Sakura? sedang apa kau disini?."
"Ao?! t-tidak, aku.....aku ingin membeli kue disini."
"Aku juga ingin membeli kue untuk Mai."
"Eh? apa Mai sedang ada di rumahmu?."
"Ah tidak, justru aku ingin membelikan kue yang dia pesan, dan aku ingin mengunjunginya sekalian memberi obat untuk nenek."
"Apa nenekmu baik baik saja?." Wajahnya terlihat khawatir karena mendengar itu.
Karena dulu Sakura dengan Mai dan nenek cukup dekat, karena dia sering bermain dirumah nenekku sebelum aku tinggal berpisah.
"Yah...bisa dibilang baik baik saja."
"Syukurlah..."
"Kau ingin sekalian pergi kerumahnya?."
"T-Tidak perlu, aku merasa tidak enak jika bertemu mereka setelah pergi...tanpa kabar." Ucapnya dengan senyuman untuk menutupi kesedihannya.
"Tidak apa apa, lagipula kau juga ingin menemuinya kan?."
"Sejujurnya....aku memang sudah lama ingin bertemu dengan nenek, karena dulu aku menganggap nenekmu sudah seperti nenekku juga."
"Kalau begitu sekalian saja."
"Tapi.."
"Kalau dengan Mai itu urusan mudah, aku bisa memberitahukannya."
"Apa kamu yakin? ingin membawaku kerumah nenek?."
"Memangnya kenapa? tidak ada masalahnya jika kamu ingin bertemu dengan nenek, tapi kalau kamu sedang ada sesuatu juga tidak apa apa, lain kali saja."
"T-Tidak...baiklah kalau begitu aku...mau."
"Kalau begitu aku ingin membeli kue untuk Mai dulu, kau juga ingin membelinya kan?."
"Ah...ya, benar juga..."
Dan kami berdua pun masuk kedalam toko kue tersebut dan aku membeli kue manis stroberinya beberapa karena Sakura juga ingin datang, sekalian saja untuk cemilan disana.
Saat kita sudah selesai memilih kue kita masing masing, aku berpikir untuk membayarkan kue yang Sakura beli, tetapi dia menolaknya karena dia ingin membelinya untuk sebuah sesuatu, dia yang bersikeras untuk tetap membayarnya sendiri pun aku yang tidak bisa memaksanya lagi menyerah untuk membayarkan kuenya.
Lalu kami pergi dan lanjut berjalan ke stasiun untuk pergi kerumah nenek.
"Apa kue itu untuk Yuuki? kau terlihat ingin membelinya sendiri dengan uangmu, berarti kau ingin memberikan itu kepada seseorang."
"Y-Ya... sepertinya.."
"Sepertinya?."
"M-Maksudku sepertinya dia akan suka dengan kue ini...seperti itu.." Jelasnya dengan gelagapan.
"Ah begitu."
Memang dia adalah orang yang sangat baik, tidak heran jika dia sangat perhatian dengan orang yang dia sayangi, mau itu teman, keluarga...mungkin pacarnya yang akan bersamanya.
"Apa kau dan Yuuki juga sudah saling mengenal dari kecil?."
"Hm? tumben kamu bertanya tentang hal itu."
"Memangnya kenapa? aku hanya penasaran."
"Kupikir kamu sedikit marah dengan Yuuki karena mengambilku darimu." Ucapnya menjahiliku.
"Aku tidak berpikir seperti itu, lagipula aku sudah tidak berpikir tentang itu lagi.."
"Ahaha benar juga ya, kalau kamu bertanya tentang itu, karena keluarga kami dari turun temurun sudah melayani keluarga Yuuki, bahkan sudah seperti keluarga besar, jadi ayah Yuuki dengan ayahku juga kenalan dekat, dan aku sudah dikenali Yuuki oleh keluargaku saat aku berumur 4 tahun."
"Jadi sebelum kau mengenalku."
"Ya, aku sudah lebih lama berteman dengan Yuuki, dan saat aku sudah belajar banyak hal, aku memang sudah ditugaskan untuk menjadi pengawalnya, tetapi dia tidak ingin menganggap aku ini seorang pengawalnya, tetapi menganggap aku adalah seorang temannya." Ucapnya sambil tertawa kecil.
"Ah begitu."
"Itu saja?."
"Memangnya apa lagi?."
"Kukira kamu akan mengatakan 'Ah aku kalah darinya' atau yang lainnya?."
"Kenapa kau bisa berpikir aku mengatakan seperti itu?."
"Aku hanya membayangkannya saja, jika kamu yang dulu itu orang yang tidak ingin kalah dari yang lain jika berhubungan denganku." Sambil tertawa kecil.
"Dulu biarlah dulu, jangan kau samakan aku yang sekarang dengan yang dulu!."
