Nayla terlihat lebih mendekat ke layar lalu berbisik...
"Semalam pas aku jalan masa aku liat..." Nayla berhenti bicara saat Sandy menampakkan wajah dibelakang Allea. "Lho, koq ada kak Sandy...kamu lagi dimana sih Al, ngapain?" Nayla salah tingkah. Allea terkikik.
"Lagi makan Nay, sini gabung!" celetuk Sandy membuat Nayla tambah malu. Ia tak mengira Allea sedang bersama Sandy.
"Hehe iya kak, udah lanjutin aja" kata Nayla. "Al, nanti aja ya aku vc lagi kalo kamu udah pulang deh!"
"Lho kenapa? Katanya penting? Sekarang aja ngomongnya.."
"Nanti aja ,udah kamu lanjutin dulu aja sama kak Sandy, nanti aku ganggu lagi-"
"Gak ganggu, buruan! Aku jadi penasaran nih!" sahut Allea.
"Santai aja Nay, gak ganggu koq" kata Sandy nimbrung.
"Nanti aja kak, ya udah Al aku tutup dulu ,ada paket datang tu kayanya..bye" Nayla beralasan lalu mematikan panggilan sepihak. Allea mengernyit.
"Apa sih Nayla nih? Bikin penasaran aja.." omel Allea.
"Ya udah nanti telpon lagi aja, mungkin dia gak leluasa ngomong karena ada aku.." kata Sandy.
"Iya kali ya..ya udahlah" jawab Allea lalu membereskan tempat makan mereka. Sandy mengambilkan Allea air minum dari dispenser yang ada diruangannya.
"Makasih sayang.." Sandy mengangguk tersenyum.
"Mapala mau ada kegiatan lagi ya?" tanya Sandy sembari duduk disebelah Allea.
"Lho koq kamu udah tau?" tanya Allea heran. Diletakkannya gelas air putih dimeja.
"Tau dong, kemarin Putra yang kasih tau waktu telponan ngomongin skripsi" jawab Sandy.
"Owh...kirain yang tadi telp.." Allea menjeda kalimatnya membuat Sandy menaikkan alisnya. "Iya...maaf tadi sebelum masuk aku gak sengaja dengar kamu telpon, kirain anak mapala ngobrolin soal kegiatan, tapi ternyata salah ya..?"
"Koq tadi gak langsung masuk aja? Ngapain nunggu aku selesai telpon?"
"Ya gak enak dong, ntar kalo ternyata dari relasi papa kamu, gimana? Kan gak sopan" jelas Allea.
Sandy tersenyum mendengarnya, ia kagum pada attitude Allea. Biarpun kantor ini juga bagian dari milik Sandy tapi Allea tak mentang-mentang dan tetap menjaga sopan santunnya.
"Koq malah senyum sih?"
"Gak papa, kamu mau tau tadi yang telpon siapa?"
"Emang boleh tau?" Allea balik bertanya. Sandy duduk lebih mendekat menumpukan lengan kiri di sofa lalu membelai rambut Allea.
"Boleh aja, kamu boleh tau apa aja yang pengen kamu tau..aku gak mau nutupin apapun dari kamu, makanya tadi aku nyuruh langsung masuk gak apa-apa.." jelas Sandy panjang. Allea menggenggam tangan kanan Sandy. "Tapi janji ya jangan marah kalo aku cerita..?"
"Iya..emang siapa?" tanya Allea mengernyit.
"Tadi itu...Amira" jawaban Sandy langsung bikin raut wajah Allea perlahan lesu. Dilepasnya genggaman tangan Sandy. "Tuuh kan, tadi katanya gak marah?" goda Sandy.
"Dia mau ngapain sih masih aja hubungi kamu? Bukannya udah kamu blokir ya nomornya?" tanya Allea pelan tapi bernada tak suka.
"Tadi tu dia telpon pake nomor baru, aku juga gak tau kalo itu dia.."
"Terus?" Allea memalingkan muka.
"Dia nanya kalo misal dia undang aku ke acara fashion show yang dia ikuti, aku mau datang apa gak...gitu" Allea menoleh seolah ingin tau jawaban Sandy. "Ya jelas aja aku tolak, aku gak mau. Ngapain juga dia nyuruh aku datang, iya kan?" lanjut Sandy.
Allea angkat bahu tapi sebenarnya ada rasa senang dihatinya melihat Sandy menolak ajakan Allea. Mau apa lagi sih cewek itu? Rutuk Allea dalam hati.
Sandy membawa wajah Allea menghadapnya. "Jangan marah dong.."
Allea berdecak lalu menurunkan tangan Sandy diwajahnya.
"Aku tu bukannya marah tapi..apa ya? Kaya gak suka aja gitu, dulu kamu di sia-siain...giliran sekarang udah ada aku kaya pengen balik lagi, sok nyari perhatian ke kamu..bukannya dia juga punya pacar ya kayanya?" jawab Allea panjang. Sandy senyum-senyum. Allea memukul paha Sandy gemes.
"Aduh! Koq mukul sih..?"
"Ya kamu malah senyum-senyum koq, suka ya ditelponin sama dia?"
"Enggaaak...siapa sih yang gitu, aku senyum bukan karena senang ditelponin Amira, tapi aku seneng aja ngeliat kamu cemburu..berarti kan kamu beneran sayang sama aku..", jelas Sandy.
"Berarti selama hampir tiga bulan ini belum percaya? Kamu belum yakin kalo aku sayang sama kamu??" cecar Allea.
"Percaya sayaaang...sekarang lihat kamu kaya gini aku jadi makin percaya, jangan marah ya.." kata Sandy mengusap pipi Allea.
