"Sebenarnya aku tidak setuju jika kau yang menjaga adikku, jika ada yang terjadi lagi dengan adikku, aku akan membuatmu membalasnya."
"Setidaknya aku lebih berguna daripada hanya mengancam orang lain..."
"Tch." Shiraishi Rena langsung pergi meninggalkanku setelah meninggalkan raut wajah kesalnya kepadaku.
"Kakaknya benar benar merepotkan, sekarang bagaimana aku bisa menjalani hari esok dengan seperti biasa..."
................
Setelah pertemuanku dengan kakaknya Shiraishi saat pulang sekolah pada hari dipanggilnya aku kedalam ruang guru, semuanya menjadi berubah, baik pada diriku maupun Shiraishi.
Aku yang menjadi pusat perbincangan seluruh sekolah, sebaliknya Shiraishi menjadi banyak murid yang sudah tidak berani untuk dekat dengannya, kecuali sahabatnya yang sudah sangat akrab.
Padahal baru saja aku bersekolah setengah tahun disini, tetapi masalah terus saja berdatangan untuk mengubah diriku ini menjadi seseorang yang jauh lebih berbeda dari diriku yang lalu.
Untuk sekarang aku hanya akan melakukan seperti biasa, dan berusaha agar tidak merepotkan diriku sendiri dan juga-
"Aoyamaa, kenapa kau pulang sendirian?, selain itu, bagaimana kejadian tadi didalam?."
( Sialan Touya, dia memotong kata kata pembuka milikku..)
"Aku tidak tahu... semua terjadi begitu saja, bahkan aku pun dipekerjakan oleh keluarga mereka.."
"Woah yang benar saja! kau beruntung sekali ya Aoyama." tangannya menepuk pundak kananku.
"Bagiku ini adalah masalah... berdiri disini saja aku sudah merasa tidak nyaman."
"Sepertinya sangat sulit untukmu , jangan patah semangat! jika ada yang bisa aku bantu katakan saja!." dengan pose seperti menunjuk dirinya sebagai orang yang diandalkan.
"Aku tidak tahu kau sedang mengejekku atau memang ingin membantuku."
"Apa kau masih tidak percaya kepadaku? bagaimana bisa temanmu ini tidak ingin membantumu."
"Aku tidak yakin jika kau bisa dipercaya, tetapi terserah apa yang ingin kau lakukan."
"Baguslah- ah itu Shiraishi dan.....? siapa yang bersama Shiraishi?."
"Dia... entahlah."
Mereka berdua menghampiri kita yang sudah berada diluar area sekolah.
"Aoyama! kenapa kamu tidak menungguku dan langsung pergi begitu saja?." Shiraishi yang datang dan langsung memarahiku.
.
"Apa itu perlu?." aku sedikit mengelak pertanyaannya.
"Aku hanya memintamu menungguku sebentar, tapi kamu justru meninggalkanku."
"Kau terlalu lama."
"Berisik... oh iya! Sakura, dia juga temanku." Yuuki memperkenalkan Touya kepadanya.
"Saya Nanami Sakura, saya baru masuk disekolah ini dan saya adalah pengawal Yuuki."
"A-Aku Kitahara Touya, senang berkenalan denganmu." Dia merasa senang karena dianggap teman olehnya.
"Apa kita akan pulang bersama?." sambung Shiraishi.
"Itu lebih baik!."
"Terserah kalian."
Kami berempat langsung berjalan pulang dengan menggunakan kereta, walaupun jika berjalan kaki juga tidak terlalu menghabiskan banyak energi, tetapi waktunya mungkin lebih cepat jika menggunakan kereta.
"Rasanya agak berbeda sekarang..".
"Benar juga, ini pertama kalinya kita pulang bersama."
"Touya, kau turun disini kan?."
Aku memberitahu Touya karena sudah sampai di stasiun pemberhentiannya.
"Ah benar juga, aku jadi terlalu lama menganggu hubungan kalian."
"Lebih baik kau cepat turun atau kau juga ingin ditemani?."
"Tidak tidak, kalian saja yang menghabiskan waktunya... hajar dia, Aoyama."
"T-Tunggu, apa maksudmu?!."
"Ahahah dia sudah marah, baiklah aku pergi dulu."
Saat beberapa detik sebelum pintu kereta ditutup, untungnya Touya berhasil keluar dari kereta, dan hanya ada aku dan dua perempuan yang sangat merepotkan.
................
Setelah beberapa stasiun kemudian, kita turun ditempat stasiun yang sama, tentu saja itu membuatku bingung, ditambah kita berhenti di stasiun biasa arah rumahku, aku pun penasaran dengan arah rumahnya.
"Shiraishi, sebenarnya kau ingin kemana?."
"Ha? kemana lagi? bukannya pulang kerumah?."
"Tidak, bukan itu maksudku, rumahmu berada disekitar daerah sini?."
"Ah iya, memangnya ada apa?."
"Tidak ada, aku hanya penasaran."
Setelah itu kami bertiga melanjutkan perjalanan pulang kerumah Shiraishi, karena ini sudah menjadi pekerjaanku untuk mengantarnya pulang, walaupun sakura sepertinya tinggal ditempat yang sama dengannya.
"Kalau tidak salah, Sakura, kamu pernah satu sekolah dengan Aoyama dari sekolah dasar?."
Tiba tiba bulu kudukku berdiri..
"Benar, saya pernah satu sekolah dengan Aoyama dari kecil."
"A-Ah kalau kita sedang berdua seperti ini, jangan menggunakan cara bicara seperti itu."
"Tapi..." mata sakura melirik kearah diriku yang tidak sedang berniat ikut dalam obrolan mereka.
"Tetapi bukannya jika Aoyama tidak apa apa kan? kalian kan sudah berteman dari kecil."
"Baiklah kalau begitu, aku dan Aoyama memang sudah saling mengenal selama 8 tahun disekolah."
"D-Delapan tahun?....."
"Memangnya ada apa?."
"T-Tidak, aku hanya terkejut kalian sudah sangat lama berteman, tetapi Aoyama, kenapa rasanya kamu seperti tidak terlihat sudah mengenal lama Sakura?."
"Mengenal tidak mesti akrab kan?."
"Kenapa kamu terkesan marah seperti itu?."
"Tidak, aku tidak marah."
"Jika kamu berbicara seperti itu, berarti ada hal yang membuat kamu tidak ingin mengingatnya."
"Aku tidak dibayar untuk ini.."
"Rasanya sia sia aku bertanya padamu." ucap Shiraishi memasang muka sebal.
Saat dia sudah tidak bisa menggali apa apa dariku, dia berpindah menanyakan hal itu kepada Sakura yang hanya tersenyum dan tersadar jika Shiraishi melihatnya.
"Sakura, memangnya dulu Aoyama orangnya seperti apa?."
"Kau ingin membicarakan orang lain, tetapi orang itu berada di depanmu."
"Hah? salah kamu sendiri tidak ingin memberitahukannya."
"Tch, itu mengapa aku tidak ingin berhubungan dengan perempuan." gumamku.
"Apa yang kamu katakan barusan?."
"Tidak ada."
Saat melihat kami, Sakura tidak sengaja melepas tawanya meskipun hanya sebentar.
"Ada apa?." Ucap Shiraishi melihatnya.
"T-Tidak, aku hanya melihat kalian begitu serasi."
"Ha?."
"Ha?."
"Bagaimana bisa aku cocok dengan cowok suram sepertinya."
"Ya aku memang suram, memangnya ada masalah apa denganmu?."
"Sudahlah, lebih baik kita berbicara tentang yang lain." Ucap Sakura melerai.
Dan saat beberapa meter berjalan, aku pun tersadar jika ini adalah arah jalan pulang ke rumahku, hingga kita benar benar sampai didepan rumahku.
"Tunggu dulu, ini bukannya rumahku?."
"Memangnya kenapa?."
"Tidak tidak, aku menemanimu sampai rumahmu bukan sampai rumahku."
"Ah~, aku lupa memberitahukan kepadamu."
"Tentang apa?."
"Rumahku berada disebelah rumahmu." Sambil menunjuk rumahnya yang persis berada di sebelahku.
"...."
"Aku dan Sakura berada disebelah rumahmu, jadi mudah untukmu untuk menjagaku."
"Bahkan kau sampai pindah rumah.."
"Hah? dari sebelum aku mengenalmu juga aku sudah tinggal disini, waktu mengantarmu pulang saat dua hari yang lalu aku juga terkejut saat mengetahuinya."
"Kenapa kau tidak mengatakannya lebih awal?."
"Aku juga ingin memberitahukannya tapi tidak ada kesempatan, jadi....untuk seterusnya, mohon bantuannya ya, Aoyama." Sambil tersenyum.
"Rasanya ini akan semakin merepotkan."
"Kalau begitu aku pulang dulu, barang barang milikmu sudah ada kan Sakura?."
"Ah iya, tetapi aku ingin berbicara terlebih dahulu pada Aoyama sebentar." Ucap Sakura meminta izin kepada Shiraishi.
"Begitu, baiklah aku akan menunggumu didalam, sebaiknya cepat karena sudah gelap."
"Y-Ya."
Shiraishi pun masuk kedalam rumahnya dan aku pun ingin masuk kedalam tetapi Sakura tetap berdiri diam di depanku.
"Ada apa? masuklah, sekarang sudah gelap."
Saat aku menyuruhnya untuk masuk, kita berdua pun masuk ke rumahku untuk berbicara sebentar apa yang dikatakannya, walaupun aku tidak menginginkannya.
"Apa kau tidak lelah bersikap formal seperti itu? gadis menyebalkan."
Saat kita berdua sudah ada didalam, Sakura dari belakang menendang kakiku dari belakang.
"A-Tunggu! kenapa kau menendang kakiku tiba tiba, apa kau tidak tahu jika saki-."
Saat aku berbalik, dia langsung memelukku hingga aku terjatuh kelantai.
"T-Tunggu Sakura, apa yang kau lakukan."
"Sudah 2 tahun lamanya aku tidak melihatmu, saat melihatmu kembali rasanya seperti aku bermimpi, Ao."
Dia yang berada diatas tubuhku yang terjatuh dilantai karena dia memelukku sambil mendorongku.
"Berhenti memanggilku dengan nama itu, kita sudah remaja, bukan anak kecil lagi."
"Tidak mau, aku tetap ingin memanggilmu seperti itu."
"Kalau begitu cepat bangun, kau begitu berat."
"Ahaha maaf maaf, aku terbawa suasana jadi seperti ini."
"Kau benar-benar menyebalkan."
"Kau juga, wajahmu masih suram dan matamu seperti ikan mati."
"Wajahku memang sudah seperti ini."
"Tetapi sekarang kamu terlihat lebih suram."
"Kau kira salah siapa?."
"Hh."
Kami pun duduk di sofa dan memberikan air putih kepadanya.
Lalu kami mengobrol tentang 2 tahun lalu saat dia keluar dari sskolah.
"Jadi...alasan kau keluar, karena itu?."
"Iya, aku disekolahkan di sekolah khusus perempuan agar aku bisa melatih diriku untuk bisa melayani keluarga Yuuki."
"Jadi kau juga sudah kenal Yuuki dari kecil?."
"Kamu cemburu?." dengan senyum seakan ingin menjahiliku.
"Jangan bercanda, bagaimana bisa aku seperti itu."
"Ahaha, sudah lama aku tidak menjahilimu, rasanya sangat senang."
"Berisik."
"Aku sudah mengenal Yuuki dari kecil, tetapi karena aku juga seumuran dengannya, jadi aku tidak bisa menjadi pengawalnya, dan kami sering bermain bersama saat aku mengunjunginya."
"Lalu, apa kau yang memberitahukan tentangku kepada ayahnya?."
"Kalau itu, bagaimana ya, aku hanya penasaran saja."
"Apa maksudnya."
"Saat aku tahu kamu bersekolah disini.....jadi, aku ingin bertemu denganmu, karena aku sangat rindu denganmu." dengan mengeluarkan senyum halusnya yang ingin menggodaku.
"Bisakah kau berhenti untuk menggodaku?."
"Memangnya kenapa? bukannya dulu kamu suka seperti ini?."
"Itu dulu, lebih baik kau melupakannya."
"Jadi kamu sangat cepat untuk melupakan perasaanmu itu ya."
"Aku masih merasakannya... meskipun sudah tidak peduli..."
"B-Benarkah? maaf ya, tentang waktu itu."
"Aku yang bodoh, tidak ada yang salah."
"Padahal jika kamu melakukannya lagi, mungkin aku akan menerimanya." dengan suara yang kecil.
"Apa yang kau katakan tadi?."
"Tidak ada....benar juga, aku harus bergegas kerumah Yuuki, jadi aku pergi dulu."
"Ya."
"Tidak perlu, rumahnya hanya disebelah, jadi tidak apa apa."
"Baiklah kalau begitu."
"..."
Aku pun mengantarkannya sampai didepan pintu rumah, dan dia bersiap menggunakan sepatu untuk pergi.
"Baiklah aku pergi dulu."
"Ya, jaga dia dengan benar, kalau ada apa-apa juga aku bisa kena masalah."
"Kamu masih ingin melihatku lebih lama?."
"Jangan mengatakan hal konyol, justru sebaliknya itu kau."
"Ahaha, kalau begitu kapan kapan kita bisa berbicara lagi, baiklah sampai ketemu besok."
"Ya."
Setelah dia pergi, rasanya perasaan canggung yang sangat berat ini seperti langsung terlempar entah kemana, dan untuk merilekskan pikiranku, aku pergi ke kamar mandi untuk berendam air hangat.
"Hah~ akhirnya aku bisa istirahat...".
"..."
"Bagaimana bisa aku bertemu dengannya lagi disini.."
Aku dan Sakura dari sekolah dasar sudah bersama, dan awalnya memang aku yang selalu menyendiri dengan diriku sendiri, sama sekali tidak ada seseorang yang ingin bermain, berkenalan, bahkan menyapaku, hingga para guru yang bergerak untuk memperkenalkan diriku, aku cukup menyedihkan dari dulu.
Karena orang tua ku yang berpisah pada waktu yang tidak lama dari itu, aku hidup dengan nenekku yang sangat baik, dia sudah seperti orang satu satunya yang peduli kepadaku dan menyayangiku, begitu juga saat adikku yang dilepas oleh orang tuaku sendiri, dan akhirnya nenekku juga mengurus adikku.
Saat memikirkannya, aku merasa mempunyai orang tua yang buruk, bahkan adikku juga dibuang sepertiku, mereka yang sangat egois dan tidak ingin mengalah menjadi alasan mereka berpisah, tetapi nenekku selalu mengatakan kepadaku, jika aku tidak boleh membenci mereka, namun apapun alasannya aku tetap membencinya, karena aku pun masih tidak tahu mengapa mereka berpisah dengan membuang aku dan adikku.
Saat disekolah aku selalu menjadi bahan omongan mereka, karena diriku yang terlihat suram dan menyedihkan, mungkin karena pemikiran kita waktu itu masih kecil, jadi mereka yang tidak ingin denganku, sampai aku tidak butuh hal itu, aku juga sudah tidak peduli lagi dengan yang namanya hubungan maupun ikatan.
Tetapi dia hanya satu satunya orang yang pertama kali menyapaku dan mengajakku bermain, dia selalu membuat senyumannya yang membuatku berpikir, bahwa ada orang yang seperti ini.
Tetapi terdapat kejadian waktu kami sudah beranjak ke kelas 3, saat kami sedang pulang bersama, tiba tiba beberapa orang dewasa yang membawa mobil hitam langsung menculik kita berdua dan kami disekap oleh sesuatu yang membuat kita tidak sadarkan diri, sesampainya saat kita sadar, di depanku sudah ada Sakura yang tangannya diikat keatas yang menyadarkanku karena terus memanggilku, tidak ada yang bisa membantunya bahkan aku yang tangannya diikat, hingga ada satu orang yang mulai menyadari jika kami sudah sadar, dan memanggil teman temannya yang berjumlah 4 orang, ketiga dari mereka pergi untuk sesuatu tetapi salah satu dari mereka yang sangat kejam ingin melecehkan Sakura membuat perasaanku menjadi tidak karuan dan marah, mereka yang menganggapku lemah karena mengikatkan tanganku dengan ikatan yang tidak kencang, aku bisa membuka ikatan talinya dengan mudah untukku, tetapi tangan orang itu mulai ingin menyentuh Sakura yang sedang memohon dan menangis, dengan cepat dan tidak bisa berpikir hal lain kecuali menyelamatkan Sakura, aku dengan kebetulan menemukan sebilah pisau dimeja mereka, dan dari belakang aku menusuk punggung orang itu, hingga orang itu berteriak kesakitan, dan sangat beruntung saat teriakan orang itu, bukannya temannya yang keluar tetapi para polisi yang dari awal sudah mengepung tempat ini langsung menerobos tempat itu dan hasilnya kami selamat, tetapi orang yang aku tusuk juga masih selamat walaupun mengalami sekarat.
hingga saat itu aku berpikir bahwa aku tidak boleh melepaskan orang yang baik kepadaku, hingga aku ingin melindunginya. hari demi hari kita berdua sudah sangat dekat hingga kita masuk di sekolah menengah pertama yang sama.
Aku yang sudah tidak peduli dengan orang lain, dan aku hanya mempunyai seseorang yaitu Sakura, dan ada dimana seseorang mulai menumbuhkan rasa suka terhadap seseorang, sepertiku yang mulai menyukainya, dan ingin menghabiskan hidupku dengannya, karena kami sudah berada di Sekolah menengah, banyak orang yang mendekat kepada Sakura dan hal itu membuat diriku seperti sedikit demi sedikit merasa terasingkan lagi, tetapi Sakura dengan yang selalu lebih memperhatikan diriku, hal itu membuatku lebih menyukainya.
Disaat kenaikan kelas 2, disaat bersamaan aku mempunyai rencana untuk menembaknya setelah aku sudah mempersiapkan berbagai hal, dan cukup yakin untuk menjadi pacarnya...
................
"Ao, kenapa kamu manggil aku kesini?."
"M-Maaf memanggilmu tiba tiba seperti ini, kau tahu Sakura, kita sudah beberapa tahun bersama, aku yang menyedihkan ini selalu membuatmu kerepotan, dan kau selalu berusaha dengan senyumanmu untuk membuatku bahagia, kau yang tidak pernah menganggap diriku ini menyedihkan dan tidak pantas hidup, dan selalu menyadarkanku bahwa aku bisa menjadi seseorang yang pantas bahagia, dan juga aku yang tidak pernah mempunyai teman tetapi kau selalu berada di dekatku untuk menemaniku, jadi....sekarang..."
Diatas atap sekolah dengan langit sore berwarna jingga, anginnya begitu terasa hangat dan terlihat mengibarkan rambut birunya yang halus... aku begitu gemetar, tetapi ini adalah kesempatan sekali dan terakhir untukku... karena aku tidak akan memaksanya jika dia memang tidak menerimaku yang menyedihkan ini.
"..."
Saat aku menghembuskan nafasku, sudah saatnya aku mengatakannya
"Sakura, aku menyukaimu."
"Eh?."
"Dari saat kita kecil, perasaan ini tidak pernah berkurang dan terus bertambah, sampai saat itu, aku ingin melindungimu...."
Aku terus berusaha tenang untuk mengatasinya.
"Aku ingin terus berada di sampingmu, menjadi pelindungmu, apapun yang terjadi aku akan berusaha melindungimu."
Semakin aku mengatakannya, seakan akan rasa gugup dihati ini semakin lama semakin memudar.
"Aku ingin membuatmu selalu tertawa, bahagia, dan menikmatinya, aku akan berusaha untuk terus membuatmu menjadi orang yang paling berharga."
Hatiku sudah berada di ambang batasnya, aku terus mengutarakan semua yang ingin aku utarakan.
"Setiap hari kita bisa bersama, dan....dan itu mengapa aku akan memutuskannya untuk hari ini."
Hanya untuk kali ini, aku hanya bisa untuk kali ini.
"Sakura...kumohon...jadilah pasanganku-"
"Maaf, aku tidak bisa."
"A-Apa maksudmu?."
"Aku....tidak bisa menerimamu."
Rasanya seperti apa yang aku perjuangkan, seketika langsung jatuh begitu saja, entah mengapa hati ini langsung begitu perih.
"Kenapa?..."
"Maaf..."
Dia pergi meninggalkanku selepas menolak perasaanku..
Hingga besoknya dia sudah tidak bersekolah disini lagi, dan menghilang begitu saja dari diriku.
Semenjak saat itu aku sudah memang benar benar tidak peduli lagi dengan semuanya, teman, sahabat, keluarga, orang tua, maupun cintaku, semuanya seakan memang tidak diperlukan untuk hidupku.
Aku selalu berpikir bahwa berusaha sendiri, tidak peduli apa masalahnya, aku memang ditakdirkan untuk sendiri.
Orang yang menyedihkan sepertiku, tidak mungkin bisa mendapatkan hal yang membahagiakan di hidupku.
"Aku sudah tidak peduli dengan semuanya.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
wahh hebat juha kamu bisa buat yang lain tak mau mendekat ke oada keshiraishi..
2023-03-20
0
Novex
Bukankah hari2mu sudah gak biasa?
2023-03-20
1
Kiki Amelia
selalu ada teman yang baik di setiap musibah...
2023-03-14
0