"Hhe, sayang sekali ya." dengan nada bicara yang berbeda
"Apa maksudnya 'sayang sekali'?." dengan menyamakan nada bicara yang Sakura katakan.
"Tidak, tidak ada apa apa."
Setelah itu kami melanjutkan perjalanannya sambil mengobrol hal hal kecil tentang pentas seni dari festival budaya sekolah dan lainnya.
................
Akhirnya setelah sekitar 30 menit kita sudah sampai dirumah Mai, tetapi saat kita berdua ingin masuk Sakura menarik baju belakangku dengan perasaan gugup.
"Apa benar tidak apa apa?."
"Kenapa kau malah gugup saat kita sudah ada didepan rumahnya."
"B-Bukan begitu, maksudku..."
"Sudah kukatakan jangan khawatir tentang Mai, apa kau lupa sikapnya dia itu seperti apa."
"Maksudnya?."
"Huhh sekarang kita masuk saja, aku akan membantu menjelaskannya.."
"Ya.. baiklah kalau begitu.."
Aku pun memencet bel rumahnya dan tak lama kemudian suara Mai terdengar dari luar, lalu membuka pintunya tersebut.
"Kakak, kamu lama sekali sampainy-.....kak Sakura.."
"Mai, kebetulan aku bertemu dengan dia saat ingin membeli kue, Sakura juga sudah lama tidak bertemu kali-."
"Kenapa dia kesini.."
"Tunggu Mai, kamu tidak boleh berkata seperti itu-."
"Kenapa tiba tiba dia kesini, saat dia tiba tiba pergi begitu saja." Mai yang tidak bisa menahan emosinya, mengeluarkan kata katanya kepada Sakura, air matanya pun tidak bisa ditahan olehnya.
"Mai...aku..aku bisa menjelaskanny-."
"Aku tidak ingin tahu!!." Mai pun langsung berlari dan masuk ke kamarnya.
"Huhh anak itu."
"M-Maaf Ao, seharusnya aku tidak ikut denganmu kesini.." Dia yang ikut terbawa emosi pun matanya berkaca-kaca.
"Tidak, kau tidak salah, aku akan mengobrol dengannya terlebih dahulu, kau tenang saja."
"Tapi.."
"Lebih baik kita masuk dulu, kau bisa bertemu dengan nenek terlebih dahulu kan?."
"....Ya.."
Lalu kami berdua pun masuk dan bertemu dengan nenek yang sedang menyiapkan makan malam di dapur.
"Owhh Aoyama, kamu sudah datang...dan siapa di sampingmu?."
"Apa nenek sudah lupa dengan Sakura?."
"Sakura.... Sakura....Bukannya kamu teman Aoyama waktu kecil? ahh kamu sudah tumbuh besar menjadi gadis yang cantik, maaf ya nenek tidak tahu kalau itu kamu." Ucap nenek yang sangat senang bertemu dengan Sakura.
"N-Nenek..." Tidak bisa menahan rasa rindunya, Sakura langsung memeluk nenek dan menangis didepan mataku.
"Yosh yosh, kemana saja kamu? nenek sudah tidak bertemu kamu lagi, nenek kira kamu sudah tidak ingin berteman dengan Aoyama."
"T-Tidak! aku tidak berpikir seperti itu...maaf nek...maaf, aku tidak memberitahu nenek."
Sakura yang menangis sambil memeluk nenek yang selalu menjaganya juga waktu kecil, walaupun begitu, nenek sudah sangat baik dari dulu saat nenek tahu jika aku sudah mempunyai seorang teman, dan nenek sangat senang mendengar itu, karena aku tidak pernah mempunyai teman satupun, dan itu membuat nenek khawatir, maka dari itu saat nenek tahu Sakura adalah temanku, nenek selalu memperlakukannya seperti cucunya sendiri.
"( Kalau begitu aku harus berbicara kepada Mai dulu, biarkan saja dia dengan nenek bersama sebentar.)"
Aku pun meninggalkan mereka yang sedang melepas rindunya, untuk berbicara kepada Mai didalam kamarnya.
"Mai...aku masuk ya."
Tidak ada jawaban darinya sama sekali, aku pun pelan pelan membuka pintu kamarnya, dan melihat dia yang sedang mengurung diri menggunakan bantal.
"Mai..."
"Kenapa kakak membawa kak Sakura kesini.."
"Tentu saja dia juga ingin bertemu denganmu."
"Lalu kenapa dulu dia menghilang dan membuat kakak menjadi terpuruk selama beberapa hari.."
"Kalau itu..."
"Dia pergi bahkan tidak memberitahukannya padaku...bahkan kakak juga tidak tahu." Saat dia membuka bantalnya dan terlihat wajahnya yang sudah meneteskan air mata.
