"Jauh banget sih mikirnya" potong Sandy tertawa. "Lulus aja belom, koq udah mikir sampai nikah. Tapi kalo buat aku point paling penting tu ya..yang diajak nikah mau gak?" Kata Sandy mendekatkan wajahnya ke Allea. Ia memandang Allea serius membuat Allea memalingkan wajahnya yang memerah.
"Hah?! Koq nanya aku sih..tanya tu ya ke orangnya dong.." jawab Allea sedikit salting.
"Ya ini udah nanya.." jawab Sandy cepat sambil melipat tangannya.
"Bercandanya gak lucu!"jawab Allea memalingkan mukanya yang tersipu.
"Siapa yang becanda, aku tuh.." kata Sandy terjeda karena terdengar ponselnya berbunyi. Sandy melihat layar hp yang ada di mejanya, nomor tanpa nama. Dibiarkannya ponsel berbunyi.
"Koq gak diangkat? Kenapa?" tanya Allea melirik Sandy yang menggaruk alisnya.
"Gak apa-apa...males aja"
"Emang siapa sih?" tanya Allea mendadak kepo.
Tiba-tiba ada suara bell pintu berbunyi. Sandy pun beranjak membukakan pintu. Ternyata kakak Sandy dan suaminya sudah pulang. Nando suami Serly menurunkan belanjaan mereka dan membawanya masuk lewat pintu garasi.
"Masih tidur ya? Dio gak rewel kan?" tanya Serly.
"Gak rewel tapi ribet!" tandas Sandy. "Anak kamu numpahin kopi di kertas skripsi aku tadi kak mana mainan disebar kemana-mana lagi..." lapor Sandy. Kak Serly terkekeh, mereka berjalan keruang tengah.
"Yaa...maklumlah namanya juga bayi, harus sabar...itung-itung latihan ya kan.." kata Serly. Sandy melengos. "Eh ini siapa, pacar kamu?" goda Serly melihat Allea. Sandy dan Allea saling pandang.
"Ini Allea kak temen kampus, kalo sekarang masih temen ,belum jadi pacar.." Sandy memelankan suaranya diakhir kalimat. Allea tersenyum menyalami Serly.
"Ya ini patner aku pas jagain Dio tadi, sampai aku paksa datang kesini lho, kalo gak ada dia, beuhh...bisa dobel stress aku kak!" kata Sandy lagi. Serly tertawa.
"Gak usah lebay deh" bisik Allea menyenggol Sandy.
"Emang bener koq..tadi kan kamu yang bisa bikin Dio tenang terus tidur lagi" sahut Sandy.
"Aduuh...maaf ya Allea, Dio ngrepotin kamu ya.." kata Serly merasa tak enak hati.
"Enggak koq kak, namanya juga anak kecil" jawab Allea tulus.
"Makasih ya Allea udah bantu jaga Dio ,maaf perginya jadi lama soalnya tadi ketemu teman suami terus diajak makan sekalian.." jelas Serly. "Oiya kalian udah makan belum?" lanjutnya.
"Ehm..."
"Emm...kita mau makan diluar aja kak, ya kan Al?" jawab Sandy menyerobot sambil mengkode Allea agar mengangguk. Allea pun menurut.
Serly tau maksud adiknya ,ia paham cara Sandy memandang Allea tidak seperti teman biasa. Sepertinya adik lelakinya itu sedang jatuh cinta. Allea sepertinya juga gadis yang baik, batin Serly. Ia pun menyilakan mereka pergi. Allea pun sekalian pamit pulang setelah mereka pergi makan nanti.
Sandy membawa Allea makan diresto dengan view sawah yang hijau dan matahari terbenam. Allea suka tempat itu. Mereka pun memesan makan dan menikmatinya sambil sesekali mengobrol. Allea menyantap dessertnya setelah menghabiskan steaknya.
"Kak... belum jadi cerita kan, tadi yang nelpon siapa pas kita ngobrol dirumah kamu..?" tagih Allea sambil menyuap salad buahnya.
Sandy mendehem lalu menyandarkan punggungnya dikursi. Ia menatap Allea sekilas.
"Sebenarnya yang telpon tadi itu, Amira.."
"Hah?" sahut Allea kaget tapi entah kenapa hati kecilnya ada perasaan tak suka.
"Iya Al, dari waktu ada kegiatan camping itu, gak tau kenapa dia jadi sering nelpon, tapi...jarang aku angkat" jelas Sandy datar.
"Kenapa gak diangkat kak, siapa tau mau ngobrol penting kan?"
"Udah pernah sih aku angkat tapi ujung-ujungnya dia minta ketemuan..gak tau juga mau apa?"
