"Wa'alaikumsalam Asifa, kamu kenapa nak? kenapa kamu pulang menangis? mana belanjaan mu?"Tanya bu Hafsah sambil membalas pelukan anaknya.
Lalu di ajaknya masuk keruang keluarga. melihat putrinya menangis tersedu sedu, ada rasa sesak di dadanya. Membiarkan putrinya menangis sampai tenang, setelah teng baru ia bertanya.
"Apa yang terjadi sama kamu sayang?"tanya bu Hafsah dengan lembut.
"Ternyata mas Ardi sudah merencanakan ini semua ma, bahkan calon istrinya itu sepupunya Erna. Dan Erna tahu semuanya karena Rita menceritakan semuanya pada Erna. Bahkan warga semua tau bahwa aku perempuan tak berguna, perempuan mandul ma, huhuhuhuhu"Asifa mengatakan pada mamanya sambil menangis sesenggukan.
"Mungkin Ardi punya alasan melakukan ini semua nak. Kita hadapi bersama ya, jika kamu belum sanggup untuk keluar rumah sendiri, biar mama temani. Apa kamu jadi keluar, untuk mencari barang yang kamu cari?"tanya bu Hafsah pada putrinya.
"Tidak ma, hari ini aku di rumah aja. Asifa minta mama saja untuk membelikan. Jika mama tidak keberatan hanya sabun dan sampo aja."Jawab Asifa dengan lesu. memandang ke depan dengan tatapan kosong, seperti kehilangan arah. Tak nampak lagi wajah ceria di sana, yang ada penuh luka dan kesedihan. Bu Hafsah meraih tangan putrinya, di genggam dengan lembut.
"Nak tak semua yang kita lihat indah dari luar, maka indah juga ketika di dalam. Bisa jadi ketika pandang biasa saja atau bahkan buruk. Begitu juga sebaliknya, di pandang buruk, ketika di dalam ada keindahan yang alami. Apa yang kita pikir baik untuk kita, buruk bagi Allah. Begitu pula buruk pikir kita, baik bagi Allah. kita serahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kehidupan ya. Sabar dan tawakal, jangan sampai kamu larut, masa depan mu masih panjang sayang."Nasehat bu Hafsah.
"Insya Allah ma, Asifa akan berusaha sebisa Asifa ma, Asifa ke kamar ya."Pamit Asifa.
Langsung pergi ke kamar, kemudian mengunci pintunya. Ia naik ke tempat tidur, merebahkan tubuh larut dalam kesedihannya. Hingga malam hari pun, Asifa tak keluar dari kamarnya. Ia mengurungkan diri di kamar, bangun dari tempat tidur hanya untuk sholat saja.
Hingga hari berganti hari Asifa tak pula keluar kamar. Mama dan papanya berulang kali mengetuk pintu kamar Asifa. Namun tak lagi ada sahutan dari Asifa mulai resah.
"Mas gimana ini Asifa tidak keluar kamar sama sekali. Bahkan sekarang tidak lagi terdengar suaranya Asifa menangis atau menyahut panggilan kita mas." Keluhan bu Hafsah.
"Kamu tenang dulu ya" Berhenti sejenak, mengusap punggung istrinya "mas akan dobrak pintu kamarnya Asifa ya."Ujarnya pada istrinya.
Ia masang kuda kuda bersiap untuk mendobrak pintu kamar Asifa. Namun ia urungkan karena ada yang ketuk pintu, bertanda ada tamu.
tok tok tok
cekreek
Pintu terbuka, nampak yang di depan mata adalah orang yang membuat putrinya menderita. Namun ia tak mau menunjukkan ke marahannya.
"Assalamualaikum pa."Ardi mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam nak, ada apa kamu datang kesini."Tanya pak Herman.
"Pa, perasaan saya tak enak, apa Asifa baik baik saja"tanya Ardi dengan raut wajah khawatir.
"Kami juga sedang berusaha membujuk Asifa keluar dari kamar. Karena dari kemarin dia mengurungkan diri di kamar. Makan pun tidak, ini semua karena kamu. Yang kamu rahasia kan dari kami, pun telah di ketahui oleh Asifa. Dan Asifa tau itu semua dari pihak keluarga calon istrimu. Bahkan dia yang menghina Asifa di depan umum. Apa ini yang kamu mau, menghancurkan Asifa sampai dasar hah?"bu Hafsah meluapkan emosinya.
dengan air matanya yang mengalir di pipinya. Itu menandakan bahwa hati seorang ibu mana ya tidak hancur. Ketika anaknya yang terluka perasaannya hingga tak lagi memiliki harapan hidup.