"Apa kamu tahu apa alasannya pergi tanpa memberitahu kita?."
"..."
"Sebenarnya dia juga tidak ingin pergi dan ingin ada disini, tetapi dia harus ikut tugas orang tuanya yang memaksakan dia harus pindah dari sini, jika kamu menyalahkan semuanya pada Sakura, dia pasti akan sedih mendengar hal tadi."
Mai yang sudah mengetahuinya merasakan bahwa dirinya bersalah atas hal itu, kembali menangis dan memelukku.
"Sebaiknya kamu perlu meminta maaf padanya, aku tahu kamu juga ingin bertemu dengannya kan?."
Setelah dia mengangguk kecil sambil menutupi mukanya di badanku, aku pun melepaskan pelukannya perlahan dan pergi keluar untuk memanggil Sakura.
Saat aku keluar, Sakura yang sudah tenang dengan nenek yang bersama sama sedang membuat makan malam.
"Sakura, aku sudah menenangkannya, Kamu bisa bicara dengannya."
"Benarkah?."
"Apa Mai sudah tahu jika Sakura datang?." Ucap nenek sambil memasak makanan.
"Y-Ya, tapi sepertinya dia tidak bisa jujur dalam hatinya." Jelasku.
"Sebaiknya kamu berbicara padanya, sebenarnya dia juga sudah lama ingin bertemu denganmu, karena kamu sudah seperti kakak perempuan baginya." Ucap nenek sambil menepuk pundak Sakura.
"Baiklah kalau begitu, aku akan berbicara padanya."
Setelah itu Sakura masuk kedalam kamar Mai untuk berbicara padanya.
Aku pun memilih membantu nenek memasak untuk makan malam kita.
"Sejak kapan Sakura kembali kesini?.*
"Kalau tidak salah saat pertengahan semester tahun ini, dia pindah ke sekolahku beberapa hari yang lalu."
"Benarkah? kenapa kamu tidak memberitahukan nenek tentangnya."
"A-Aku pikir bisa memberitahukannya nanti saat ada kesempatan seperti ini."
"Kamu ini, selalu saja tidak pernah berpikir untuk orang lain, sejak saat itu kamu selalu tidak pernah memikirkan orang lain kecuali nenek dan adikmu, selalu saja kamu menghindar, nenek menjadi khawatir walaupun sekarang kamu bisa mengatasinya."
"Maafkan aku, aku dulu memang bodoh, aku tidak pernah belajar dari apa yang aku lakukan, tetapi aku memang sudah seperti ini dari awal, bahkan aku sudah tidak ingin mempercayai orang lain lagi semenjak mereka berpisah."
"Aoyama...jangan terus menerus menyalahkan mereka, kamu pasti akan tahu nanti."
"...Ya.."
Saat makanan sudah matang dan aku sudah menyiapkan makanannya, tetapi mereka berdua sudah 1 jam lebih tidak keluar dari kamarnya.
"Mereka berdua lama sekali." Ucapku khawatir
"Tunggu saja sebentar lagi." Ucap nenek menenangkan.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka berdua keluar dari kamar Mai.
"Kenapa kalian lama seka-."
Tiba tiba aku terdiam, karena hanya dalam 1 jam, mereka menjadi sangat akrab seperti kembali ke waktu lalu, mereka berdua keluar sambil mengobrol dan tertawa, membuat sia sia rasa khawatirku.
"Huhh.... Mai, kau membuatku khawatir dari tadi."
"M-Maaf, aku minta maaf membuat kakak khawatir."
"Aku juga minta maaf sudah merepotkanmu." Ucap Sakura kepadaku.
"Jadi...kenapa kalian tiba tiba sudah sangat akrab seperti ini?."
"Sudah nenek bilang, Mai tidak membenci Sakura tetapi justru dia sangat merindukannya." Sela nenek sambil menaruh gelas ke meja.
Mai hanya tersipu malu karena itu, tetapi Sakura langsung memeluknya senang, karena Mai tidak berpikiran buruk tentangnya.
"Kalau begitu, kita langsung makan saja, aku sudah lama tidak mencoba masakan nenek." Ucapku sambil duduk dan mengambil piring.
"Ah aku juga, sudah sangat lama tidak makan masakan nenek."
"Hehe, kak Sakura pasti sangat merindukan masakan nenek juga kan?." Ucap Mai.
"B-Bagaimana Mai bisa tahu?!." Balas Sakura dengan menutupi wajahnya dengan piring."
"Kalau begitu makan sebanyak-banyaknya ya, jangan sungkan untuk tambah."
Lalu kami menikmati makanannya dan beristirahat sebentar disana dan pulang.
"Sakura, sudah jam segini, sebaiknya kita pulang."
