Angin berhembus

"Fengggg!!"

Teriakan Jia Jia terdengar sangat keras, membuat Feng Ying tertawa dalam hati nya. Entah kenapa dia selalu senang saat melihat Jia Jia berteriak kesal dan uring - uringan.

Jia Jia sangat kesal, bagaimana tidak? Sudah beberapa hari Pria asing itu tinggal di kediaman keluarga Han, tetapi dia selalu menganggu pekerjaannya, seperti contoh nya saat ini. Pria tersebut sudah tahu jika dirinya sedang menyapu halaman, bukannya membantu, alih - alih pria itu malah menaiki sebuah pohon Li Zhi dan sibuk memakan buah di atas pohon.

Jia Jia tidak mempermasalahkan hal itu, yang membuatnya kesal pria itu seenaknya membuang biji serta kulit buah ke tempat yang sudah Jia Jia bersihkan.

Dengan raut wajah cemberut Jia Jia menyapu ulang halaman belakang kediaman keluarga Han.

Dia tidak menyadari pria tersebut terus memperhatikan dirinya.

Feng Ying pov

Hari ini Jia Jia mengenakan hanfu kuning cerah yang sederhana serta cadar dengan warna yang senada, pakaian yang dikenakannya tidak menunjukkan bahwa dia lah sang Puteri sulung keluarga kaya di kota itu.

Selama beberapa hari dirinya berada di rumah tersebut, dia tidak pernah bertemu dengan pelayan maupun anggota keluarga yang lain. Tetapi dia sendiri tidak pernah berani untuk pergi ke luar dari halaman belakang serta kandang kuda. Karena dia tidak mau membuat masalah untuk Jia Jia.

Luka yang terdapat di sekujur tubuh nya mulai membaik, obat yang dibawakan oleh Jia Jia cukup ampuh, walau demikian dia masih belum dapat mengingat jati dirinya. Beberapa kali Feng Ying berusaha untuk mengingat, tetapi rasa sakit selalu datang menerjang kepala nya.

Tiba - tiba datang lah seorang wanita sebaya Jia Jia, wanita tersebut menggunakan Hanfu yang terlihat mahal tetapi sedikit norak. Dia mengenakan banyak perhiasan emas yang tidak sesuai dengan usia nya. Walaupun gadis itu memiliki kulit putih dan badan yang ramping, tetapi wajah nya sangat biasa.

Wanita tersebut mendatangi Jia Jia dan menendang sapu yang sedang digunakan oleh Jia Jia.

"Roro hentikan! hentikan!"

Roro semakin menjadi, dia menendang dan menghamburkan kembali sampah dedaunan yang sudah dikumpulkan oleh Jia Jia.

Jia Jia menjadi sangat kesal, karena kedamaiannya hilang, "Kenapa kau selalu mengganggu ku! Betapa damai nya rumah ini saat kau pergi!" Jia Jia tampak melawan.

Tetapi Roro hanya tersenyum sinis, "Karena aku merasa hampa jika belum mengganggu mu. Aku hanya datang untuk memanggilmu. Ayah mengajak mu makan bersama."

Setelah itu Roro pun pergi, Jia Jia terlihat lega saat menatap ke arahku, pandangannya seakan - akan hendak mensyukuri bahwa keberadaanku tidak diketahui oleh wanita bernama Roro itu.

Aku terus memandang punggung Jia Jia yang kian menjauh dari pandanganku.

Setelah Jia Jia pergi, aku turun dari pohon dengan mudah nya. Aku pun bertanya - tanya pada diri ku, sebenarnya siapakah diriku? kenapa ketinggian berapa pun tetap dapat aku panjat dengan mudah nya

Aku pun berjalan menuju kandang Xiao Bai, aku membantu beberapa pekerjaan Jia Jia untuk mengurus kebutuhan beberapa ekor kuda milik keluarga Han.

Ruang utama keluarga han

Saat Jia Jia memasuki ruang utama, sang ayah yang bernama Han Ming dan ibu tiri nya yang bernama Rong Li sudah menunggu nya, sang ayah melirik Puteri kandung nya dengan ekspresi datar "Jia Jia, kemarilah, ayo kita makan."

