"Kakak, apa kamu sudah sarapan?."
"Ya."
"Apa kamu sudah Membersihkan halaman?."
"Sudah."
"Apa kamu sudah bersiap-siap pergi kesekolah?."
"Sedang bersiap."
"Bagaimana hari pertamamu kemarin? lancar?."
"I-itu..Sedikit."
"Sedikit? apa kamu sudah memiliki teman?."
"...." Aku diam mematung setelah mendengar pertanyaan Mai, karena jika membahas hal itu rasanya seperti sangat sangat tidak ingin memikirkannya.
"Kakak? apa kau tidak mendengarkan apa yang Mai katakan? saat SMA kakak harus mempunyai seorang teman, karena kamu terlihat menyedihkan setiap berangkat sekolah tanpa seorang teman satupun disebelah mu."
"A-Aku tau, jangan khawatir, harusnya kau yang harus bersiap-siap karena ini sudah tahun terakhir, jangan terlalu memikirkan diriku terlebih dahulu, kau harus lebih rajin belajar lagi."
"Emm aku tahu, karena aku sudah mengatakan untuk ingin masuk di sekolah yang sama dengan kakak, agar aku selalu bisa mengawasimu lagi..."
"Ya ya, aku tunggu kamu disini tahun depan."
"Ah kakak udah dulu ya, dan juga nanti kamu bisa terlambat kesekolah, dadah, ingat untuk mencari beberapa teman yang banyak!."
Seketika Mai menutup teleponnya seakan tidak memberikanku mengeluarkan kata kata.....
Dan itulah adikku "Kizuku Mai", rasanya adikku terlalu baik untuk terlalu khawatir, jika aku tidak memberikan informasi apapun tentang diriku, beberapa jam kemudian dia sudah berada didepan pintu rumah dengan wajah kesal sambil membawa makanan ditangannya, seberapa besar kekesalannya, dia seperti tidak bisa untuk tidak memperdulikan aku, sungguh....dia adalah adikku yang baik dan imut.
Hari kedua sekolahku pun dimulai dengan berjalan cukup baik, aku mengambil sepeda biru mudaku dan bergegas pergi kesekolah.
................
Sesampainya disana aku atau lebih tepatnya kami anak kelas 1 dikerumuni oleh banyak senior kelas untuk mempromosikan kegiatan ekskul mereka masing-masing, sayangnya diriku ini tidak ada satupun orang yang menawarkan kegiatan ekskul padaku, aku merasa beruntung untuk hal ini, karena kegiatan ekskul hanya mengambil waktu berhargaku dan juga energi diriku sendiri untuk hal yang tidak terlalu penting untukku, dan juga hal yang paling tidak kusuka adalah didesak oleh kerumunan, maka dari itu membuat konsentrasi pada diriku terganggu dan sangat membuatku lemas hanya dengan melihatnya.
"Oi Aoyama!."
"Oh Touya, kau terlihat kelelahan, apa kau menjadi korban kerumunan disana?."
"A-ah benar sekali, tetapi tidak terlalu banyak sih, mungkin hanya senior dari klub perpustakaan, sastra, dan semacamnya."
"Jelas sekali dari penampilanmu seperti layaknya seorang kutu buku."
"Benarkah?." ucapnya dengan mengedipkan matanya seakan bingung.
"Jika kau ragu, lepas saja kacamata itu dan tunggu beberapa menit kemudian."
"Tidak tidak, mereka sangat keras kepala, berapa kali pun aku menolaknya tetapi mereka tetap menawarkannya."
"benar juga, tentang itu, apa kau sudah mempunyai kegiatan ekskul?"
"Hmm aku masih memilihnya sih, aku ingin mengambil klub sepakbola, voli, basket, dan lainnya."
"Mendengarnya saja sudah membuatku menyerah."
"Apa kau tidak mengambil kegiatan ekskul?."
"Tidak, kegiatan melelahkan seperti itu tidak baik untukku."
"Maksud "Tidak baik" itu, apa kau mempunyai sebuah penyakit?."
"Tidak, aku hanya tidak ingin membuang waktuku lebih banyak dari waktu bebas aku."
