Perjodohan

Bhao Yu bergegas menuju penginapan, dia berencana untuk menghindari berbagai pertanyaan dari Feng.

Saat dirinya mencapai penginapan, rupanya Feng Ying pun sudah sampai mendahului nya.

"Feng, kau sudah pulang?"

Feng Ying mengangguk pada Bhao Yu, untuk kali ini Feng Ying sangat irit bicara tidak seperti Feng Ying yang dia kenal dahulu.

Bhao Yu pantang menyerah, dia terus mendekati Feng Ying,

"Feng, apakah kau lelah? Kau ingin pesan makanan atau camilan?"

Feng Ying menatap Bhao Yu, "Tidak, aku tidak lapar. Bhao Yu ayo kita kembali ke ibu kota hari ini."

"Kenapa tiba - tiba? Kau tak mau memulihkan kesehatan mu terlebih dahulu?"

Feng Ying pun menggelengkan kepala nya. Untuk pertama kali nya Bhao Yu merasa sikap Feng Ying sangat dingin.

"Kau berubah Feng. Apakah ada yang salah denganku?" keringat dingin membasahi telapak tangan Bhao Yu, dia gelisah apakah Feng Ying mengetahui bahwa yang menjebak Feng Ying pada awalnya adalah dirinya.

Feng Ying sendiri bingung dengan perasaannya, bagaimana cara dia menjelaskan pada Bhao Yu. Sejak ingatannya kembali, tiba - tiba saja dia tidak memiliki perasaan apa pun pada Bhao Yu. Terlebih lagi ingatannya saat dirinya dijebak dan hendak dibunuh menghilang seakan - akan hal itu yang membuat nya hilang perasaan pada wanita itu.

"Tidak ada Bhao yu, aku hanya lelah. Dan aku pikir yang mulia kaisar pasti membutuhkan aku. Maka aku harus segera melapor ke istana."

Bhao Yu pun menerima alasan Feng Ying. Dan mereka pun bergegas untuk kembali ke istana.

Di kediaman keluarga Han

Jia jia menemui Han Ming, "Ada apa ayah mencariku?"

Rupanya di ruang tamu keluarga Han telah kedatangan tamu spesial yaitu keluarga Chen. Kehadiran Jia Jia yang terlambat, membuat ibu tiri nya tampak tidak menyukai nya.

Sedangkan ayahnya, Han Ming kesal dengan Puteri sulung nya, selain dia datang terlambat, dia juga mengenakan pakaian seadanya yang membuat nya tampak tidak menghargai tamu.

Tidak mau membuang waktu lagi, akhirnya Han Ming membuka suara, "Jia Jia beri salam pada menteri Chen dan tuan muda Chen."

Jia Jia pun memberi salam kepada mereka berdua, tatapan menyelidik An Ming jelas terpancar di wajah nya. Dia dan ayah nya tampak penasaran dengan wajah Jia Jia. Namun sama seperti rumor yang beredar, wajah Jia Jia selalu tertutup cadar yang senada dengan baju yang dikenakannya.

Menteri Chen pun membuka percakapan, "Apakah Puteri mu ini selalu menutupi wajah nya walau berada di rumah?"

Tatapan sinis dan menghina jelas terpancar di wajah Rong Li dan Roro, sedangkan Han Ming merasa sedikit dipermalukan, tapi dia berusaha tetap menjadi tuan rumah yang baik, "Benar tuan, kebetulan Jia Jia mengikuti kebiasaan almarhum isteriku, ini bisa disebut semacam tradisi dari leluhur."

An Ming terus terngiang dengan gosip yang beredar di luar, banyak yang mengatakan cadar tersebut untuk menutupi luka atau penyakit kulit lainnya. "Paman Han, jaman telah berubah, kini bunga yang berada di taman pun lebih diakui keindahannya daripada bunga di dalam vas yang hanya tersimpan di ruang tamu."

Sudah jelas keluarga Chen sangat tidak nyaman dengan cadar yang dikenakan oleh Jia Jia, Raut muka Han Ming sudah terlihat sangat tidak nyaman, sebetulnya sudah sejak lama dia meminta Jia Jia untuk tidak mengenakan cadar, akan tetapi Jia Jia tetap memegang prinsip ibu nya, bahwa cadar akan dibuka oleh suami nya saat dia sudah menikah nanti.

Saat ini setelah mendengar sarkasme yang dilontarkan An Ming, kepala keluarga Han itu hanya bisa terdiam diiringi dengan sorot mata penuh hinaan dari isteri kedua nya saat menatap Puteri nya. Sedangkan Jia Jia tampak tenang, dia tidak terpancing sedikitpun, "Perkataan Tuan muda Chen memang benar, hamba pun tidak dapat memungkiri hal tersebut, tetapi tuan muda telah lupa, bahwa bunga di taman dapat dengan mudah diinjak - injak dan di rusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sedangkan bunga dalam vas, sudah pasti akan lebih dihargai dan dirawat oleh empu nya rumah. Hanya orang yang memiliki ketulusan hati yang dapat menikmati bunga di dalam vas, seperti yang tuan muda maksud."

Menteri chen tercengang dengan jawaban cerdas Jia Jia, dia mempelajari bahwa wanita muda di hadapannya ini memiliki pengetahuan yang luas. Biasa nya seorang wanita jelas akan tersinggung saat mendengar diri nya di sindir secara terang - terangan. Tetapi Puteri sulung keluarga Han itu dapat membalikkan kata - kata An Ming dengan luwes. Sudah pasti wanita seperti ini sangat cocok untuk bersanding dengan putera nya, dibandingkan dengan Puteri kedua keluarga Han yang hanya bisa tersenyum mengikuti kemauan ibu nya, terlihat jelas sangat tidak memiliki prinsip untuk hidupnya sendiri.

Lain hal dengan ayah nya, An Ming sangat tidak menerima jawaban Jia Jia. Dia merasa jawaban Jia Jia telah mengejek nya karena memiliki pikiran yang sempit. Jika memang menikahi Puteri keluarga Han dapat memperkokoh jenjang karir nya di kota Luoyang, maka dia lebih memilih Puteri kedua. Walau pun paras nya tidak terlalu cantik, setidaknya sudah jelas memiliki wajah normal yang tidak berusaha dia tutupi.

Menteri Chen yang menyadari suasana semakin tegang, akhir nya berusaha mencairkan suasana, "Sudah sudah, di masa depan kita akan menjadi satu keluarga. Sangat tidak baik jika kita saling berargumen seperi ini."

Perkataan menteri Chen pun ditanggapi oleh Han Ming, "tuan Chen, mari kita makan bersama. Para pelayan sudah menyajikan hidangan yang istimewa untuk menyambut anda."

Gelak tawa formal pun terdengar sambil mereka berpindah tempat menuju ruang makan, dan memulai acara makan keluarga bersama.

Sejak awal tampak Roro berusaha mencuri pandang pada An Ming, pemuda itu mengenakan pakaian berwarna biru tua yang senada dengan kipas putih yang dibawa nya. Tubuh nya yang tinggi menambahkan pesona wajah nya yang bermata sipit, khas oriental.

Begitu pula sebaliknya An Ming pun beberapa kali mulai mencuri pandang pada Roro. Kedua insan tersebut sama - sama menangkap sinyal mereka masing - masing.

Jia Jia sendiri paham, jika kedua nya mulai tertarik, dan pun ikut berbahagia. Jika Roro dan tuan muda Chen berhasil menikah, maka diri nya akan bebas tanpa melawan ayahnya.

Setelah perjamuan makan yang membosankan, sesampai nya di rumah An Ming pun mulai merajuk, "Ayah aku tak dapat menikahi Han Jia Li."

Ayah nya merasa heran, "Kenapa?"

"Aku tidak ingin membeli kucing dalam karung yah. Kita tidak tahu seperti apa wajah Han Jia Li itu. Bagaimana jika dia memiliki penyakit menular seperti yang sering di katakan penduduk kota ini? Membayangkan nya saja aku sudah jijik yah."

Menteri Chen merutuki kebodohan putera nya, bagaimana mungkin dia melepas wanita cerdas seperti Han Jia Li, "Aku sudah mengatakan padamu kau harus menikahinya. Jika perkara wajah kau boleh memiliki beberapa orang selir, ayah tidak akan ikut campur. Tetapi satu hal yang perlu diingat aku tetap ingin kau menikahi Han Jia Li, aku tidak dapat mentolerir alasan apa pun!"

An Ming hanya bisa diam melihat emosi ayah nya, seandainya sang ibu ikut dengan ayahnya datang ke kota ini, setidaknya akan ada orang yang mendukung nya. Sayang nya sang ibu lebih memilih tinggal di ibu kota, rumah nya dirasa lebih nyaman ketimbang perjalanan dua hari menggunakan kereta kuda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!