"Arsyila.. Kamu selesaikan sarapannya ya.. Umi tinggal sebentar kekamar.. Kamu juga ya Raina.. makan yang banyak.." Ucap Umi Lika yang sudah selesai menghabiskan sarapan paginya lalu buru-buru pamit ke kamarnya.
"Iyaa Umi.." Jawab Arsyila sedangkan Raina tidak menanggapinya sama sekali.
"Sok Baik..." Celetuk Raina setelah Umi Lika pergi yang terdengar jelas oleh Arsyila. Arsyila lalu menatap bingung ke adik iparnya itu seolah ingin meminta penjelasan atas apa yang dikatakannya barusan.
"Kenapa lihat saya?" Tanya Raina dengan galak ketika menyadari Arsyila memandanginya.
"Ee.. Ngak.. Oh ya, Raina.. kuliah dimana? Jurusan Apa?" Tanya Arsyila yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dan mencairakan suasana yang agak tegang tersebut.
"Ngak perlu tahu!" Jawabnya dengan ketus.
"Oh.. Kok kakak ngak boleh tau, Raina? Bukan apa-apa sech, karena kakak ada adik cowok juga yang masih kuliah. Mana tau kampusnya sama dengan kamu..." Kata Arsyila.
"Teruuusss... kalo sama emangnya mau ngapain?? Mau dikenalin sama saya gitu, Sorry ya.. Ngak level!!" Ujarnya dengan gaya yang sombong.
Arsyila menghela nafas panjang mendengar kata-kata Raina yang begitu angkuh itu. Ia berusaha untuk sabar dan tetap tersenyum.
"Ya sudah kalau Raina gak mau kasih tau.." Kata Arsyila akhirnya.
"Oiya, Raina..Kak boleh tanya sesuatu?" Tanya Arsyila. Raina yang lagi sibuk mengunyah makanannya lalu berhenti sesaat dan seketika memandang Arsyila dengan wajah yang masam.
"Tanya apa? Tentang Bang Raihan pastikan." Tebaknya.
"Iyaa.." Jawab Arsyila dengan ragu-ragu.
"Bang Raihan itu tidak cinta sama kak Arsyila! ia Menikahi kakak karena terpaksa, tau tidak?" Ucap Raina tiba-tiba yang membuat Arsyila tersentak kaget.
Arsyila tidak menyangka Raina mengatakan hal itu kepadanya, padahal sebenarnya Arsyila ingin bertanya tentang makanan kesukaan Raihan apa karena ia ingin membuat sarapan untuk suaminya itu. Tapi, entah kenapa kalimat itu yang terlontar dari lisannya Raina.
"Kenapa kamu bisa berpendapat seperti itu, Raina?" Tanya Arsyila dengan suara yang parau.
"Ya iya lah.. Saya tahu semuanya.." Jawab Raina.
"Tahu Apa, Raina?" Tanya Arsyila penasaran.
"Nanti kakak bakalan tahu sendiri kok" Katanya lagi.
"Maksudnya ...?" Arsyila bertanya lagi.
Tidak puas dengan jawaban Raina yang masih menggantung.
"Sudahlah.. Jangan tanya-tanya Lagi!!" Kata Raina setengah membentak. Arsyila terdiam. Ia berusaha untuk tetap tenang menghadapi Raina yang menurutnya agak sentimen.
"Baiklah, kakak ngak tanya lagi. Lanjutin sarapannya.." Kata Arsyila sambil tersenyum tipis.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara langkah kaki dari atas tangga. Arsyila dan Raina berbarengan menoleh keatas dan mendapati ternyata Raihan yang turun kebawah sudah dengan berpakaian rapi.
Melihat kedatangan suaminya itu membuat Arsyila langsung berdiri dari tempat duduknya. Ia merasa serba salah karena tidak ada disamping suaminya saat ia terbangun, dan juga tidak menyiapkan pakaian suaminya.
"Bang Raihan.. Sudah rapi aja, mau kemana pagi-pagi ini emangnya?" Raina langsung menyodorkan pertanyaan ke Raihan. Raihan yang sudah sampai dimeja makan langsung mengelus lembut kepala adiknya tersebut.
"Kerja donk Raina sayang..." Jawabnya setelah itu duduk di kursi. Raihan sama sekali tidak memandang ke arah Arsyila. Ia seakan tidak menyadari akan keberadaan istrinya di ruang makan tersebut.
"Sepagi ini?" Tanya Raina sambil melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.
"Iyaa.. Abang ada kerjaan di luar kota. Jadi, harus berangkat pagi ini.." Jawab Raihan sambil mencomot sebuah roti tawar yang ada diatas meja.
"Nginap Donk berarti.." Ujar Raina.
"Ya.. Lihat kondisi nantik, kalau belum selesai kemungkinan nginap.." Jawab Raihan.
Arsyila yang masih berdiri tepat Didepan Raihan sedikitpun tidak dipandangnya. Arsyila berharap Raihan segera menyadari keberadaannya. Atau berhenti berpura-pura tidak melihatnya.