"Aku gak akan ketemu Amira kecuali kalo memang gak sengaja ketemu..aku janji!" kata Sandy serius. Allea diam bukan karena cemburunya tapi entah kenapa hatinya was-was.
"Kamu mau percaya aku gak?" tanya Sandy pelan mendekat ke wajah Allea. Allea menghela nafas lalu mengangguk.
"Makasih ya sayang.." lanjut Sandy lalu mendekat ke bibir Allea dan menciumnya dengan lembut. Allea sedikit kaget tapi ia menyambutnya, Sandy memegang wajah Allea sementara tangan mereka yang lain berpegangan. Beberapa detik kemudian terdengar pintu diketuk. Spontan mereka melepas ciumannya. Sandy menghela nafas kasar lalu beranjak ke pintu.
"Sebentar sayang.."
Allea mengangguk sambil mengatur nafasnya yang masih sedikit shock. Antara kaget tiba-tiba ada orang mengetuk pintu dan spechless Sandy mencuri bibirnya. Allea mengalihkan pikiran dengan bermain ponselnya. Dari tempat ia duduk terdengar sekretaris memberi tahu kalo meeting akan dimulai tiga puluh menit lagi, setelah Sandy menjawab sekretarisnya pun berlalu.
"Sayang...aku sebentar lagi meeting, kamu mau nunggu gak? Nanti biar kita pulang bareng, gimana?" tanya Sandy duduk lagi didekat Allea.
"Tapi lama gak?"
"Biasanya paling lama dua jam, yang ini mungkin nanti cepat selesai koq soalnya cuma mau menyampaikan hasil laporan project kemarin.." jelas Sandy. Allea nampak berpikir. "Kalo bosan kamu bisa baca-baca majalah atau keliling disekitar sini gak masalah" lanjut Sandy.
"Iya, nanti aku baca-baca aja. Oiya, aku tadi lupa mau bilang sesuatu.."
"Apa?" tanya Sandy sambil beranjak mengambil file meetingnya.
"Tadi pas dikampus kak Mario ajak aku survei tempat kegiatan mapala besok sabtu.."
"Oo...ya udah ikut aja" sela Sandy lalu duduk lagi di sofa membaca filenya.
"Ada Andre juga, emang gak apa-apa?" Allea melirik meminta kepastian. Sandy menghela nafas lalu menutup filenya.
"Duh...gimana ya? Tapi gak nginep kan?" tanya Sandy was-was.
"Kayanya sih enggak, tapi sampai jam berapa aku belum tau" jawab Allea.
"Ya udah kamu ikut aja, nanti aku nyusul terus pulangnya kita barengan, gimana?" tawar Sandy.
"Beneran?!" sambut Allea senang. Sandy mengiyakan. "Mau..mau! Ya udah kalo gitu aku kabari kak Mario dulu ya?"
"Iya, aku mau ke ruang meeting dulu ya...lima belas menit lagi meeting mulai nih" pamit Sandy.
"Okey semangat ya.."
"Pasti sayang. Maaf ya tadi aku curi bibir kamu" bisik Sandy.
"Kamu ih, mulai nakal ya?" kata Allea tersipu.
Sandy tersenyum mengusap kepala Allea lalu keluar dari ruangannya. Allea kembali duduk memegang ponselnya ,mengirim chat ke Mario kalo ia akan ikut survei lokasi besok sabtu. Setelah Mario merespon Allea menaruh ponsel di tasnya, ia meraih tumpukan majalah yang tersusun rapi dibawah meja depan sofa. Baru lima menit ia membolak-balik majalah, ponselnya berbunyi. Nayla menelpon lagi.
"Hallo Nay..?"
"Al, kamu masih sama kak Sandy?" tanya Nayla.
"Masih disini tapi dia lagi meeting. Oiya...tadi mau ngomong apa?"
"Enggak cuma penasaran aja, kemarin kan aku baru nganterin ponakan ke mall nyari buku, masa aku liat Andre lagi sama cewek di cafe? Itu siapa ya, kamu tau gak??"
"Oo..gak tau juga sih, lah kamu gak nyapa dia pas itu?"
"Enggaklah..aku cuma liatin aja, mereka duduk agak membelakangi aku tapi aku tau kalo itu Andre.." jawab Nayla.
"Ya harusnya kamu sapa aja biar tau, daripada penasaran kaya gini kan.." kata Allea.
"Tapi aku kaya gak asing sama ceweknya Al, eh iya aku candid juga kemarin...besok aku tunjukin deh ke kamu, mungkin kamu kenal?" kata Nayla antusias. Allea mengernyit.
"Masa sih? Dia malah belum pernah cerita lho soal cewek atau lagi dekat sama siapa gitu.."
"Pokoknya besok liat dulu aja deh ya"
"Iyaaa...emang kenapa sih misal Andre punya cewek?" goda Allea. Ia tau sebenarnya Nayla menyukai Andre.
"Yaa...gak apa-apa.." jawab Nayla tersipu.
"Owh...gak cemburu?" goda Allea lagi.
"Iih...apa sih Al, ngaco aja! Bukannya Andre sukanya sama kamu?!" sungut Nayla.
"Kan duluu...kalo sekarang mau ada yang suka juga gak apa-apa koq..." sindir Allea masih menggodai sahabatnya.
Nayla tersenyum menahan malu lalu berpamitan kabur menutup telponnya. Allea terkikik mendengar Nayla salah tingkah. Ia tak berpikir jauh soal dengan siapa Andre bertemu. Padahal Andre sudah menyiapkan sejumlah rencana untuknya dan Sandy..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments