Pagi ini semua mapala akan membereskan camping mereka. Jam 9 nanti mereka harus pulang. Sebelum pulang mereka akan menerbangkan dua drone yang akan merekam suasana camping sekaligus view alamnya. Allea sedang asik ngobrol dengan para cewek sambil melihat salah satu drone yang akan mereka pakai nanti. Sambil duduk memeluk lututnya Sandy menatap Allea dari jauh, apa benar sekarang hatinya sudah dihuni cewek itu? Cewek yang selalu terlihat ceria, tidak cengeng tapi juga mandiri. Kenapa makin kesini ia makin takut Allea dimiliki orang lain? Apa benar ia jatuh cinta?
Kalo iya ,apa Allea juga punya perasaan yang sama padanya? Mengingat selama ini Allea jarang menolak perhatian yang ia berikan. Tapi kenapa Allea juga masih terlihat dekat dengan Andre? Anak baru tapi berani banget ngasih ultimatum ke Sandy untuk menjauhi Allea. Dengan modal 'dulu mereka pernah dekat dan hampir pacaran'. Tapi itu kan dulu banget. Allea aja sudah gak mau mengingat cerita mereka jaman dulu. Sandy pun sebenarnya cuma ingin Allea hanya dekat dengannya saja.
Tapi sekarang Andre melarangnya mendekati Allea dan dengan terang-terangan bilang pengen memiliki Allea lagi. Apa Allea tau maksud Andre setiap mendekatinya? Nanti kalo Allea lama-lama luluh dengan Andre gimana?
Argh!! Sandy menggaruk kepalanya kasar. Memikirkan semua itu dari semalam membuatnya susah tidur lagi. Matanya baru bisa memejam setelah subuh tadi dan sekitar jam 6 ia sudah terjaga. Hingga membuat kepalanya sedikit pusing berkunang-kunang.
"San...drone satu siap, terbangin aja sekarang!" seru Mario membuatnya terperanjat memecah lamunannya.
"Okey, ayo mumpung masih pagi" jawab Sandy melihat jam tangannya. Sudah jam 7 sekarang. "Dimana drone satu?" tanya Sandy.
"Ada di Allea" jawab Mario. Sandy mengangguk, tiba-tiba semangatnya muncul.
Ia pun bergegas menuju ketempat Allea yang ternyata baru ditinggal noleh sebentar sudah disatpami Andre. Mereka sama-sama memegang drone sambil sesekali tertawa-tawa. Andre terlihat memakaikan topinya ke kepala Allea, tapi Allea menolak. Dikembalikannya topi itu ke kepala Andre. Sandy mendekat dengan sesantai mungkin, ia gak mau terlihat cemburu didepan Andre dan Allea. Allea menoleh tersenyum melihat Sandy datang.
"Al...itu drone satu mau diterbangin sekarang.." Allea mengangguk. "Drone dua yang kamu pegang nanti setelah 15 menit drone satu naik ya Dre, sambungin pake hp Mario nanti nunggu dia kesini dulu" sambung Sandy ke Andre.
"Siap bro senior!" jawab Andre slengekan. Sandy tak menggubris.
"Drone satu mulai dari mana kak?" tanya Allea.
"Kesana aja Al, dekat danau...ajak yang lain juga kalo mau ikut gak apa-apa" jawab Sandy.
"Gaes...mau ikut gak ke dekat danau, drone satu mau naik nih!" teriak Allea ke mapala yang lain. Rania dan Nayla langsung antusias diikuti beberapa anak lain.
Drone satu diterbangkan Sandy dengan gadgetnya sebagai penghubung. Perlahan alat seperti kepiting itu naik mengelilingi atas perkemahan lalu naik lagi keatas memutari danau. Lanjut naik ke arah hutan. Allea penasaran pengen mencoba mengendalikan. Sandy memberikan ke Allea sambil mengarahkan agar gerakannya stabil. Hingga terkadang tangan mereka saling menyentuh.
"Puter dulu diatas hutan Al.." kata Sandy agak menundukkan wajahnya tepat disebelah wajah Allea. Jantung Allea tiba-tiba berdesir saat ia pun bisa merasakan nafas Sandy yang begitu dekat.
"Eh...tombol mana ini kak?" Allea jadi hilang konsentrasi.
"Salah Al, yang kiri!"
