"Yuuki, aku menaruh barangnya disini boleh?."
"Um... kamu ingin mandi?."
"Kalau begitu aku ingin merapihkan sedikit barang barang milikku, duluan saja."
"Ya sudah kalau begitu." Shiraishi pergi terlebih dahulu ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit Sakura merapihkan barangnya, dia pun menyusul Yuuki masuk.
"Yuuki."
"Oh Sakura, masuk saja."
Saat Sakura membuka pintu kamar mandi, terlihat Yuuki yang sudah berada didalam bak mandi sambil berendam, dan Sakura membasuh tubuhnya terlebih dahulu.
"Sakura, aku penasaran dengan orang yang pernah kamu kenal selama bertahun-tahun itu... apa dia memang seperti itu?."
"Ao- maksudmu Aoyama? dia memang seperti itu... tapi sekarang seperti lebih diam... aku rasa."
"Hooh, menurutmu bagaimana dengan Aoyama saat dulu?."
"Aku? d-dia hanya teman kecilku, aku tidak terlalu memperhatikannya.."
"Sepertinya ada sesuatu yang kamu...sembunyikan!."
Shiraishi langsung mengejutkan Sakura dari belakang dengan langsung menggelitik pinggangnya.
"Ahh t-tunggu Yuuki! itu...g-geli tahu."
"Coba kau mencoba mengelak lagi."
"T-Tolong hentikan, aku..."
"Ahh aku tidak mau, sampai kamu memberitahuku yang kamu sembunyikan."
"I-Itu....tidak bisa, tolong hentikan."
"Baiklah, kali ini aku akan melepaskanmu."
"Kamu selalu saja memaksaku." Sambil memasang wajah cemberut.
"Aaa, dari dulu wajahmu memang sangat imut." sambil memeluknya dari belakang.
"Baiklah, jangan terus terusan memelukku!."
"Tetapi aku masih tidak bisa menyangka... kamu bisa mengenal orang sepertinya."
"..."
"Aku pun... berpikir seperti itu..."
................
*Kringggg Kringgg
Suara dering telepon berbunyi diruang tamuku, aku langsung mengangkatnya setelah memakai seragamku.
"Kakak! lama sekali!."
"Bagaimana lagi, aku tadi sedang bersiap siap, jadi aku tidak bisa mengangkatnya."
"Bagaimana kemarin?."
"Apanya?."
"Bukannya ada sesuatu yang ingin kamu katakan?."
"Ah benar juga, karena kemarin kamu tidak kerumah."
"Mau bagaimana lagi, aku juga sedang sibuk dengan ujianku."
"Kemarin memang ada yang terjadi, tetapi tidak terlalu penting, dan juga aku sudah berhenti bekerja sampingan ditempat paman roti."
"Heeh, memangnya kenapa kakak berhenti?."
"Kalau soal itu agak panjang untuk diceritakan, nanti saja saat pulang sekolah."
"Ehh padahal aku sudah penasaran."
"Fokus saja untuk ujiannya, jangan memikirkan hal lain."
"Baiklah, aku pergi dulu ya."
"Ya, hati hati."
Setelah aku menelepon Mai, aku langsung bersiap siap untuk pergi kesekolah, tentu saja sekarang sudah berbeda, aku tidak lagi berangkat sekolah sendirian, dengan pekerjaanku yang sekarang mungkin dibilang cukup mudah walaupun cukup beresiko, tetapi semoga saja tidak ada kejadian merepotkan kembali.
"Huhh, apakah kalian bisa lebih cepat?."
"Kenapa buru buru sekali, padahal waktunya masih banyak."
"Kalau ingin nanti, berangkat saja sendiri."
Lalu kami bertiga pergi berangkat kesekolah, dan tidak seperti beberapa hari yang lalu, aku tidak bisa menikmati setiap perjalanan, karena mereka berdua selalu menggangguku.
................
"Ah."
"Ada apa Sakura?."
"Sepertinya...ada barang yang ketinggalan."
"Benarkah? untung saja kita belum masuk kedalam stasiun, waktunya juga masih banyak, jadi lebih baik kita ambil dulu saja."
"Kalau begitu biar aku sendiri saja, Yuuki disini saja dengan Aoyama."
"Eh, tidak apa apa?."
"Ya, aku pergi dulu sebentar." dia pun pergi kembali kerumah Shiraishi karena mencari barangnya yang tertinggal.
"Untung kita berangkat lebih pagi... aku tidak mau telat untuk kesekolah.."
"Tidak ada salahnya bukan? istirahat sebentar."
"Yah terserah, aku hanya mengikuti kalian."
"Apa kamu tidak bisa bersikap seperti biasa?."
"Apa maksudnya?."
"Memang benar kamu bekerja untuk menjadi pengawal, tetapi kita tetap sama sama seorang murid, dan juga....kamu tidak perlu bersikap seperti itu." sambil memainkan rambutnya yang berwarna hitam mengkilap.
"Meski kau bilang seperti itu, aku memang biasanya seperti ini."
"Kebiasaanmu selalu buruk sekali."
"Terserah mu saja."
Sudah beberapa menit kami menunggu Sakura, tetapi dia tidak datang datang juga.
"Sakura, lama juga ya."
"Bukankah sebaiknya kau menyusulnya? jika seperti ini kita akan telat naik kereta." Ucapku sambil melihat jam di ponselku.
"Tunggu sedikit lagi, mungkin dia kesulitan mencarinya."
"Memangnya barang apa yang tertinggal?."
"Mmm, aku juga tidak tahu, tetapi sepertinya...tadi saat dia mengatakan ada yang ketinggalan, tangannya meraba lehernya, mungkin....kalung?."
"Jika putus ditengah jalan sudah tidak ada harapan lagi."
"Benar juga- ah itu dia."
Kita melihatnya yang kehabisan nafas karena terburu buru.
"Bagaimana? lebih baik kamu minum dulu." Shiraishi memberinya air putih agar menenangkan Sakura yang sedang kelelahan.
"Sepertinya sudah hilang.." dengan wajah sedihnya yang terlihat bahwa mungkin benda itu berharga.
"Bagaimana jika kita mencarinya?."
"Lebih baik hentikan, keretanya sudah ingin pergi, jika kita telat naik, kita mungkin juga telat kesekolah."
"Tapi.. walaupun begitu-."
"T-Tidak apa apa, jangan dipikirkan, mungkin saat pulang sekolah aku bisa mencarinya lagi."
"Beneran tidak apa apa?."
"Ya, lebih baik kita bergegas berangkat sekolah saja, jika telat nanti akan repot."
"Yasudah kalau begitu."
Seperti yang dikatakannya, kami pun lanjut berangkat dan menyampingkan masalah benda itu terlebih dahulu, tetapi walaupun dia sendiri mengatakan tidak apa apa, wajahnya yang murung itu tidak menandakan bahwa dia tidak apa apa.
Saat kami berada didalam kereta pun wajahnya terlihat murung, untuk memastikannya, aku pun menanyakannya.
"Kau masih memikirkan benda itu?."
"Ao-Aoyama......ya, sedikit." dengan mengangguk kecil.
"Memangnya benda yang kau cari itu, sebenarnya apa?."
"Itu...hanya sebuah kalung."
"( Ternyata yang dikatakan Shiraishi benar.)"
"Kalau begitu, saat nanti pulang sekolah, kita bisa mencarinya bersama, jadi jangan murung seperti itu, ya?." ucap Shiraishi yang tiba tiba bergabung.
"Yuuki....kamu benar, maaf sudah merepotkanmu."
"Tidak tidak, santai saja, nanti aku akan membantunya, ya kan? Aoyama?."
"Ha? kenapa aku juga ikut mencarinya?."
"Kamu tidak ingin membantu Sakura? bukannya kamu temannya juga?."
"Meski kau bilang begitu..."
Aku menatap mereka berdua dan rasanya aku lagi-lagi dipojokkan olehnya..
"Baiklah baiklah, aku akan membantunya." Ucapku terpaksa.
"Ya kan Sakura? jadi kamu tidak perlu sedih."
"Ya, terimakasih banyak kalian berdua." Raut mukanya berubah menjadi lebih baik dan tersenyum.
Kami pun sudah sampai ditempat stasiun sekolah kita, dan seperti biasa kita harus melanjutkannya dengan berjalan kaki.
................
"Baiklah, aku pergi ke kelasku dulu, Sakura, kamu ada dikelas yang mana?."
"Hm, tunggu sebentar." Dia mengeluarkan ponselnya.
"Aku....disini aku tertulis kelas X-N."
"Sayang sekali aku kelas X-B, kalau begitu biar aku antar dulu, sepertinya kamu masih belum tahu kelasnya.."
"M-maaf, jadi merepotkan anda." Bahasanya berubah menjadi formal saat disadari ada beberapa murid didekatnya.
"Y-Ya, sepertinya kamu menjadi formal lagi."