"Maafkan saya ma." Lalu Ardi menerobos masuk tanpa permisi. Langsung menuju kamar Asifa, dan mendobrak pintu kamar itu.
BRAAK
Pintu terbuka lebar, nampak Asifa yang tergeletak di atas sajadah. Masih lengkap dengan alat sholat, tak pikir panjang Ardi mengangkat tubuh mungil Asifa. Terlihat wajah putih pucat, dibawa ke mobilnya. Yang di ikuti oleh kedua orang tua Asifa. Pak Herman membuka pintu dan menyuruh istrinya masuk, kemudian Ardi merebahkan Asifa di pangkuan mamanya. Kemudian ia dan pak Herman duduk di depan. Segera Ardi menjalankan mobilnya, menuju rumah sakit terdekat. Segera Asifa di periksa orang dokter di ruang IGD. Ardi dan kedua orang tuanya Asifa menunggu di depan ruang IGD.
Tak lama dokter yang memeriksa Asifa keluar.
dengan wajah tampak, bingung dan menatap ke mereka bertiga. Bu Hafsah maju lebih dulu, karena tak sabar dengan kabar kondisi putrinya.
"Dokter bagaimana keadaan putrinya saya?"tanya bu Hafsah.
"Keadaan pasien sangat lemah bu, pasien harus dirawat intensif. Beruntung pasien segera di bawa ke sini, segera ditangani.
Pasien perutnya kosong, dan tertekan, apa pasien sedang menghadapi masalah. Ini yang menyebabkan pasien stres, ini sudah berada hari dalam kondisi ini bu?" tanya dokter menjelaskan kondisi Asifa.
"Dari kemarin di mengurungkan diri dok, memang dia lagi ada masalah." Jawab bu Hafsah.
"Baiklah, saya minta tolong di jaga pasien, saya tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya jika pasien seperti ini terus. Dukungan keluarga dan kerabat lah, yang dapat membantu pasien bangkit dari keterpurukan. Saya permisi dulu, pasien akan segera kami pindah.
"Tunggu dok, berikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Pindahkan ruang VVIP, saya akan tanggung biaya pasien. Ma pa, saya ke bagian administrasi dulu nanti saya menyusul ..." Belum selesai bicara pak Herman sudah memotong pembicaraan Ardi.
"Kamu tidak perlu menemuinya lagi. Segera selesaikan perceraian kalian. Biarkan Asifa tenang dulu, dan bisa keluar dari masalah ini dengan tenang."Kata pak Herman, memotong pembicaraan Ardi.
Maaf pa, saya percuma saya menghindari Asifa tapi masalah ini tidak akan selesai. jika tidak saya selesaikan. saya tidak akan lari dari tanggung jawab saya. Saya permisi ke administrasi dulu. Assalamualaikum"ucapnya Ardi lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari pak Herman dan bu hafsah.
Bagaimana mas apa kita bicarakan ini juga dengan besan. Biar bagaimanapun besan berperan besar dalam masalah ini"kata bu Hafsah.
"Tidak perlu sayang, biarkan Ardi menyelesaikan masalah ini sama Asifa. Tidak perlu kita ikut campur terlalu dalam. Benar kata dia, jika kita menghalangi dia maka kapan selesainya. Ya sudah yok kita ke kamar inap Asifa, kasihan dia sendiri."Kata pak Herman, lalu berjalan menuju kamar inap Asifa.
Sedangkan Ardi di bagian kasir, menyelesaikan pembayaran perawatan dan obat-obatan buat Asifa. Setelah selesai ia menghubungi keluarganya dan memberitahu bahwa Asifa masuk rumah sakit. Setelah memberitahu keluarga ia menghubungi calon istrinya.
"Halo mas"....
*****Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Like n Fav mampir. Sukses Kak....
2022-09-24
1
Nur Khasanah
siap kak, terima kasih
2022-09-19
1
💞Amie🍂🍃
fav dan bunga sudah mendarat sempurna ya kak, tetap semangat berkaryanya kak😀😁
2022-09-19
3