"Ssttt jangan keras keras! Mai sedang tidur tahu!." Ucapnya sambil berbisik.
"O-Ohh maaf."
Setelah itu kami berpamitan dengan nenek untuk langsung pulang.
"Aoyama, jaga Sakura sampai kerumahnya ya."
"Iya, memang itu sudah wajar."
"Sakura, jika kamu ingin kesini lagi, jangan sungkan-sungkan, nanti nenek akan memasak makanan yang lain lagi."
"Terimakasih nek, aku berjanji akan kesini lagi."
"Kalau begitu, aku pergi dulu, jaga kesehatan nenek, jangan terlalu banyak bekerja."
"Iya iya, hati hati dijalan ya."
Dan kami pun pergi untuk pulang kerumah.
................
Setelah kita sudah turun dari stasiun, waktu sudah menunjukkan pukul 22.41, dan suasana memang sudah sangat sepi dan sunyi.
"Ao... Terimakasih sudah menemaniku kerumah nenek."
"Apa yang kau katakan, aku yang mengajakmu jadi aku yang harusnya berterimakasih."
"Tidak...aku sangat bersyukur pergi kesana."
"Kalau begitu syukurlah."
"Jadi..." Sakura berhenti didepan ku dan menghadap kearah wajahku.
"A-Ada apa?."
"Um...sebagai rasa terima kasihku....aku ingin kamu...menerima ini." Tangannya menjulurkan sebuah kantong kue yang dia beli di toko kue tadi.
"Ini..."
"S-Sebenarnya aku membeli kue untukmu atas bantuan yang kamu berikan selama ini, dan juga a-anggap saja sebagai hadiah dariku."
"Kalau begitu terima kasih, apa boleh aku mencobanya?."
"J-Jangan! dirumah saja, karena ini bukan kue buatan rumah, jadi rasanya pasti enak! ya kan? ya kan?." Ucapnya dengan gugup dan wajahnya memerah.
"Baiklah jika begitu, sebaiknya kita harus bergegas pulang."
"benar juga, Yuuki pasti sudah menungguku."
................
Setelah itu kami sampai dirumah masing masing dan pulang setelah saling berpamitan.
"Yuuki, maaf apa aku mengganggumu?." Sakura mengetuk pintu kamar Shiraishi.
"Ya, masuk saja."
Sakura pun masuk dan membawa sebuah kue yang dia beli di toko kue tadi, untuk diberikan kepadanya.
"Wahh, kamu tahu saja jika aku sedang butuh makanan pemulihan setelah belajar." Ucap Shiraishi yang membuka kotak kue tersebut.
"Ini sebagai rasa terima kasihku karena Yuuki sudah banyak menolongku, bahkan memberiku tempat tinggal bersama."
"Kamu ini... sudah aku katakan jika jangan mempermasalahkan hal ini lagi, justru aku sangat senang jika kamu ingin tinggal bersamaku disini."
"Ya...kamu memang sangat baik."
"Enak!! enak sekali kue ini!!."
"Benarkah? kalau begitu syukurlah."
"Ahh Sakura..kamu memang yang terbaik!." Ucap Shiraishi sambil melompat dan memeluknya.
"T-Tunggu Yuuki!! jangan mendorongku!!."
................
"Huhh lelah sekali...aku ingin berendam air hangat.."
Aku pun langsung mandi dan berencana ingin membaca novel sebentar sebelum tidur, tetapi perhatianku langsung tertuju pada kotak kue yang diberikan Sakura.
"Benar juga, aku belum memakan makanan penutup." Ucapku sambil mengambil kue itu dan memakannya.
"Rasa blue mint.... ternyata dia masih mengingat rasa kesukaanku..."
Aku pun memakan kue itu sambil membaca novel, hingga tidak terasa bahwa sudah 2 jam aku seperti ini, dan aku pun langsung beranjak pergi ke tempat tidur untuk tidur.
"Kurasa Mai tidak sepenuhnya membencinya... aku bisa tenang." Gumamku sambil berbaring di tempat tidur.
Walau ada beberapa hal yang memang tidak akan bisa di ubah, mungkin itu adalah perasaan seseorang, karena mereka hanya akan berubah perlahan dari dalam diri seseorang, kita tidak bisa mengubahnya tetapi kita hanya bisa membantunya agar bisa merubahnya, memang sesuatu hal yang sulit untuk di jelaskan secara logika tetapi bisa dimengerti secara perasaan.
Itulah sebuah kekuatan dalam perasaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
maka tunggu apa lagi temui sekarang, selagi ada kesempatan..
2023-03-20
0
Novex
The Power Of Nenek🔥
2023-03-20
1
Anita
Oh Nenek, Aku merindukan mu 🥲
2023-03-07
0