"Maaf."
"Baiklah, kamu ikuti aku saja."
"Itu tidak perlu." Ucapku menghentikan.
"Eh, kenapa?."
"Kelasku juga berada dikelas X-N, jadi Sakura berada dikelas yang sama denganku." jelasku.
"Harusnya kamu bilang hal itu dari tadi!."
"Kalau begitu, berarti Anda bisa pergi terlebih dahulu, saya bisa bersama Aoyama, terimakasih atas pengertiannya."
"B-Baiklah, aku pergi dulu."
Saat Shiraishi pergi, kami pun juga pergi dengan jalan yang berbeda, arah kelas Shiraishi dan kelasku memiliki tempat yang berbeda, jadi kita tidak jalan bersama.
"Jika tidak ada Shiraishi, bukannya kau bisa seperti biasa?."
"Kalau itu, jika terjadi sesuatu akan merepotkan."
"Tidak, maksudku kau jangan terlalu formal, seperti tadi saat berangkat bersamanya."
"Kalau begitu baiklah."
Setelah perbincangan pendek, kami berdua masuk kedalam kelas kami yang sudah disambut oleh Touya.
"Ini dia Aoyama! dari mana saja kau, kita sudah menunggumu dari tadi."
"Ha? apa maksudnya?."
"Kita sedang membicarakan festival budaya, tentang unjuk pentas seni setiap kelas, tunggu dulu, Sakura juga disini?."
"Dia berada satu kelas dengan kita."
"Perkenalkan lagi, aku Nanami Sakura, kalian boleh memanggilku apa saja, mohon kerja sama untuk seterusnya." ujar Sakura memperkenalkan dirinya didepan murid murid didalam kelas.
"Baiklah, jika kamu sudah ada disini, tidak perlu sungkan." Ucap Touya dengan lagaknya seperti ketua kelas yang sempurna.
"Ya, terimakasih."
"Jadi, tentang pentas seni setiap kelas, apa maksudnya?."
"Jadi tentang itu, saat itu aku sudah sibuk dengan urusan lain, walaupun aku ketua kelas bukannya aku lepas dari tanggungjawab diriku sendiri, tetapi aku sudah banyak urusan di komunitas lain, jadi- tunggu..... dimana Aoyama?."
"D-Dia ada disana." Ucap Sakura sambil menunjukku yang sudah berada di bangku milikku.
"Tunggu dulu! setidaknya biarkan aku menyelesaikan perkataanku." Ucapnya sambil berjalan ke arahku.
"Tidak, aku tidak ingin mendengarkannya lagi."
"Kumohon Aoyama, hanya kamu yang bisa aku andalkan disini." dia memohon sambil menepuk tangannya.
"Aku tidak bisa, aku tahu apa yang kau pikirkan, jika ini semua berantakan, orang yang mudah untuk bisa digunakan itu, aku kan?."
"A-Apa yang kamu bicarakan, tentu saja aku tidak ada bermaksud seperti itu, aku hanya.....aku hanya mempunyai teman yang sangat baik hanya kamu saja."
"Hentikan saja, aku tidak akan menerimanya walaupun kau menggunakan pujian."
Aku yang menolak ajakan Touya yang pastinya untuk memimpin kelas kita didalam pentas seni yang diadakan setiap kelas untuk menampilkan sesuatu yang menarik.
Karena sudah pasti mustahil jika aku yang memimpin kelas untuk hal ini, dan aku tidak mengenal semua murid didalam kelasku sendiri, begitupun juga pemikiranku yang pastinya berbeda dengan mereka, karena aku juga tidak pernah untuk memikirkan rencana semacam itu.
"Ayolah Aoyama, kau tidak perlu melakukan banyak hal, meskipun begitu aku juga akan membantumu, seriusan!."
"Tidak, jika kubilang tidak, berarti tidak."
"Bagaimana ini.... apa kelas kita tidak bisa tampil." Touya yang sudah berada diujung keputusasaan.
"M-Menurutku, kita tidak perlu mempunyai pemimpin, jika kita semua bisa bekerja sama, pasti kita bisa melakukannya...bagaimana?." Ujar Sakura memberikan usul.
"Jika yang dikatakan Sakura, aku setuju, karena jika kau menambah seorang pemimpin didalam kelompok, itu hanya akan membuat perbandingan tugas yang tidak adil."
"Hmm....Benar juga!! kenapa aku tidak memikirkannya, bagaimana teman teman? apa kalian setuju?."