Jia Jia hanya mengangguk dan duduk bersama dalam satu meja. Selama ini ayah nya tidak mengetahui jika Jia Jia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari ibu dan saudara tirinya. Entah bagaimana cara mereka menghasut ayah nya, sehingga ayah nya kini sama sekali tidak menyayangi nya.

Rong Li sang ibu tiri, mengambil seiris daging yang cukup tebal dan diberikan pada ayah Jia Jia, "Suami ku ini makan lah. Perjalanan kemarin pasti melelahkan mu."

Tawa nya yang manja membuat Jia Jia sangat muak.

Dan ayah nya hanya mengangguk lalu menyantap makanan itu.

Mereka makan tanpa suara, karena memang peraturan sang ayah demikian adanya.

Han Ming seorang pedagang besar, dia kerap kali pergi keluar kota untuk berdagang. Walau pun dia hanya seorang pedagang tetapi nama besar nya sebagai orang kaya di Luo Yang tidak dapat di remehkan.

"Jia Jia, berapa umur mu sekarang?"

Jia Jia terkejut, sudah setahun terakhir ini ayah nya jarang mengajak nya berbicara, "tujuh belas ayah."

Ayah nya hanya mengangguk dan dia beralih pada anak tirinya, "sedangkan kau roro, berapa usia mu?"

Roro melirik ke arah ibu nya sebelum menjawab pertanyaan, dan sang ibu pun hanya mengangguk, "delapan belas tahun ayah."

Rong Li mengernyitkan dahi nya saat melihat ayah Jia Jia terdiam. kemudian dia mengambil sedikit sayuran untuk suami nya itu, "Ada apa tuanku? kenapa kau tiba - tiba menanyakan usia anak - anak?"

Han Ming terdiam sesaat sebelum dia melanjutkan kembali percakapannya, "Kemarin di Ibu Kota. Aku bertemu dengan menteri Chen. Dia sedang mencari menantu untuk anak sulung nya. Kebetulan anak sulung nya lolos ujian pemerintahan dan ditempatkan di Luo Yang selama satu bulan terakhir ini."

Roro yang selalu berpergian ke luar kota bersama ayah dan ibu nya tampak antusias. Dia sudah lama mendengar kabar bahwa keluarga Chen memiliki pengaruh yang cukup kuat di ibukota. Jika menikahi salah satu putera nya, sudah pasti hidup nya akan terjamin sampai tua.

"Aku mau ayah, aku mau dijodohkan dengan tuan muda Chen"

Han Ming melirik tajam ke arah roro, Rong Li yang memahami situasi segera memberi tanda melalui mata nya, supaya Roro menutup mulutnya.

Kemudian Rong Li memegang tangan Hanya Ming dengan lembut, "Lalu bagaimana rencana tuan."

Han Ming menyesap teh nya, "Itu lah yang kupikirkan, aku memiliki dua orang anak perempuan yang seumuran. Entah siapa dari kalian berdua yang beruntung untuk bersanding dengan tuan muda Chen."

Rong Li tak tinggal diam, melihat gelas Han Ming yang kosong, dia segera mengisi nya kembali, "Tuan ku, Roro lebih tua setahun daripada Jia Jia. Apakah tidak lebih baik dia diberi kesempatan terlebih dahulu? Aku rasa Jia Jia masih muda, masih banyak kesempatan untuk dijodohkan. Biarkan Roro yang membuka jalan untuk Jia Jia menemukan jodohnya. Bagaimana?"

Han Ming pun terdiam, ekspresi wajah nya tidak dapat terbaca sama sekali. "Kita sudahi percakapan sampai disini. Ayo semua nya lanjutkan makan kalian."

Jia Jia sedari tadi hanya menjadi pendengar, tidak ada sepatah katapun terucap dari mulutnya. Karena dia tahu semua pendapatnya tidak akan pernah di dengar, dan akan selalu salah dimata keluarga nya. Dia pun meneruskan santap siang nya dengan tenang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!