Di kedai kopi tak jauh dari apartemen Andre. Ia sudah duduk sambil terus menghisap vapor aroma vanilanya ditemani segelas coffelate. Perasaannya hari ini benar-benar kacau mengetahui kenyataan kalo Allea ternyata sudah menjadi milik Sandy, senior mereka dikampus. Hal itu sama sekali tak terbesit dipikirannya, ia terlalu naif berpikir kalo Allea pasti menunggunya dan mereka bisa bersama lagi. Ia bahkan tak memperkirakan hal lain, hatinya begitu percaya diri hingga malah menelan kekecewaan.
'Gak bisa dibiarkan gini aja,' batinnya.
Selama Allea dan Sandy masih sebatas pacar berarti masih ada peluang. Tentu saja harus dengan cara yang elegan hingga tak ada yang tau niatnya merebut Allea dari Sandy. Persetan dengan status mereka sekarang. Toh mereka juga tak memikirkan hatinya kan? Tapi ia tak bisa melakukan semua niatnya sendiri, ia butuh seseorang yang bisa mendukungnya. Sambil berpikir ia memeriksa kontak di gadgetnya lalu berhenti di satu nama. Andre tersenyum tipis lalu segera menelponnya.
📱'Hallo Kevin, what's up?' tanya suara cewek diseberang.
"Gue pengen ngobrol, bisa ketemu dimana?"
📱'Owh..tumben nyari gue'
"Bisa gak?" kejar Andre.
📱'Bisaa...tapi besok malam aja ya, gue masih ada urusan sekarang'
"Oke, kabari aja kalo lu udah balik"
📱'Okey, see you..' cewek itu menutup telpon bersamaan dengan Andre.
🌺 🌺 🌺 🌺 🌺 🌺
Sore itu setelah sampai dirumah Allea mencoba menghubungi Sandy tapi tak ada jawaban. Beberapa menit kemudian Sandy membalas dengan chat kalo ia masih ada meeting sampai sore. Sandy bilang ia akan telpon balik kalo sudah dirumah. Allea pun menurut, terbayang betapa capeknya Sandy hari ini. Padahal belum resmi bekerja tapi sudah sibuk seperti ini, meskipun tidak tiap hari. Kadang ia kasihan melihatnya sibuk, harus membagi waktu antara menyelesaikan skripsi dan mulai belajar ngantor ditempat papanya. Sesekali Allea membelikannya vitamin agar kesehatan Sandy tetap terjaga.
Malamnya Allea menunggu kabar dari Sandy tapi tak kunjung menelpon padahal malam ini hujan lumayan deras. Allea khawatir kalo Sandy belum tiba dirumah. Hingga akhirnya ia ketiduran sampai pagi. Setelah ia bangun dan memeriksa hp, ternyata semalam ada dua missed call dari Sandy jam sebelas malam. Allea tak mendengarnya semalam karena ia sudah bermimpi.
Selesai mandi ia vidio call ,tak menunggu lama Sandy mengangkatnya. Terlihat Sandy tengah menyiapkan file skripsinya, ia pun terlihat sudah rapi.
"Hai...udah cakep aja jam segini?" sapa Allea menggoda.
Sandy tersenyum. "Iya sayang, nanti mau ke kampus dulu, habis lunch baru ke kantor" jawabnya lalu terbatuk sedikit.
"Owh gitu...maaf ya semalam aku gak dengar kamu telpon, jam sepuluh aku udah tidur, kamu tidur jam berapa?"
Sandy batuk-batuk lagi. "Ya itu habis telpon kamu gak diangkat aku juga terus tidur koq.." jawab Sandy lalu terbatuk lagi. Allea mengernyit.
"Koq batuk sih sayang? Dari kapan, hmm? Beli makanan apa kemarin?" cecar Allea tetap bernada lembut.
"Iya nih, dari kemarin sore kayanya udah gini, aku beli apa ya..perasaan gak mampir beli makanan deh, orang pulang aja kehujanan"
"Hmm...pantesan, emang kamu gak pake mobil kemarin?"
"Enggak, aku pake motor malah lupa bawa jas hujan..tapi gak apa-apa kan pake jaket.." jelas Sandy.
"Gak apa-apa gimana, orang jadi batuk gitu koq.." bantah Allea, Sandy nyengir. "Berangkat ke kampus jam berapa?" lanjutnya.
"Jam delapan sampai kampus, mau bareng?" tawar Sandy. Allea terlihat berpikir. "Tapi ntar gak bisa anter pulang soalnya jam satu aku harus ke kantor papa, gimana?"
"Ya udah gak usah sayang, kita ketemu dikampus aja kalo gitu.."
"Oiya ,kemarin Andre bilang apa? Belum sempat cerita kan?"
"Iya ,nanti sekalian ketemu dikampus ya aku ceritain" jawab Allea.
Mereka pun menyudahi video call lalu sibuk bersiap masing-masing. Allea menyempatkan ke dapur membuat susu jahe untuk ia berikan ke Sandy dikampus. Akan ia bawa dengan termos kecil agar tetap panas saat diminum Sandy nanti. Ia tak tega kadang melihat kekasihnya itu dirumah mengurus dirinya sendiri semampunya tanpa sosok ibu. Meskipun Sandy sudah terbiasa dan ada asisten rumah tangga tapi tidak dua puluh empat jam tinggal disana. Bi Yanti cuma datang jam enam pagi dan pulang setelah menyiapkan makan malam saja.