"Pernyataan macam apaan itu..... Sebelum itu, kita harus bergegas masuk, namun sepertinya tidak masalah."
"Maksudnya?."
"Untuk sekarang tidak ada yang akan mendekati kita, mungkin."
"Kalau begitu syukurlah." responku untuk tidak ingin memikirkannya.
Kami berdua beranjak pergi ke kelas kami, tetapi apa yang Touya katakan benar, semua orang berkumpul di suatu titik tepatnya aula gedung sekolah.
"Apa maksudmu adalah ini?."
"Ya, sepertinya."
"Kau tahu sesuatu disana?."
"Mungkin sedikit lagi kau akan mengerti."
Mendengar perkataan Touya hanya membuatku tidak mengerti, aku juga tidak peduli dengan itu, mau bagaimana juga dari awal tidak ada yang menawarkan kegiatan ekskul padaku, tetapi sekarang para senior berkerumun seperti sedang mengincar sesuatu, hingga para siswa siswi dengan tingkatan diatas kita berhenti bergerak karena batas mereka tidak bisa melewati lorong anak kelas 1, apalagi secara bergerombol seperti itu.
Dan aku melihat seorang perempuan keluar dari kerumunan itu dengan banyak sekali perempuan temannya disekelilingnya, seperti penjaga yang sedang menjaga seorang ratu.
"Shiraishi Yuuki, penyebab hal itu adalah dia yang kamu lihat."
"Siapa dia?." ucapku sambil mengecilkan mataku untuk melihatnya lebih jelas.
"K-Kau tidak mengenal gadis itu??."
"tidak.."
"Yang bener aja.... Kau tahu, dia disebut pucuk bunga sakura di sekolah ini, karena kakaknya adalah seorang putri dari keluarga besar yang mempunyai banyak perusahaan besar digenggaman mereka, sekolah ini juga faktanya bahwa setengah dari biaya pembangunannya dibiayai oleh keluarganya, dan juga bukan hanya itu, kecantikannya juga membuat dirinya diberi julukan pucuk bunga sakura, tetapi sifatnya cukup berbeda dengan kakaknya, dia cukup bebas dibandingkan kakaknya yang tegas dan disiplin, mungkin karena itu dia disukai oleh banyak murid disini, jadi ...Apa kamu sudah paham?."
"Ahh ya, sedikit..."
"Apa kamu tidak tertarik dengannya?."
"Hal membosankan seperti itu tidak terlalu berguna untuk masa sekolahku disini."
"Huhh, hei Aoyama, malah di masa remaja kita seperti ini kita harus mulai mencari jari diri kedewasaan kita, karena sebuah romansa remaja yang menemukan cintanya untuk pertama kalinya sebagian besar terjadi dimasa sekolah remaja."
"Tapi tidak harus tertarik pada orang itu kan?."
"I-itu benar juga..."
"Apa jangan-jangan kau tertarik pada gadis itu?."
"Ah, ti-tidak mungkin, bagaimana bisa aku tertarik pada gadis yang jauh lebih b-baik dariku, hahahaha." ucapnya sambil melipat tangannya.
"Ah soal itu..."
"Sudahlah Aoyama, aku tidak pantas berada didekatnya, jadi itu tidak mungkin hahahaha."
"Yang kamu katakan itu tidak benar tau."
"Eh?." setelah mendengar suara itu Touya diam seakan tubuhnya membeku layaknya bongkahan es besar.
"( Huhh padahal gadis itu berdiri dibelakang nya dari tadi.)"
"Umm kamu Kitahara...benar?."
"Sh-Shiraisi?!..B-benar.."
Ekspresi Touya sudah tidak bisa dibayangkan betapa malunya dia mengatakan hal seperti itu didepan orangnya.
"Itu tidak benar loh, kamu bisa berteman dengan siapa saja tanpa dilihat dari status seseorang maupun dirimu, karena semua orang bisa berteman dengan siapa saja."
"M-maaf, a-aku benar benar minta maaf."
"Tidak apa apa, jika ada yang ingin kamu katakan, aku tidak keberatan untuk membantu siapa saja kok."
Ucapannya sangat lembut seperti bidadari yang sedang menasehati seorang manusia, tak heran dari suasana yang dia buat seperti kenyamanan para murid, dan alasan mengapa banyak murid yang menyukainya.
