"Benar kata mu nanti papa akan selesai kan dengan cara baik-baik. Tapi kalau Sita tidak bisa mau gimana lagi tapi tidak akan seramai beritamu."Jawab pak Surya, dengan santai.
"Oh ya mana Asifa kenapa tidak terlihat dari tadi. Apa dia sudah tidur? apa papa yang datang kemalaman."Tanyanya sambil menatap jam tangan miliknya.
"Ardi dan Asifa sudah cerai opa."Jawab Ardi dengan wajah sendu dan menunduk.
Pak surya kaget dia baru denger kabar, hari ini. Sungguh semua karena kebodohannya dan itu membuat dia kehilangan sosok cucu perempuan yang paling dia sayangi. Karena dia tidak menyukai istri roni, yang merupakan anak Ferdinand. Yang memiliki sifat sombong dan tidak baik.
Asifa adalah perempuan baik, Sholehah, ramah, lemah lembut dan penyayang. Maka pak Surya merasa bersalah jika Ardi harus berpisah karena permintaannya untuk memiliki keturunan. Dan gara-gara persyaratan yang dia berikan maka sekarang Asifa pergi dari keluarga Dinata.
"Maafkan opa sayang, gara-gara persyaratan yang konyol itu kamu kehilangan orang yang kamu cintai."Kata pak Surya, tak terasa air matanya menetes.
Ardi berdiri lalu duduk di samping pak Surya, di peluknya tubuh tua renta itu.
"Saya tahu opa sangat menyayangi Asifa, sama dengan saya. Opa masih bisa kok ketemu dengan Asifa. Sekarang dia lagi di rawat di RS xxx, kalau mau besok pagi kita kesana."Jelas Ardi, hal itu juga membuat kakek tua itu tambah merasa bersalah.
"Apa dia masuk rumah sakit karena masalah ini Ar?"tanya pak Surya.
"Salah satu opa, karena dia sempet mengurung diri di kamar 2 hari. Sehingga dia drop, itu karena lambungnya kambuh, tambah dia stres karena masalah yang banyak di pendam sendiri. Ternyata masalah program bayi tabung waktu itu yang tahu hanya keluarga kita opa. Keluarganya baru tahu dari ibu tadi, maka itu yang membuat Asifa frustasi. Kata dokter itu bisa berdampak buruk kedepannya. Bahkan dia belum mau bicara sama Ardi, padahal sama yang lain sudah." Sedih juga bila ingat dia berkata kasar dan menyakiti hati sendiri.
"Semoga dia bisa maafkan opa, karena pusat kesalahan ada pada diri opa."Pak Surya berkata dengan tatapan kosong ke depan.
"Ya sudah ini sudah malam pa kita tidur di sambung besok lagi" Pak Arya menyudahi pembicaraan karena malam semakin larut.
"Iya sudah malam hampir jam 12 malam."Timpal bu Gina.
"Apa opa boleh tidur bersama mu sayang, kita sama-sama sendiri sekarang."Pak Surya bercanda, karena dari tadi tegang terus.
"Boleh lah kita dari tadi juga sudah berpelukan." Balas Ardi.
"Hahahaha" tertawa bersama.
Mereka langsung pergi ke kamar, pak Surya dengan Ardi pergi ke kamar dan Ardi. Pak Surya ke kamar mandi lebih dulu, lalu di susul oleh Ardi. setelah selesai mereka naik ke tempat tidur, segera menuju alam mimpi.
...****************...
Sementara di rumah sakit, Asifa menangis dalam diam dan dia tidur membelakangi kedua orang tuanya yang tidur di sofa.
"Sungguh ini di luar kemampuan ku ya Allah, ku serahkan padamu. Biar ku tangisi setiap hari tak akan kembali utuh lagi. Hati ini sudah hancur berkeping-keping tak mungkin bisa sempurna lagi. Sungguh sakit tapi tak berdarah, begitu dengan mu ya Allah tak terlihat namun nyata. Setelah ini aku akan berusaha bangkit mungkin awalnya hidup yang baruku. Apa pun yang terjadi aku akan berusaha tegar. Aku tak ingin Mama dan papa jadi kepikiran ****dengan**** masalah ku. Ku tak ingin menjadi beban mereka, setelah keluar dari sini aku akan menjadi lebih mandiri."
