalah dan ingin membantumu."
"Sudah kukatakan itu tid-."
"Sudahlah! aku tidak mau mendengarmu lagi!."."
"Keras kepala sekali..."
Dia tersenyum dan aku sedikit lega karena masalah ini sudah selesai..
..........
Sesampainya kami didepan rumahku, wajah Shiraishi seketika bingung dan terkejut seperti campur aduk.
Tetapi tidak ada waktu untuk hal itu, karena suara Mai yang mengejutkan kami semua membuat kami melihat kearahnya yang berada diluar pintu rumahku, karena terkejut melihatku yang susah untuk berjalan karena kakiku yang terluka membuat dia menjadi khawatir dan menghampiri kita bertiga.
"K-kak Touya, kenapa dengan kakak?."
"Kakinya hanya terkilir dan aku jadi membantunya untuk pulang."
"Lalu kenapa dengan wajahnya yang babak belur??."
"I-itu agak panjang, jadi lebih baik kakakmu ini masuk terlebih dahulu daripada berdiri didepan rumahnya."
"B-benar juga, karena khawatir aku jadi lupa."
Setelah kita masuk kedalam, Touya ingin segera kembali ke sekolah untuk mengurusi keempat senior itu, sedangkan aku ditinggal dengan 2 perempuan yang sangat merepotkan.
"Kenapa kakak terluka seperti ini? dan juga... s-siapa dia?!."
"Jangan salah paham dulu, dia.... sebenarnya kau ini siapa?." Aku pun juga bingung harus menganggapnya siapa.
"S-siapa? m-mana aku tahu!."
"Ah dia murid di sekolahku juga namanya... aku lupa."
"Salam kenal, aku adik nya kakak yang pelupa ini Kizuku Mai."
"Salam kenal juga, aku Shiraishi Yuuki, panggil aja Yuuki."
"Kakak sangat cantik... kenapa kak Yuuki bisa berada didekat kakakku?." Matanya menatap Shiraishi seperti melihat bidadari yang jatuh dari apapun itu.
"Ada apa denganmu Mai?."
"Tidak ada apa apa, jadi, bagaimana ceritanya kakak bisa seperti ini?." Dengan langsung sadar dan mengalihkan pembicaraannya.
Aku pun dengan berhati hati menceritakannya semua kejadian tadi kepada Mai, dengan beberapa kejadian yang sedikit diubah agar tidak terlalu membuatnya khawatir, Shiraishi yang mendengarnya pun juga setuju dengan itu.
"Owh jadi seperti itu."
"Maaf, karena aku, Aoyama menjadi terluka seperti ini."
"T-tidak apa apa, kakak memang seperti itu, walaupun sifatnya menyebalkan tetapi dia orangnya baik."
"Tunggu, kenapa setiap bicara tentangku ke orang lain selalu seperti itu?."
"Benar, dia memang orang yang menyebalkan." ucap Shiraishi yang menanggapi perkataan Mai.
"Kenapa kau juga!."
"Benar benar tidak pernah bosan Mai memarahinya."
"B-benarkah?."
"Benar, karena dari beberapa teman kakak yang aku kenal, justru mereka yang membuat kakak menyerah."
"Sudahlah, terserah kalian berdua."
"Ngomong ngomong tentang ini, luka Aoyama belum diobati." Ucap Shiraishi yang baru sadar setelah beberapa menit disini.
"Benar juga! aku sampai lupa karena tidak ada yang berbeda dengan wajahnya.."
"Ya ya, wajahku memang seperti ini."
"Aku mengambil kotak p3k nya dulu.. kak Yuuki tolong jaga kakak disini.."
"Ah ya, tidak apa apa."
Setelah itu Mai pergi mengambil kotak kesehatan dibelakang.
"A-anu, terima kasih karena telah menyelamatkanku dan juga membantu menjelaskan kepada adikmu karena mengubah ceritanya.."
"Sebenarnya... kenapa kau begitu ingin sekali dekat dengan semua orang?."
"Bukan aku yang menginginkannya... tapi ayahku."
"Ayahmu?."
"Dan juga-."
Saat Shiraishi ingin memberitahu sesuatu, Mai datang dengan membawa kotak kesehatan dan beberapa obat.
"Ahh ditinggal sebentar kalian langsung mesra mesraan." Ucap Mai menggoda kita berdua.
"T-tidak, k-kami tidak seperti itu!." Pipinya memerah saat Mai mengatakan seperti itu.
"Jangan mengatakan seenaknya."
"Ahaha maaf maaf, nih aku sudah membawakannya."
"Biar aku saja yang mengobati luka lebam nya, karena ini salahku jadi biar aku yang mengobatinya."
"Apa tidak apa apa? biar aku saja, kak Yuuki duduk saja."
"Tidak apa apa, aku saja."
"Baiklah, aku ingin membuat teh dulu."
Mai menyerahkan kotak kesehatannya kepada Shiraishi dan Mai pergi ke dapur untuk membuat teh.
"Kalian boleh kok mesra mesraan jika tidak ada aku."
"Tidak akan!."
"Tidak akan!."
kami berdua serentak mengatakannya saat Mai telah lari pergi ke dapur.
Lalu Shiraishi mulai mengobati bekas luka di wajahku dengan sangat lembut dan berhati hati.
"Tidak sakit kan?."
"Tidak masalah."
"Aoyama, aku Terkejut ternyata kamu mempunyai seorang adik perempuan, kukira kamu benar benar hidup sendirian."
"Yah dia hanya satu satunya adikku, kita hanya selisih satu tahun jadi tidak terlalu jauh perbandingannya."
"Jadi begitu."
"A.."
"A-apakah sakit?."
"Tidak ada masalah."
Saat sudah beberapa waktu kemudian Shiraishi pergi pulang karena memiliki beberapa urusan dan tugas, jadi dia izin untuk pulang.
"Terimakasih, maaf sudah merepotkanmu, biar aku antar." Ucapku sambil ingin mengambil jaket.
"Tidak perlu, kamu istirahat aja disini, jangan kemana mana lagi."
"Kalau begitu hati hati."
"Ya! aku pergi dulu."
Setelah itu Shiraishi pergi dan aku lupa untuk menanyakan dimana letak rumahnya, agar aku tau jaraknya.
"Kakak, kamu istirahat saja, kaki kamu aku bantu agar mendingan ya."
"Oh iya, maaf, terimakasih Mai."
"Santai saja."
Disaat Mai mengurut kakiku yang terkilir, rasanya kesadaranku juga ikut terkena kenikmatannya dan berujung aku ketiduran.
Hari ini penuh dengan hal yang diluar dugaan, bahwa aku menjadi sadar bahwa mungkin apa yang sudah aku alami adalah kebaikan untuk orang lain, dan tidak ada sebuah kesialan maupun keberuntungan.
Karena sebuah kebaikan pasti terdapat hal yang pahit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Sylius
merasa iri kn..kn
2023-03-20
0
Sylius
mata panda 🐼🤣
2023-03-20
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
wawww si Aoyama keren 😲 bener-bener sang pahlawan. Matamu yang ngantuk seketika langsung melotot melawan mereka. mantap 👍
2023-03-03
0