"( Huhh, aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan, rasanya semua kata-kata nya hanyalah sebuah omong kosong untuk mendapatkan hati seseorang, dengan kekuatan statusnya, dia bisa melakukan semua hal tanpa merasa ragu dan bimbang-.)" ucapku didalam hati yang merasa bahwa dia dan aku sendiri mempunyai pemikiran yang sangat bertolak belakang.
"Anu...Kamu Kizuku, benar kan?." setelah dia menyadari keberadaan diriku yang dekat dengan Touya.
"Ya." responku dengan datar.
"Ah benar! syukurlah....aku sempat lupa tadi."
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?."
"Ah soal itu, aku mempunyai daftar nama murid kelas 1, agar aku bisa lebih akrab dengan semuanya, maka dari itu aku ingin lebih akrab pada semua orang." sambil mengeluarkan senyuman polosnya yang membuat orang lain menjadi salah tingkah.
"( Ini dia, kekuatan dari statusnya, dia bebas melakukan apa saja yang ingin dia lakukan.")
"Di-dia temanku, maaf kalau sikapnya kurang membuatmu nyaman, dia memang seperti ini."
"Ohh baiklah kalau begitu.."
"( Apa yang Touya katakan, kenapa dia menjadi sama seperti murid lainnya, padahal dia bilang dia tidak tertarik dengan gadis itu.")
"Baiklah, aku pergi dulu ya, jam pelajaran pertama mau dimulai sebentar lagi."
"A-Ah ya benar juga." Touya menjawab dengan sangat gugup dan gemetar seperti mengumpulkan tugas yang belum lengkap.
Gadis itupun pergi meninggalkan kami berdua dengan kelembutan yang ia tinggalkan seperti racun, dan untungnya aku kebal terhadap racun seperti itu.
"Touya...kau bilang tidak tertarik dengannya."
"T-tidak, aku hanya ingin berteman saja, benar! aku juga ingin mempunyai banyak teman, hahahaha."
"Huhh biarlah, lebih baik aku ke kelas."
aku pun pergi dari tempat itu untuk segera masuk kedalam kelas.
"Oi Aoyama tunggu dulu, kau mau meninggalkanku?!."
................
Jam pelajaran pertama dan ketiga pun selesai, jam istirahat dimulai dan aku mengambil buku catatan ku untuk mempelajari lagi materi sebelumnya.
"Aoyama? kau tidak makan siang?."
"Tidak, aku ingin ke taman belakang untuk berkonsentrasi belajar."
"Ah baiklah, nanti aku akan kesana."
"Tidak perlu, kau nanti hanya menggangguku."
"Hehe."
Aku meninggalkan Touya dan pergi ke taman belakang yang sangat sepi dan sunyi, karena taman ini jarang dilewati oleh murid lain, dan juga sekolah ini begitu luas hingga sudah banyak tempat untuk para murid bersantai.
Aku pun mengambil tempat duduk diujung taman yang tidak terlalu bisa dilihat murid dan juga agar aku tidak diganggu oleh hal hal yang mengganggu konsentrasi belajarku.
"Huhh materi tadi mengapa hanya menjelaskan beberapa akar materinya saja, walaupun modifikasi nya untuk ditingkatan atas bukannya menjelaskannya bisa membuat para murid lebih mengerti nantinya?."
Walaupun aku sudah menguasai materi itu sebelumnya, tetapi apa yang diberikan guru tidak lengkap dan hanya beberapa inti yang hanya dijelaskan, dan juga soal seperti itu hanya membuang buang waktu jika hanya beberapa bagian saja, itulah yang aku sedang pikirkan.
Aku membaca buku catatan milikku sambil mendengarkan musik, duduk ditengah pohon pohon rindang, cukup menyejukkan hati & pikiran, angin yang menyegarkan pun menyelimuti tubuhku dan juga tanaman yang ada disini, hingga berkonsentrasi cukup mudah untuk dilakukan...
"Ah...kamu...Kalau tidak salah Aoyama bukan?."
"..."
"Hei? Aoyama?."
"..."
"Apa kau tidu-...Ka-kamu Menggunakan earphone ternyata..."
Seseorang Berdiri didepan aku dan membuat cahaya matahari tertutup oleh gadis itu, saat aku melihatnya ternyata dia adalah Shiraishi Yuuki, aku sedikit menghela nafasku, aku pun melepaskan earphone ku untuk menghormati seseorang yang mungkin ingin berbicara padaku.
"Ada apa?." aku bertanya sambil melanjutkan membaca buku.
"Tidak ada apa apa kok."
"Sebuah kebetulan atau memang aku tidak melihat temanmu disini."
"I-itu...aku memang sengaja untuk menghindarinya."
"Kenapa? bukannya kau yang sangat populer ini sangat langka untuk menghindar dari orang lain?."
"Me-memangnya mengapa jika aku ingin sendiri untuk sebentar?."
Aku mulai merasakan bahwa dia berbeda dengan yang ada dipinggir lapangan tadi pagi.
"Tidak apa apa, hanya aku sedikit curiga denganmu berada disini."
"Memang nya aku seperti orang yang mencurigakan."
"Jika tidak, dari awal kau tidak ada disini."
"Aaahh aku tidak sanggup berbicara denganmu." ucapnya sambil memegang kepalanya.
"Aku juga tidak ada niat untuk berbicara padamu."
"Hmph! terserahmu!."
"Kalau begitu mohon untuk bermain dengan temanmu saja."
"Su-sudah kubilang aku ingin sendiri, kau tidak mendengarkan aku?."
"baiklah jika begitu aku pergi dari sini."
"Tu-Tunggu dulu, aku tidak menyuruhmu untuk pergi kan." wajahnya seketika memerah seperti buah tomat.
"Lalu aku harus apa, apakah aku harus menuruti kata katamu?."
"Bukan begitu, aku hanya ingin disini sebentar..."
"Tadi bukannya kau bilang ingin sendiri."
"Satu orang disini tidak apa apa kan? Ahh sulit sekali untuk berbicara denganmu."
"karena tadi kau mengatakan tidak sanggup untuk berbicara padaku."
"Yaudah kalau begitu aku ingin disini dan kamu tidak perlu pergi dari sini, bagaimana?."
"Terserah mu, lagipula dari awal tempat ini adalah tempat umum."
"B-benar juga."
Shiraishi duduk dengan cukup jauh diujung bangku panjang, tetapi aku tidak terlalu memperdulikan hal itu dan aku melanjutkan membaca buku milikku.
Rasa ketidakpedulian yang aku berikan membuat suasana menjadi sangat tidak nyaman baginya, karena jika seseorang menyendiri itu adalah hal yang wajar, tetapi jika seseorang berada dekat dengan Satu orang disebelahnya itu membuat suasana menjadi tidak nyaman.
"Hei Aoyama."
"..."
"Aoyama.."
"...."
"Hei aku memanggilmu."
"Bukannya kamu tidak ingin diganggu? mengapa malah kamu yang mengganguku."
"M-mau bagaimana lagi, aku bosan jika diam disini terus."
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan, dari awal aku tidak mengerti."
Belum menjawab pertanyaannya, dia menghiraukanku dengan pertanyaannya.
"Aoyama, kenapa kamu juga tidak bersama teman temanmu?."
"Jangan langsung mengganti topik seperti itu, bukan urusanmu." Aku yang begitu heran dengannya yang tiba-tiba berkata seperti itu.
"Sebenarnya...aku tidak terlalu suka dengan banyak orang, aku dipaksa oleh kakakku untuk menjadi seperti ini agar nama keluarga kita lebih dipandang baik oleh semua orang, terlepas sifat kakakku yang disiplin dan tegas, hingga banyak murid yang tidak terlalu suka dengannya, padahal dia sudah berusaha untuk menjadi tegas, tetapi dia salah, maka dari itu aku menjadi orang yang ingin akrab pada semua orang untuk mengubah pandangan keluarga kami.."
"( Kenapa dia curhat kepadaku? apa aku terlihat seperti badut penghibur?...)"
"Jadi aku tidak bisa selalu berada didekat banyak orang, dan aku mencari tempat yang nyaman untuk istirahat."
"Bukannya itu bagus? mempunyai banyak orang yang membantumu kapan saja jika kau butuh bantuan." balasku sambil tetap membaca buku walaupun itu membuat konsentrasi diriku terganggu.
"A-Aku tahu, tapi...."
"Jika kau hanya mendapatkan banyak teman hanya untuk sebuah nama baik, itu akan hanya membuatmu terjerumus pada masalah, tidak hanya membuatmu menyesal, bahkan perasaan mereka yang dimainkan olehmu membuat mereka tidak akan percaya lagi denganmu."
Aku mengatakan apa yang kebetulan ada hubungannya dengan yang ada diatas kertas buku yang sedang aku baca ini...
Setelah mendengar itu Shiraishi hanya bisa duduk menatap kebawah dan menggenggam tangan diatas pahanya.
"Jadi apa yang harus aku lakukan.."
"Aku tidak tahu, karena itu masalahmu."
"Bagaimana dengan kamu sendiri?."
"Apa?."
"Bukannya kau juga mempunyai teman?."
"Ah itu, karena hal itu aku tidak ingin melakukan sesuatu yang akan menambah masalah."
"Maksudmu?."
"Tidak, lupakan saja."
"Dari tadi kamu selalu menghindar dari pertanyaan yang aku berikan, itu curang tahu!."
"Apa manfaatnya jika aku menjawab pertanyaan yang kamu berikan? lagipula dari awal kau yang selalu mempertanyakan banyak hal padaku.."
"K-kenapa kau seperti itu.."
"Kau juga, rasanya seorang ratu berubah menjadi seorang wanita kesepian jika berada ditempat seperti ini."
"Berisik! lagipula aku bukan ratu, aku hanya siswi SMA." ucapnya dengan emosi kepadaku setelah aku mengejeknya.
"Tetapi semua orang yang membicarakan kau selalu mengatakan seperti itu, aku sudah bosan mendengar itu."
"B-benarkah?.." Ucapnya dengan wajah memerah.
"Aku pergi dulu."
"Eh? kenapa? apa aku ada salah bicara barusan?."
"Tidak, itu-.."
Sebelum aku sempat mengatakannya mereka sudah mendekati kami berdua.
"Yuuki, ternyata kamu disini."
"E-eh y-ya aku hanya melihat lihat taman disini juga terlihat bagus."
"Kita mencari kamu loh, ayo kita makan siang bareng."
"O-oh iya."
Shiraishi pun pergi dengan teman temannya hingga aku bisa bebas darinya.
"Hei Yuuki, kenapa kamu disini bersama murid itu.?"
"Memangnya, kenapa?."
"Dia itu menyeramkan, duduk sendiri disini dan tidak pernah bersama teman, dan terlihat seperti orang aneh, kami jadi takut saat mendekati orang itu."
"O-owhh benarkah?."
Suara suara yang membicarakan diriku perlahan menghilang karena mereka sudah jauh, dan aku tidak terlalu peduli dengan itu, karena dari dulu memang selalu seperti ini, mendekati seseorang yang populer aku hanya seperti sebuah hewan Dimata orang lain.
"A-o-ya-ma! apa kau tadi berduaan dengan Shiraishi? arghh kau curang, kau bilang tidak tertarik dengannya."
"Dari awal aku hanya duduk disini, dia menghampiriku dan membuat konsentrasi belajarku terganggu."
"Hahaha bercanda bercanda, aku tahu kamu bukan orang yang seperti itu."
"Apa yang kau tahu, padahal kita baru 2 hari bertemu."
"Hhe, tetapi aku tahu kalau kamu tidak suka berbicara pada orang lain kan? karena kau itu lebih menyukai hal yang para introvert lakukan."
"Jika kau sudah tahu seperti itu, apa kau tidak sadar?."
"Kalau aku berbeda, aku yang memaksamu, jadi aku yang memintamu."
"Aku tidak pernah menerimanya."
"Kau tidak perlu menerimanya."
"Aku pergi."
"Tu-Tunggu! itu bercanda tahu! ambil ini, kau belum makan siang kan dari tadi?."
"Tidak perlu."
"Sudahlah makan saja, aku sudah membelikan kau roti ini karena aku kasihan padamu."