Setelah rencana Sakura yang dikumandangkan sekali lagi oleh ketua kelas kita, semua orang langsung menyetujuinya tanpa adanya yang keberatan.
"Tapi, tetap saja harus ada yang mengatur hal lainnya."
"Kalau itu, aku bisa membantunya, aku bisa sedikit membantu untuk mewakili teman yang lainnya."
"B-Benarkah?? Sakura, kamu memang sangat baik!.."
"I-Ini bukan seberapa, aku hanya menjadi perwakilan teman teman untuk memastikan pilihan mereka."
"Jadi kalau begitu, Aoyama, bagaimana jika kamu membantunya?."
"Ha? membantu dalam hal apa?."
"Aku tahu jika Sakura ingin membantu kita, tetapi bukannya aku tidak mempercayainya, malah aku khawatir jika satu orang yang menjadi wakil kelas nanti akan ada perbedaan pendapat bagi perempuan dan juga laki laki."
Setelah mendengar itu, para murid yang lain menyetujuinya, karena bagaimanapun juga kita harus memilah pendapat yang berbeda dari laki laki dan perempuan.
"Jadi, maksudmu aku yang menjadi perwakilan untuk para laki laki?."
"Benar."
"Huhh baiklah, jika hanya itu aku sedikit tidak keberatan."
"Woah benarkah? terimakasih temanku."
"Aku baru ingat jika kamu pernah membantuku saat kejadian Shiraishi, jadi tidak ada salahnya jika membantu sedikit."
"K-Kenapa kau tidak mengingat itu dari awal?."
"Namanya baru ingat, bagaimana lagi?."
"Huhh, baiklah kalau begitu, itu juga tidak apa apa, kita mulai membicarakan ini pada esok hari."
"Baiklah."
Setelah perbincangan panjang ini selesai, jam pelajaran pertama pun dimulai, dengan Sakura yang sudah menjadi seorang murid disini dan satu kelas disini.
Saat aku melihat dia yang berada di depanku, sekilas aku menjadi mengingat masa laluku, dan saat saat kita berdua masih berada di satu sekolah, sampai aku mengingatnya lebih lanjut, aku menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan pikiran itu.
Walau ingatan itu masih ada, tetapi entah kenapa perasaan ini seakan akan kembali terasa.
.
.
Setelah beberapa lama kemudian, bunyi bel istirahat berbunyi.
"Aoyama, ingin makan siang bersama?." Touya yang menghentikan jalanku saat aku sudah berada didepan pintu kelas.
"Ah tidak, aku sedang tidak ingin makan, aku hanya ke tempat biasa."
"Ya sudah kalau begitu."
Saat itu aku juga melihat Sakura yang ingin memanggilku tetapi tidak sempat, menurutku tidak penting jadinya aku melanjutkan jalanku untuk pergi ke taman tempat biasa aku duduk.
Seperti biasa, aku menggunakan earphone dan membuka buku, sambil menikmati suasana nyaman yang menenangkan ini.
Dan tidak lama setelah itu...
"Heeh~, ternyata benar, kamu masih sama seperti dulu." Suara Sakura yang berada tepat dibelakang telingaku, membuat aku terkejut hingga bulu kudukku berdiri.
"Sakura, kau ini...bisakah kau tidak melakukan seperti itu?." Ucapku sambil melepas earphone milikku.
"Boleh aku duduk di sebelahmu?."
"Terserah saja."
Setelah menerima izin dariku, dia duduk di sebelahku dengan jarak yang sangat dekat.
"Sakura, bisakah kau lebih memberi sedikit ruang?."
"Hm? memangnya ada apa?."
"Tidak, lupakan saja, ( Sial, aromanya mengganggu konsentrasi ku.)"
"Ternyata kamu tidak pernah berubah, masih saja untuk mencari tempat yang sepi seperti ini."
"Aku memang menyukai tempat ini." Ucapku sambil memasang hanya sebelah earphone milikku.
"Kamu benar, disini cukup menyejukkan."
Sambil menikmati angin sejuk di taman ini, Sakura yang sangat menikmati hingga keluar suara nyanyian dari mulut kecilnya itu.
Sebuah nyanyian yang sangat merdu dan halus, membuat fokus ku teralihkan, bagaimana tidak? jika lagu yang kudengar sama seperti lagu yang Sakura nyanyikan, suara dari keduanya persis sama, iramanya, liriknya, nadanya, seperti hal ini sudah direncanakan, tetapi itu sangat mustahil untuk dilakukan.