Raihan masih sibuk berbicara dengan Raina. Mereka bicara tanpa jeda yang membuat Arsyila tidak memiliki kesempatan mengeluarkan suara untuk sekedar menyapa suaminya itu.
"Abang mau minum apa?" Tawar Raina disela-sela pembicaraan mereka. Lalu Raina melirik tajam kearah Arsyila. Seperti memberi kode. Arsyila yang sedari tadi dicuekin lalu akhirnya mengeluarkan suara juga.
"I-iya, Maaf.. Bang Raihan mau Arsyila bikin kan minum?" Tanya Arsyila dengan suara yang gugup.
Raihan tidak menjawab tawaran Arsyila. Dan sama sekali juga tidak melihat kearahnya. Arsyila benar-benar merasa tidak dianggap oleh suaminya itu. Sedangkan Raina malah tersenyum lebar melihat pemandangan tersebut.
"Bikin kan kopi aja untuk Bang Raihan, kak Arsyila.." Ucap Raina.
"Sekalian juga teh untuk aku ya!" Lanjutnya lagi dengan nada memerintah.
"Baik, sebentar ya.." Ucap Arsyila setelah itu pergi ke dapur.
Sambil membikinkan minuman untuk mereka, sekali-sekali Arsyila menoleh kebelakang. Melihat Bagaimana suaminya itu berbicara dan tertawa lepas bersama Raina, adiknya. Dalam hatinya ia sungguh berharap bisa merasakan diposisi Raina saat itu. Bisa bercengkerama dengan Raihan tanpa ada rasa takut dan khawatir. Takut akan dibentak dan khawatir akan dicuekin.
Setelah selesai Arsyila membuat minuman tersebut, lalu ia membawanya ke meja makan. Dan setelah sampai, dengan hati-hati ia meletakkan minuman tersebut didepan Raina dan Raihan secara bergantian.
Lagi-lagi Raihan selalu membuang muka. Ia sama sekali tidak mau melihat Arsyila bahkan sedetik pun tidak ada. Hal ini sungguh membuat hati Arsyila menjadi ngilu. Arsyila lalu duduk kembali di kursinya dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Praaannnnngggg.....
Tiba-tiba saja terdengar Suara sebuah benda jatuh mengagetkan Arsyila dari lamuannya. Gelas berisi teh buatannya untuk Raina terjatuh. Pecah berserakan dilantai.
"Oopss... Jatuh..." Kata Raina dengan ekpresi terkejut yang dibuat-buat.
"Kak Arsyila bikinnya ngak ikhlas ini. Makanya jatuh tehnya.." Tuduh Raina dengan suara yang mulai meninggi. Arsyila yang dituduh demikian langsung membela diri.
"Ya, Allah.. Raina, Kak ikhlas kok bikinnya." Jawab Arsyila.
"Membela diri lagi! Ya sudah.. Kak beresin sana pecahan kacanya, aku ngak biasa ngerjain kayak ginian. Biasanya kalau ada Bik Minah, Bik Minah yang kerjain. Jadi mumpung bibik ngak ada.. kakak yang gantiin tugas bibik!!" Kata Raina dengan kesal.
Asryila mengelus-elus bagian dadanya. Ia berusaha untuk tidak terpancing emosi akan tuduhan dan perintah Raina yang seenaknya kepada dirinya.
Arsyila memandang sesaat kearah Raihan. Ia berharap dapat pembelaan dari suaminya itu. Tapi, percuma sedikitpun Raihan tidak mengubris apa yang diperintahkan adiknya ke Arsyila. Raihan.. Lelaki tampan itu malah dengan santainya meminum kopi buatan Arsyila sambil memainkan handphonenya.
Tanpa banyak bicara Arsyila langsung memunguti pecahan gelas yang tepat berada dibawah kaki Raina. Namun, Tiba-tiba...
Praanggggg.....
Sebuah gelas jatuh lagi ke lantai. Tepat di depan wajah Arsyila.
"Aduuhh.. jatuh lagi dech!" Ucap Raina pura-pura kaget yang padahal dia lah yang dengan sengaja menjatuhkan gelas yang lainnya.
"Bersihkan lagi ya sekalian, Aku sudah mau telat Ne.. Byee.." Katanya setelah itu berdiri dengan santainya tanpa rasa bersalah.
Sedangkan Raihan juga ikut berdiri dan berjalan dibelakang Raina yang sedikit pun tidak mempedulikan Arsyila yang sedang jongkok memunguti pecahan gelas tersebut...
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Kod Driyah
suami sm adiknya ga pny aklak
2023-03-02
0
Vivi Bidadari
ini abang sama adek tak ada akhlak
2022-09-05
2
Fatma Kodja
duh kakak sama " tidak punya hati, emang arsyla salah apa sama kalian sampa" kalian memperlakukan kasar dan tidak manusiawi 😔😔😔😔
2022-09-05
1