"Terus?" selidik Allea penasaran. Sandy cuma mencibir sambil angkat bahu. "Ya kan gak ada salahnya kak ketemu, mungkin ada yang mau dia sampaikan, dia nyesel mungkin...atau pengen di deketin lagi kali.." goda Allea. Sandy mendengus tertawa kecil.
"Kalo boleh ngomong jujur, aku udah tutup buku Al sama dia...dari beberapa hari dia nolak aku waktu itu, nomornya aja aku hapus..yaa biarpun masih agak hafal tapi seenggaknya kan gak muncul namanya.." jawab Sandy menerawang.
"Emang gak ada sisa rasa gitu?" goda Allea.
Sandy menggeleng. "Aku udah mutusin buat stop, gak mengharap dia lagi, biarpun sekarang dia datang lagi kaya ngasih harapan tapi hati aku udah gak bisa Al, dulu aku terlanjur kecewa..." Sandy meneguk lemon tea miliknya. "Lagian..sekarang udah ada yang bikin hati aku nyaman koq" lanjutnya.
"Oh ya, emang siapa?" kejar Allea makin penasaran. Ia makin ingin tau dan memastikan siapa seseorang itu.
"Yaa..yang sekarang di depanku!" jawab Sandy menatap Allea.
Allea berdecak. "Kak, yang bener dong ,aku nanya serius!"
"Aku juga serius Al...gak tau mulai kapan aku ngerasa nyaman kalo didekat kamu, gak tau kenapa pokoknya rasanya ayem aja kalo lagi sama kamu, bahkan aku juga cemburu kalo liat Andre dekatin kamu.." kata Sandy membuat Allea menunduk tersipu. "Al...boleh gak aku sayang kamu??" lanjut Sandy memegang tangan Allea.
"Apa kak? Maksudnya gimana?"
Antara kaget, senang tapi juga tak menyangka. Allea ingin memastikan ia tak salah dengar.
"Aku pengen bisa jagain kamu, aku pengen jadi bagian dari hati kamu..gimana, boleh?" tanya Sandy ,kini dua tangannya menggenggam tangan Allea.
Perasaan Allea senang banget tapi ada sedikit rasa khawatir kalo Sandy menyatakan perasaannya hanya untuk membuat Amira berhenti mengganggunya. Hanya sebagai pelariannya saja. Tapi Allea menepis pikiran itu, Sandy sudah berusaha jujur tentang Amira dan rasa dihatinya saat ini.
Kejadian itu pun juga sudah beberapa bulan berlalu ,sepertinya bukan karena pelarian rasa. Sandy terlihat tulus dan bukankah ia juga merasa nyaman dengan semua perhatian Sandy selama ini? Allea menghela nafas, ia menyangga kepala dengan tangan kirinya sambil tersenyum tipis.
"Al...kamu gak harus jawab sekarang, aku juga gak mau maksa, tapi...tolong kamu pikirkan ya" kata Sandy melihat Allea sedikit galau. Ia mengusap punggung tangan Allea lalu mengecupnya. Jantung Allea berdegub cepat. Allea cuma mengangguk tersenyum.
"Terus kapan kira-kira aku dapat kepastian dari kamu?" kejar Sandy. Allea tersenyum lagi lalu terlihat berpikir.
"Mm...gini aja, entah besok atau lusa misal aku bawain makanan kesukaan kamu berarti aku...terima kamu" kata Allea tertunduk malu.
"Okey, deal!" sahut Sandy semangat. "Tapi kalo kamu nolak, tandanya gimana?" lanjut Sandy.
"Kalo aku nolak...nanti aku cuma mau kasih minum aja ke kamu, gimana?" tawar Allea.
"Okey, tapi kalo bisa kasih makanan aja Al, minumnya biar aku beli sendiri deh.." kata Sandy nyengir. Allea tertawa.
"Berarti gak ada pilihan dong.." jawab Allea sambil menusuk buah dipiring saladnya. Belum sempat ia suap tangan Sandy dengan cepat menuntun tangan Allea menyuapinya.
"Ih..jail banget sih!" sembur Allea tersenyum gemes melihat tingkah Sandy.
Mereka pun kembali menyelesaikan makan lalu Sandy mengantar Allea pulang. Rasanya bahagia banget malam ini buat Allea. Tapi beda dengan Sandy, hatinya ketar-ketir menunggu jawaban Allea. Ada khawatir yang ia rasakan. Biarpun ia lega sudah mengutarakan isi hatinya sebelum Andre. Ia tak peduli ancaman Andre, sekarang yang ia pikirkan cuma jawaban dari Allea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments