Days After You

Days After You

Bab 1 - Pernikahan

Aku memandang wanita yang perlahan melangkah menghampiriku, dengan gaun putih sederhana tanpa hiasan renda atau berlian yang mencolok dan wajahnya yang tertutup oleh kudung semi-transparan, dia berjalan didampingi ayahnya. Keduanya berjalan menyusuri lorong diantara barisan kursi yang terisi oleh dua keluarga besar yang akan dipersatukan hari ini.

Wanita yang berjalan sambil menggait lengan ayahnya itu bernama Stella, anak dari rekan bisnis ayahku yang karena sesuatu dan lain hal berakhir dijodohkan denganku. Seorang wanita yang polos, tidak begitu cantik, tidak berpenampilan menonjol, dan cenderung sederhana untuk seseorang yang terlahir dari keluarga berada seperti dikelasnya. Sebelum hari ini aku baru bertemu dengannya sekali, walau kudengar dia pernah beberapa kali berkunjung ke rumah kami tapi aku tak ingat pernah melihatnya. Aku hanya ingat pertemuan singkat kami di salah satu restaurant tiga bulan lalu yang diatur oleh kedua orang tua kami.

Hari itu, aku terlambat datang karena rapat di perusahaan selesai lebih lelet dari yang telah dijadwalkan, dan Stella jadi menunggu disana untuk waktu yang lebih lama.

"Maafkan aku karena terlambat, nona Stella. Rapatnya selesai lebih lama dari seharusnya."

"O-oh, tidak apa-apa. Aku juga baru sampai disini. Silahkan duduk."

Tidak mungkin aku bakal percaya ucapannya setelah mendapati dia lagi hendak memesan minuman keduanya bersamaan ketika aku tiba tadi, tapi aku tak mengatakan apapun tentang hal itu. Kurasa dia hanya ingin bersikap sopan tapi dia tidak pandai berbohong untuk itu. Sungguh...wanita yang polos.

Tak ada yang membuatku terkesan padanya selain dari fakta kalau dirinya begitu berbeda dari yang ada dalam ekspetasiku. Jangan salahkan aku, tapi aku juga pria yang punya selera sendiri untuk seorang wanita. Saat ayah bilang akan menjodohkanku dengan anak Pak Wesley—salah satu direktur cabang dari perusahaan grup keluargaku—aku membayangkan seorang wanita yang anggun, cantik dan kelihatan berkelas seperti yang biasa kutemui di pesta-pesta bisnis. Seorang wanita yang dapat mengimbangi argumentasiku dan yang kelihatan independen.

Stella, di lain sisi terlihat serupa tipikal wanita manja yang tidak begitu pintar dan akan selalu bergantung pada orang di sekitarnya dari cara dia berpakaian yang kekanakkan dan sikap yang tidak anggun. Dia cukup ceroboh dengan tangannya dan kadang berbicara terlalu kecil untuk bisa kudengar dengan jelas. Aku gelisah saat membayangkan harus menghabiskan hidupku dengan seseorang sepertinya. Syukurlah telepon dari Rio asistenku yang mengabarkan akan diadakan rapat dadakan untuk membahas beberapa masalah aset perusahaan menyelamatkanku dari pertemuan yang membosankan itu.

"Luiz, bagaimana pertemuanmu dengan Stella? Kalian bakal segera menikah, sering-seringlah bertemu dengannya diwaktu luangmu supaya kalian bisa saling lebih mengenal lagi," ucap ayahku di akhir rapat, namun aku tak begitu menghiraukannya selain dari memberi respon properku padanya. Begitu, kedua kalinya aku bertemu Stella barulah pada hari ini.

Aku tidak menyukai Stella. Aku yakin dari dulu dan masih yakin hingga saat ini. Ketika Stella dan ayahnya tiba dihadapanku dan aku mengulurkan tangan untuk meraih telapak tangan mungil itu dari ayahnya yang menangis terharu, aku diam-diam membuat perjanjian dipikiranku untuk mengakhiri ikatan ini cepat atau lambat. Empat tahun. Harusnya itu waktu yang cukup untuk memuaskan keluarga kami dan meyakinkan mereka kalau pernikahan ini bukanlah yang terbaik bagi kami.