Reflek Sandy mengarahkan jari Allea agar drone tidak oleng tapi terlambat. Allea yang malah menekan tombol turun membuat drone jatuh tersangkut di pohon.
"Yah...yahh...nyangkut kak! Gimana ini?" Allea panik. Yang lain pun mulai kasak-kusuk mendekat ke arah remote drone yang dipegang Allea.
"Kamu tunggu disini, aku ambil dulu ke hutan...kayanya gak jauh" kata Sandy setengah berlari. "Mario! Drone dua nyusul sekarang aja!" teriak Sandy menyempatkan memberi pesan diikuti acungan jempol Mario.
"Aku ikut kak!" Allea menyerahkan remote drone ke Putra. Andre melotot melihatnya, ingin sekali ia mengikuti Allea tapi ia dapat tugas menerbangkan drone dua. Andre jadi gelisah membayangkan mereka berdua ada di hutan.
Tak menunggu persetujuan Sandy, Allea mengekorinya berlari menuju hutan karena merasa ia yang bertanggungjawab atas jatuhnya drone itu. Mereka berjalan masuk hutan sudah sejauh satu kilometer tapi belum nampak dimana drone itu. Hingga beberapa ratus meter kemudian Allea melihat benda itu diatas pohon. Sepertinya masih utuh dan tidak rusak tapi agak tinggi, sekitar 3 meter diatas pohon.
"Aku mau manjat pohonnya, kamu tunggu dibawah ya" kata Sandy.
"Aku aja kak...bisa koq!"
"Itu tinggi Allea, jangan! Udah tunggu aja disini..!"
"Tapi kan tadi aku yang bikin nyangkut!" Allea masih menawar.
"Tunggu dibawah Allea!" kata Sandy tegas sambil menatap Allea.
"Ya udah hati-hati..." jawab Allea pasrah.
Sandy mulai naik perlahan sambil memantapkan pijakan kakinya. Tak sampai sepuluh menit ia sudah diatas pohon dekat drone yang tersangkut. Ia ambil dronenya perlahan lalu ia matikan. Berikutnya ia lipat kaki-kakinya agar tidak rusak nanti waktu Allea menangkapnya dari dibawah.
"Al...aku turun sedikit dulu nanti baru tak lempar, kamu tangkap ya!" teriak Sandy dari atas. Allea mengiyakan.
Sandy turun perlahan ,belum dapat satu meter pijakannya meleset. Tangannya tak bisa menggapai ranting, drone lepas dari tangannya.
"Kak, awas!!" teriak Allea, reflek ia mengikuti arah drone terjatuh lalu melompat menangkapnya. Allea terjatuh mendarat dengan posisi miring. Drone berhasil ia raih. Berikutnya giliran Sandy yang mendarat terjatuh disebelahnya. Allea memekik kaget, Sandy mengaduh ia salah mendaratkan kakinya hingga lututnya terasa sakit.
"Astaga Kak! Gimana koq bisa jatuh, aduh...mana yang sakit kak?" Sandy masih meringkuk tak menjawab kepanikan Allea. Cuma terdengar rintihan kecil. "Kaaakk...jangan bikin takut dong..!" Allea mengguncangkan tubuh Sandy tambah panik. Sandy mengangkat tangannya.
"Gak papa Al, cuma kaki aku ini...kayanya terkilir deh.." kata Sandy disela rintihan.
"Coba duduk dulu...sini aku bantu.." Allea memapah Sandy duduk. "Astagaa...!" pekik Allea kaget melihat, ternyata gak cuma kaki Sandy yang cedera tapi lengan kiri dan pelipis juga lecet, pipi lebam sedikit. Allea memeriksa wajah Sandy.
"Aku gak papa Al.." kata Sandy meyakinkan lalu menepuk-nepuk bajunya yang kotor karena terjatuh tadi. Allea mengambil tisu basah ditas pinggangnya.
"Aku bersihin lukanya ya kak, tapi tahan dikit soalnya nanti perih.." Sandy mengangguk mengiyakan.
Benar aja, baru disentuh sebentar Sandy mendesis menahan perih. Allea reflek memundurkan tangannya. Sandy memberi isyarat agar Allea meneruskannya sampai selesai. Allea meraba kantong celananya kanan kiri.
"Duh..gak bawa hp lagi.." ia menepuk dahi.