"Dulu...kita sering sekali seperti ini, dan saat itu aku selalu mengejar kupu kupu yang berterbangan kesana kemari, tetapi kamu malah tertarik pada semut yang sedang berbaris membawa makanan." Gumamnya sambil tertawa manis.
"Aku lebih tertarik pada hewan yang kamu bicarakan, daripada mengejar kupu kupu, dan akhirnya terjatuh karena tersandung tali sepatunya sendiri."
"Bisakah kamu melupakan itu!." Wajahnya memerah karena mengingat kejadian masa lalu kita.
"Bagaimana bisa, saat itu jadinya aku menggendong mu sampai rumahku, untung saja saat itu nenekku sedang ada dirumah."
"T-Tolong lupakan itu! aku menjadi malu sendiri saat mengingatnya." Ucapnya sambil menarik narik lengan bajuku.
"Tapi berhenti menarik narik bajuku."
"Oh benar, maaf." Ucapnya dengan tertawa kecil.
................
"Touya, apa kamu melihat Sakura dan Aoyama?." Shiraishi yang datang ke kelasku untuk mencariku dan Sakura.
"Owhh kalau Aoyama mungkin dia ada di taman belakang tempatnya biasa duduk, tetapi kalau Sakura aku tidak tahu dia kemana."
"Begitu ya, yasudah terimakasih ya."
"Santai saja."
Setelah menerima info dari Touya, Shiraishi yang berpikir untuk pergi ketempat Aoyama untuk menanyakan Sakura yang sepertinya mungkin dia tahu...
.
.
Tetapi disaat dia ingin menghampirinya, ternyata dia melihat Sakura yang sedang duduk bersama dengan Aoyama di bangku taman itu, akhirnya spontan Shiraishi bersembunyi agar tidak ketahuan oleh mereka.
"Sepertinya mereka sedang mengobrol....aku tidak pernah melihat ekspresinya seperti itu...." melihat mereka berdua, entah mengapa membuat perasaan Shiraishi tidak terkendali.
"( Apa Aoyama pernah menyukai Sakura dulu... apa aku juga... tidak mungkin sepertinya...)"
Karena merasa tidak enak, ia pergi dan meninggalkan tujuannya untuk menemui mereka berdua.
................
"Aoyama, apa aku boleh bertanya sesuatu."
"Aku sibuk, selesaikan dengan satu kalimat."
"Apa kamu masih memiliki perasaan kepadaku?." Saat Sakura memberiku pertanyaan seperti itu, membuatku sedikit terkejut.
"Kenapa kau menanyakan itu."
"Karena...setelah kejadian waktu itu...aku tidak bisa mendapatkan kabar darimu sama sekali, dan itu membuatku khawatir." Ucapnya sambil mengepalkan tangannya diatas pahanya.
"Menurutmu bagaimana? apa kau berpikir bahwa aku masih ada perasaan padamu?."
"Menurutku...aku-"
"Sepertinya jam pelajaran selanjutnya sudah ingin dimulai, lebih baik kita bergegas masuk." Ucapku memotong pembicaraannya.
"A-Ah b-benar juga ya, sepertinya begitu."
Kami pun pergi kedalam kelas dengan situasi yang sedikit canggung.
Aku sengaja untuk mengalihkan pembicaraan ini agar tidak ada lagi hal yang terjadi, seperti rasa yang tidak akan ada lagi, maupun rasa yang kembali muncul didalam ku.
Sebuah rasa yang berusaha aku lupakan, yang seperti akan menjadi sebuah peluru untuk diriku sendiri.
Seseorang yang ditinggalkan karena sesuatu hal, berarti itu adalah sebuah takdir untuknya, itu adalah hal yang menurutku benar, karena tidak ada seorang pun yang akan menjadikan senjatanya sendiri untuk melukai dirinya sendiri kembali.
Perasaan yang ada didalam hati seseorang, adalah pikiran kecilnya, menjadikannya sebagai sebuah dilema dalam suatu hal, untuk menjadikannya tempat untuk merenungkan kembali pikirannya.
Meskipun begitu, aku sudah tidak ingin merasakannya lagi, tidak akan ada yang akan terulang kembali.
Semuanya sudah menjadi abu yang hilang tertiup angin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
itu pertanyaan yang ingin aku ajukan juga..
2023-03-20
0
Novex
Terkadang kita membutuhkan suasana sepi untuk mendamaikan diri...
2023-03-20
1
Novex
Pulang aja gak sih🙏
2023-03-20
1