"Sudah kubilang jangan terlalu memperdulikan aku."
"Bagaimanapun juga aku tidak bisa membayar apa yang kamu lakukan dulu."
"Lagi lagi kau menggunakan hal itu."
"Makanya makan saja, bukannya kau juga memang belum makan."
"Huhh baiklah, terimakasih." ucapku terpaksa mengambil roti yang dia berikan.
"Santai santai, ah ini kopi hitamnya, aku tahu kau suka kopi kan?."
"Apa kau tidak merepotkan dirimu sendiri? aku bisa membelinya sendiri."
"Yah tidak apa apa, lagipula aku kebetulan lewat disini."
"Owhh."
Touya duduk sambil bersiul karena menyadari angin ditempat taman ini begitu sejuk, aku pun memakan roti isi dagingnya, sambil membaca buku catatan milikku, karena tadi Shiraishi mengganggu konsentrasi belajarku, aku harus mengulangnya lagi agar lebih memahaminya.
*Kringggg
Bel masuk berbunyi menandakan jam pelajaran selanjutnya dimulai, kami berdua pun berdiri dan berjalan kedalam kelas, melanjutkan pelajaran hingga jam pelajaran selesai dan pulang.
Hari ini cukup melelahkan, hingga aku menghampiri cafe terdekat untuk istirahat sebentar dan langsung pulang kerumah, sampai disana Mai sudah menungguku di dapur sambil memasakkan makanan untukku.
"Mai, kenapa kamu disini?."
"Kenapa kakak menanyakan hal seperti itu? Sudah jelas aku ingin memasak... dan juga kakak pulang terlalu lama dari jam pulang, apa kakak sudah berkumpul dengan banyak teman?."
"Tidak, bukan itu... aku hanya mengecek kembali apa yang sudah dipelajari."
"Kakak terlalu banyak belajar!."
"Aku ingin melakukan apa yang aku inginkan... kau kesini hanya untuk memasak?."
"Aku sengaja kesini karena aku ingin memasak, apa tidak boleh?."
"B-Boleh, apa saja yang adikku inginkan aku tidak bisa melarangnya."
"Kalau begitu baguslah." ucapnya melanjutkan kegiatannya sambil bernyanyi tanpa kata-kata.
"Huhh"
Aku menaruh tasku dan mengganti baju santai milikku lalu duduk dimeja makan sambil membaca buku.
"Nih makanannya, habiskan loh."
"Ya ya, terimakasih makanannya."
Aku pun memakan makanan itu hingga habis tak tersisa.
"Mai, apa hari ini kamu tidak ada kerjaan?."
"Mmm nanti aku ingin kerumah Chika untuk main bersama." Ucap Mai sambil mencuci piring di dapur, dia memang selalu seperti itu, jika ada pekerjaan yang aku belum kerjakan seketika dia langsung menyadarinya dan mengerjakannya, maka dari itu aku melakukan pekerjaan rumah sebelum aku berangkat agar dia jika datang kerumah ini tidak harus melakukan pekerjaan rumah lagi.
"Apa perlu aku antar?."
"Naik apa? sepeda kakak? lebih baik tidak usah... aku jalan kaki saja."
"Jangan meremehkan sepedaku."
"Mai tahu... sepeda itu sudah rusak ratusan kali, dan masih bertahan hingga sekarang..."
"Jika tahu seperti itu, baguslah."
Aku berpikir bahwa hidupku beruntung mempunyai seorang adik yang sangat baik, dia sudah seperti ibuku, dan dia selalu memperdulikan aku, hingga aku hanya memiliki satu orang yang aku percayai, setiap dia ingin sesuatu sudah pasti akan kuberikan, jika dia perlu bantuan sudah pasti itu akan jadi prioritas utamaku, hari ini mungkin sangat melelahkan, seperti biasanya, aku hanya ingin sendiri.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Ao_Ni
Suka rumit pemikiran nya haha
2023-04-05
0
Women-Stars🍁 Al-Zha
wah mw di modifikasi kyak mana atuhhh, kan bgus klo dimengerti hehe
2023-04-04
0
Kokoro No Tomo
tepok jidat😂
2023-04-04
0