"Bawa hp juga percuma, gak ada sinyal Al kalo didalam hutan"
"Oiya ya..Kak, bisa jalan gak? Kita harus jalan keluar hutan kalo gini.."
"Sebentar Al, aku coba dulu..kamu sambil awasi atas ya siapa tau drone 2 lewat, kasih kode biar yang lain tau posisi kita" Allea mengangguk lalu mencari scraff merahnya di tas. Matanya menyisir ke atas sambil memutar mengawasi kalo ada drone lewat. Benar saja beberapa menit kemudian drone mereka lewat, Allea melambaikan scraffnya sambil melompat beberapa kali.
"Arghh..!!" Sandy mengerang merasakan sakit dilututnya, tubuhnya oleng saat mencoba berdiri, kakinya tak kuat menyangga. Allea reflek mendekat menyangga di samping Sandy.
"Kak! Sakit?" Sandy mengangguk meringis menahan lututnya yang sakit. "Mau duduk lagi?" tawar Allea. Sandy menggeleng.
"Kita sambil jalan keluar hutan aja ya..siapa tau nanti ada yang nyusul kesini" kata Sandy.
"Ya udah yuk..pelan-pelan aja jalannya, yakin nih bisa?" Sandy menangguk meyakinkan Allea.
Perlahan mereka berjalan keluar hutan ,Allea memapah Sandy tangan kanannya memegang lengan kanan Sandy. Tapi Sandy malah memindahkan tangannya merangkul bahu Allea, dilihatnya dahi Allea yang berkeringat. Allea balik melihat Sandy.
"Kenapa kak?"
"Maaf ya...aku jadi ngerepotin kamu" kata Sandy menyesal.
"Aku yang maaf, gara-gara aku kamu jadi jatuh..coba tadi aku gak usah pegang drone.."
"Ya udahlah...gak ada yang tau kan bakal kaya gini, lagian aku juga gak papa koq" kata Sandy menenangkan Allea. Allea berdecak.
"Muka ,tangan sama kaki luka gini koq bilang 'gak papa' sih kak.." Allea geleng-geleng kepala.
Sandy tersenyum lalu mengambil scraff yang Allea pegang, diusapnya dahi Allea yang berkeringat. Jantung Allea jadi berdetak cepat.
"Aku berat ya? Kamu sampai keringetan gini.." goda Sandy. Tangannya memegang wajah Allea sekarang.
"Enggak koq.." Allea tersipu, diturunkannya tangan Sandy dari wajahnya agar detak jantungnya stabil. "Jalan lagi yuk.." sambungnya mengalihkan pandangannya dari mata Sandy.
Lima menit mereka jalan sudah terdengar deru langkah berlari mendekat. Teman-teman mapala yang lain menyusul mereka. Sandy segera ganti dipapah mapala cowok. Sembari jalan kembali ke camping Nayla dan Rania menanyai keadaan Allea ,bagaimana Sandy bisa jatuh dan sebagainya. Sudah mirip polisi mengintrogasi tersangka. Tapi diantara sepuluh orang yang menyusul mereka, tak terlihat Andre. Allea pun tak ambil pusing, mungkin Andre membereskan tenda, pikirnya.
Tiba di camping Sandy duduk di sebuah batang pohon besar yang ada didekat danau. Allea tampak datang dengan kotak P3K milik mapala untuk mengobati luka Sandy. Melihat Allea mendekat Sandy menepuk tempat disisinya agar Allea duduk, Allea menuruti. Lalu segera mengobati luka diwajah dan lengan Sandy. Mario dan Putra melihat kondisi kaki Sandy. Putra berkata ia bisa meluruskan otot yang terkilir, ia belajar dari kakeknya.
"Tapi sakit gak? Kalo gak yakin mendingan jangan deh...bahaya!" Allea yang malah terlihat takut.
"Ya sakit Al tapi kan sebentar, nanti mendingan koq besok paling langsung bisa jalan" jelas Putra.
"Iya deh gak papa coba dulu..." jawab Sandy. Allea terlihat ingin berpendapat lagi tapi Sandy mengangguk. "Udah gak papa Al, coba dulu aja ya.." katanya melihat ke khawatiran Allea.
"Iya Al, dulu pernah koq sebelum ini, aq bantu mapala juga yang keseleo kakinya..cepet sembuh koq, percaya deh!" jelas Putra.
pAllea menghela nafas pasrah, perlahan Putra mulai meluruskan kaki Sandy ,diangkatnya dulu ke atas lalu ke bawah. Sandy terlihat sedikit meringis, Putra melanjutkan gerakannya ke samping kanan lalu kiri. Melihat reaksi Sandy yang tak begitu kesakitan Allea agak tenang, ia pun berdiri bermaksud mengembalikan kotak obatnya. Bersamaan dengan Putra yang menarik kaki Sandy ke depan.
"ARGGHH...!!” teriak Sandy sekuat tenaga merasakan sakit kakinya ditarik. Reflek ia menggenggam tangan Allea, Allea menoleh kaget dan reflek menyambutnya.
"Astaga Kak!! Putra, ini gimana koq malah jadi kesakitan gini sih?" Allea panik. Diletakkannya lagi kotak P3K nya.
Sandy masih mendongakkan kepala merasai sakitnya sambil berdesis dan mengaduh. Wajahnya sampai memerah dadinya berkeringat. Allea mulai khawatir.
"Kak...kamu gak papa? Kak..?!" Sandy tak menjawab Allea hanya menggeleng agar Allea tak panik, tangannya pun masih menggenggam tangan Allea. Allea mengusap dahi Sandy yang berkeringat.
"Tenang aja Al, pangeran kamu gak aku apa-apain" goda Putra. Allea tersipu. "Tunggu sebentar deh, pasti baikan" lanjut Putra.
Nayla dan beberapa anak lain mendekat mendengar Sandy berteriak.
"Kenapa kak Sandy ,Al?" tanya Nayla.
"Gak tau ini tadi baru dibenerin urat kakinya, tapi koq malah kesakitan..." jawab Allea.
Nayla mengulum senyum melihat Sandy dan Allea masih berpegangan tangan. Allea tersadar diperhatikan Nayla, perlahan ia melepas tangan Sandy yang mulai mengatur nafas lebih teratur. Putra membimbing Sandy meluruskan kakinya.
"Aku ambilin minum ya kak.." tawar Allea.
Sandy mengangguk, Allea segera berlalu. Ia berjalan ke tempat peralatan minum diletakkan tak jauh dari tempat Sandy.
Terlihat Allea membawa botol minum Sandy yang kosong.
"Enak ya jatuh dari pohon...di ambilin minum, boleh pegang tangan, jalan aja sambil dipeluk.." celetuk Andre yang sudah ada disampingnya.
"Apaan sih Dre..? Kak Sandy kan jatuh karena nolongin aku ambil drone tadi.." jawab Allea. Andre mencebikkan bibir sambil manggut- manggut.
"Kalo tadi aku yang jatuh kamu kaya gini juga gak?"
"Tergantung!" jawab Allea cepat.
"Tergantung apa?"
"Tergantung kamu jatuhnya modus apa enggak..", kata Allea membuat Andre terkekeh geleng-geleng kepala. Allea terlihat akan mengangkat galon berisi setengah air minum ke atas meja kecil.
"Eeh...cewek jangan angkat berat-berat, gak bagus!" Andre segera mendahului mengangkat galon ke meja. Allea angkat bahu.
"Emang tau darimana?"
"Aku pernah baca di artikel, kalo cewek sering angkat beban berat itu gak bagus buat rahimnya.." jelas Andre. Allea membulatkan bibirnya mengangguk. Padahal ia pun sebenarnya sudah tau cuma gak nyangka aja Andre juga paham hal itu.
"Tapi kan ini galonnya gak penuh?" bantah Allea sambil mengisi botol Sandi dengan pompa elektrik galon.
"Ya tetep aja berat, kan aku sebagai 'calon penanam saham' gak bisa diem aja liat-"
"Andreee...mulutmu!" bisik Allea menyela mendengar Andre berkelakar. Andre terkekeh.
Sandy terlihat mendehem tapi tak menoleh, ia mendengarnya meskipun sembari ngobrol dengan Putra. Rasanya ia ingin lari menonjok muka Andre.
"Awas kamu ngomong aneh-aneh lagi!" ancam Allea lalu pergi memberikan minum Sandy. Andre cuma cengengesan, jelaslah ia sengaja ngomong begitu untuk membuat Sandy merasa gerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Hulapao
iyaa benerr sandyy
2022-10-13
1
Rini Antika
hemmm Pangeranku..😜
2022-09-14
1
Rini Antika
tanya hatimu sandi..🤭
2022-09-14
1