Larut dalam pikirannya sendiri kini Asifa tertidur. Hingga subuh tiba dia tak kunjung bangun, mungkin karena dia tidur larut malam menjelang pagi.
Pak Herman sudah balik dari musholla yang ada di rumah sakit. Langsung duduk di dekatnya putrinya, mengusap kepalanya dengan lembut. Hal itu membuat Asifa bangun karena merasa ada pergerakan.
"Papa apa ini sudah subuh?"tanya Asifa.
"Sudah sayang yuk sholat dulu, nanti kita jalan ke taman rumah sakit."Kata pak Herman.
"Iya Asifa mau ke kamar mandi dulu."Berusaha bangun dari tidur langsung di bantu pak Herman.
"Mau papa bantu sampai dalam? atau mau di bantu mama."Tawar pak Herman.
"Di bantu sampai pintu kamar mandi aja Asifa bisa sendiri."Jawab Asifa.
"Ya sudah ayo,"langsung menuntun Asifa ke kamar mandi. Pak Herman menunggu di depan pintu kamar mandi.
Asifa sudah keluar dengan berpegangan pintu, dengan cepat pak Herman membantu Asifa. Berjalan ke branker lalu naik, dan memberikan mukena karena masih lemas maka sholat dengan cara duduk.
Pak Herman langsung pamit untuk mencari sarapan pagi untuk nya dan istrinya, tak lupa pak Herman membeli bubur sumsum tanpa santan untuk putrinya. Buat jaga-jaga Asifa tidak mau makanan rumah sakit.
"Nih sarapan untuk mu jika tidak mau makanan rumah sakit. Bisa kamu makan ini dan itu susu di minum ya biar cepat sembuh."Ujar pak Herman.
"Terima kasih pa, tapi tidak apa-apa nanti untuk siangan aja kan bubur lebih cepat lapar pa."Kata Asifa.
"Wah kalau seperti ini cepat sembuh nih, sudah mikirin makanan terus."Kata bu Hafsah.
"Bosan ma di sini, selain bau obat makanan tidak enak. Apa lagi sakit Asifa lambung di kasih bubur tanpa rasa. Makanya Asifa akan makan banyak biar cepat keluar dari sini."Keluh Asifa.
"Iya sayang nanti kalau sudah tidak lemas dan keadaan kamu sudah membaik boleh pulang ya."Kata pak Herman.
"Tapi Asifa harus janji pada kami, jangan lagi memendam masalah sendiri ya. Cerita pada orang tua, ingin sayang kamu segalanya bagi kami. Bahkan kakak mu hari akan ke sini, jangan merasa sendiri lagi."Bu Hafsah memeluk anaknya dan menangis. Dia merasakan apa yang di rasakan putrinya.
"Insya Allah ma. Asifa tidak akan membuat mama dan papa susah lagi, Asifa sudah tidak sedih lagi. Asifa yakin ketetapan Allah itu lebih baik dari yang kita inginkan."Kata Asifa, hal itu membuat kedua orang tuanya, senang putrinya sudah bisa menerima.
"Iya sayang tidak ada yang lebih baik dari rencana Allah SWT. Kamu yang sabar ya menghadapi kehidupan baru ini."Kata pak Herman
"Ya sudah sekarang sarapan ya, biar cepat sembuh."lanjut pak Herman, lalu bu Hafsah menyuapi Asifa bubur yang di sediakan rumah sakit.
setelah sarapan Asifa minum obatnya. Pak Herman keluar ruangan untuk meminta izin pada pihak rumah sakit. Untuk membawa Asifa ke taman dengan kursi roda.
Kini pak Herman sudah kembali bersama suster yang mendorong kursi roda.
"Mari bu Asifa saya bantu,"suster memapah Asifa ke kursi roda,dan mendorong menuju ke taman "ya sudah kalau begitu saya permisi ya Bu, semoga cepat sembuh."Ujar suster yang cantik dan ramah itu.
*****Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
🤗🤗
setelah koma dan petik kok gak ada spasinya kak.
2022-12-21
1
Noviyanti
cepat sembuh asifa
2022-12-11
1
@Kristin
semangat Asifa jangan bersedih hadapi dengan kuat pasti kamu bisa 😊
2022-10-15
1