Stella hampir terjatuh saat menaiki tangga karena terantuk gaunnya sendiri dan tanganku refleks memeganginya lebih erat. Aku tersentak dan segera mengesampingkan pikiran-pikiran sebelumnya di benakku. Badan Stella terasa jauh lebih berat dari yang terlihat atau mungkin itu karena gaunnya? Entahlah.

"Hati-hati..." bisikku.

"...Ah, terima kasih, maaf aku sangat gugup," dengan tawa gugup, Stella mengangkat kudung yang menutupi wajahnya untuk menatapku. Aku bisa mendengar seruan ibuku segera setelahnya yang menyuruhnya untuk menutup wajahnya kembali dan dia yang terkejut langsung menarik kudungnya sampai-sampai membuat mahkota dipuncak kepalanya miring karenanya.

Beberapa undangan tertawa dan aku hanya bisa menghela napas sambil membantu Stella berdiri di sebelahku. Tiba-tiba saja tubuhnya menjadi sangat tegang dan kaku ketika prosesi dimulai. Lenganku yang dipegang sedikit terlalu erat olehnya juga terasa sedikit tak nyaman. Kuharap semua ini cepat berakhir.

Prosesi pernikahan diluar dugaan berlalu cukup lancar, kecuali dari Stella yang sempat terbata waktu mengucap janji dan hampir menjatuhkan cincin, semuanya berjalan seperti yang telah direncanakan. Aku bersikap layaknya seorang pria yang baik dan terlihat sesantai mungkin, bahkan ketika kami telah dinyatakan sebagai pasangan suami istri sah dan aku dipersilahkan untuk mencium sang pengantin wanita, aku masih terlihat tenang.

Stella menatapku begitu lekat, bola matanya membesar seiring wajahku mendekati miliknya. Aku teringat dengan video kucing yang pernah kulihat akibat Rio asistenku tak sengaja salah mengirimnya kepadaku dulu dan aku sungguh ingin tertawa karenanya.

"...Tutup matamu."

"O-oke."

Stella menutup matanya erat-erat, namun alih-alih menjadi lebih baik, ekspresinya menjadi dua kali lebih menggelikan dengan alisnya yang ditekuk dan pipinya yang dikembungkan seolah sedang menahan napas sekuat tenaganya. Astaga, sekarang dia terlihat seperti ikan kembung.

Tak tahan, akupun berbisik lagi, "Kau tak perlu menahan napas sampai seperti itu, kau tahu kan?"

"Ah?"

Takut ekspresiku akan terlihat aneh juga, aku segera mendaratkan bibirku ke bibirnya. Bersamaan dengan itu, sorak dari keluarga terdengar memenuhi gereja tapi perhatianku untuk sesaat hanya terpusat pada bibir lembut Stella. Aku menghitung hingga lima sebelum melepaskan tautanku. Stella tersenyum tipis dengan wajah yang memerah dan aku hanya bisa membalasnya dengan seulas senyum yang sama karena untuk beberapa alasan wajahku pun terasa hangat selepasnya. Dia tidak terlihat secantik atau semempesona itu dalam gaun pernikahannya, tapi dia tetaplah wanita dan ini adalah pertama kalinya aku melakukan kontak yang begitu dekat dengan wanita terlebih menciumnya.

Pada hari yang sama, aku dan Stella juga melalui rangkaian acara pesta resepsi yang begitu melelahkan. Aku sudah bilang untuk tidak mengundang terlalu banyak orang dan membuat pestanya lebih privat tapi tentu saja keluargaku dan Stella tidak mendengarkan itu dan malah mengundang dua ratus lebih orang yang juga termasuk kenalan biasa atau pegawai kantor yang tidak pernah kukenal. Alhasil aku dan Stella harus berdiri dan menyalami ratusan tamu yang datang sampai pegal.

"Bulu mataku terasa berat sekali," aku tak sengaja mendengar Stella bergumam.

Akhirnya setelah semua itu, aku dan Stella pulang ke apartemenku. Sebenarnya aku sempat bimbang antara membeli rumah baru atau tidak. Namun setelah mempertimbangkan rencanaku aku memutuskan kalau itu tidak perlu, lagipula apartemenku sudah lebih dari cukup untuk ditempati dua orang.

Sesuai rencana yang sudah kusiapkan dari beberapa hari lalu, pada malam pertama ini aku membawanya berbicara berdua akan kontrak yang hendak kuusulkan. Layaknya pada pertemuan pertama kami dulu, Stella mendengar semua yang kukatakan dengan seksama. Dia akan mengangguk ketika aku meliriknya seolah ingin mengindikasikan kalau ia masih terus mendengarkan apa yang kukatakan.

"Karena kau dan aku sama-sama korban perjodohan keluarga dan tidak saling cinta, aku mau mengusulkan kita hanya akan menjadi suami isteri diatas kertas untuk empat tahun. Aku takkan mengganggu kehidupan pribadimu dan begitu juga denganmu padaku. Saat cerai nanti aku akan memberikan uang ataupun properti seperti yang tertulis sebagai kompensasi padamu...kau setuju?"

Stella menilik kontrak yang ada di tangannya. Cukup lama hingga membuatku penasaran soal apa yang dia pikirkan.

"Aku tak keberatan..." kata Stella akhirnya, sudah kuduga dia juga ingin mengakhiri hubungan yang dipaksakan ini, terbukti dia tidak protes dengan ideku, "Tapi, kelihatannya pembagian properti ini lebih menguntungkan untukku?"

"Hm, itu tidak masalah, bagaimanapun kau juga ikut di seret ke dalam situasi ini oleh ayah dan kakek."

"Soal itu, ayahku juga terlibat untuk menyeretmu."

Aku mengangguk, "Kalau kau tak ada keberatan lagi, kau boleh tanda tangani surat itu."

Stella meraih pulpen dan baru ingin menggores permukaan kertas, ketika dia tiba-tiba mendongak kembali. Mata bulatnya melihat tepat ke milikku.

"Ada yang mau kau tanyakan lagi?" Tanyaku, sedikit merasa tak nyaman dengan cara dia menatap.

Stella mengangguk, terlihat ragu sebentar sebelum akhirnya bertanya, "Itu...boleh tidak jika aku panggil kau Luiz?"

Hah?

"Boleh kupanggil kau Luiz?" Mungkin Stella mengira aku tak mendengar pertanyaannya, jadi dia mengulangnya kembali namun dengan volume suara yang lebih besar. Pipinya memerah tapi matanya melebar dengan penuh ekspetasi.

Pikiranku kosong untuk beberapa detik. Luiz adalah nama panggilanku dan aku sebenarnya tak begitu peduli jika dia mau memanggilku dengan nama itu atau tidak. Aku hanya tak mengerti mengapa Stella tiba-tiba muncul dengan pertanyaan ini saat aku jelas-jelas sedang membicarakan perjanjian pernikahan kami. Mungkin dia memang hanya orang yang seperti itu dan aku takkan bisa mengerti jalan pikirannya sepenuhnya.

"Terserah kau saja."

Seulas senyum segera merekah di bibir Stella dan dia pun kembali menundukkan kepalanya untuk menandatangani lembaran dimeja.

"Itu saja? Tak ada lagi yang ingin kau tanyakan?"

"Tidak ada lagi,"jawabnya, mengangkat wajah sekilas dengan senyum yang masih sama.

Dia sangat riang. Aku serasa baru saja menikahi gadis muda walau umur kami hanya berjarak tiga tahun saja. Dia tidak cantik ataupun anggun, tapi dia kikuk, sedikit tidak mudah ditebak dan kadang ceroboh.

Sudah kuduga, aku dan dia tak cocok.

Aku tidak menyukainya. Aku tak bisa membayangkan diriku menyukainya.

Pernikahanku selama empat tahun ke depan, entah akan jadi seperti apa. Aku harap setidaknya tidak akan ada banyak masalah.

Ah, harusnya aku membuat kontraknya dua tahun saja.

Terpopuler

Comments

《_Vrista_Kayla_》

《_Vrista_Kayla_》

keren kaka semangat ya..

2023-11-11

0

Ellin So

Ellin So

masih permulaan, jadi loe belum tau sifat dari Stella
ntar kalo udah tau ya jadi bucin

2022-09-08

0

Anggita Sari

Anggita Sari

sudah favorit

2022-09-05

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 46 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!