Sampai dikampus Sandy sudah menunggunya ,ia sudah tiba duluan. Dari jauh terlihat Sandy terbatuk-batuk saat Allea berjalan menghampirinya. Suasana kampus lumayan agak ramai pagi ini. Sandy menoleh saat Allea tiba, mereka saling melempar senyum.
"Udah sarapan?" tanya Allea.
"Udah dong...kamu udah?" Sandy balas nanya.
"Udah juga, tadi sanwich aja..oiya ini aku tadi bikinin kamu susu jahe, diminum ya..biar batuknya mendingan" kata Allea memberikan termosnya ke Sandy. Sandy tersenyum menerimanya lalu menatap Allea.
"Kenapa sih?"
"Gak papa...seneng aja, sekarang ngerasa ada yang ngurusin" jawab Sandy. Allea tersipu.
"Kan cuma bikinin minum aja"
"Ya gak papa, aku seneng koq..makasih ya Al" ucap Sandy tulus. Lalu meminum susu jahenya beberapa tegukan dan mengulanginya lagi.
"Enak gak?" tanya Allea.
"Enak banget, aroma jahe bakarnya kerasa..aku suka" jawab Sandy membuat Allea tersenyum senang.
"Serius?" goda Allea.
"Iya ,serius" jawab Sandy lalu terbatuk. Allea mengernyit sambil mengusap-usap punggung Sandy dan meraba keningnya sekilas. Sepertinya tidak demam berarti cuma batuk biasa, batin Allea lega.
"Kamu gak mau periksa aja kak?" tanya Allea.
"Gak usah, aku cuma batuk biasa koq, nanti malam pasti mendingan...kan udah minum ini" jawabnya mengacungkan termos jahenya.
"Tapi ya jangan capek terus, ntar lama sembuhnya!" pesan Allea.
"Siap nyonya" goda Sandy membuat Allea tersipu. "Oiya gimana kemarin Andre?" sambungnya.
"Ya gitu...", jawab Allea lalu menceritakan pembicaraan mereka kemarin. Ekspresi Sandy datar tapi keningnya mengernyit menyimak cerita Allea. "Berarti gak ada masalah lagi kan? Dia udah tau ,bisa nerima dan vidionya juga udah dihapus" lanjut Allea.
"Tapi koq filling aku gak gitu ya, aneh aja kalo dia langsung bisa terima" kata Sandy.
"Aneh gimana kak?" selidik Allea. "Bener koq kemarin dia cuma bilang gitu"
"Iyaa, maksud aku...kan dia jauh-jauh kesini buat nyari kamu, ya masa segitu fine-nya kamu dimiliki orang..bukan kaya sifat Andre kalo menurutku", jawab Sandy.
"Yaa...gak tau juga sih, memang agak aneh secara dia kalo mau apa pun pasti 'harus', tapi...kemarin dia cuma jawab gitu aja, dia mau hargai pilihan aku, gitu sih katanya.." jelas Allea menirukan perkataan Andre.
Sandy terdiam seperti berpikir, itu tak seperti Andre.
"Oiya, katanya dulu dia pernah ngelarang kamu dekat-dekat aku ya, koq kamu gak pernah bilang kak ke aku?" protes Allea teringat.
Sandy menoleh menatapnya sekilas lalu tersenyum tipis. "Ya buat apa, ntar dikira pengecut, gak gentle..iya kan?" Allea mengulum senyum. "Daripada bilang-bilang mending langsung buktiin aja , kalo memang serius ya perjuangin balik...bener gak sayang?" lanjut Sandy tanpa bernada angkuh.
Allea mengangguk tersenyum meletakkan kepalanya dipundak Sandy lalu Sandy menggenggam tangan Allea.
Bener, jawab Allea dalam hati. Kedewasaan Sandy makin membuatnya kagum. Memang sepertinya ia gak salah pilih. Semoga saja filling Sandy salah dan semoga saja Andre memang bisa menerima kekalahannya.
"Misi! Yang ngontrak mau lewat!" sindir Andre nyelonong didepan mereka.
Allea yang kaget reflek mengangkat kepalanya dari pundak Sandy." Kenapa sih Andre, syirik aja.." sungut Allea.
"Bukan syirik, PMS kali.." sahut Sandy berbisik lalu mereka tertawa. "Ya udah, aku naik dulu ya ketemu dosen, doain bulan depan udah bisa ikut wisuda...biar bisa cepet ngelamar kamu" lanjut Sandy berbisik didekat telinga Allea.
"Aamiin...aamiin...sukses ya" jawab Allea tersipu.
Sandy pun menjauh naik ke ruang dosen pembimbingnya. Allea beranjak berjalan menuju kelas, terlihat Andre didepan toilet pria berdiri sambil melipat tangan di dada.
"Udah selesai bisik-bisiknya?" kata Andre sambil mengiringi Allea berjalan. Allea menoleh menghela nafas. "Ngomongin apa sih? Kalo mesra-mesraan tu jangan dikampus dong.." lanjut Andre.
"Kamu koq jadi kaya paparazi sih, Dre? Gak usah ngurusin orang deh..lagian siapa yang mesra-mesraan?!" protes Allea.
"Ya kalianlah...masa aku!"
"Tadi tu cuma ngobrol biasa kalii...lagian kamu kenapa sih, katanya ikhlas...katanya mau hargai pilihan aku?" kata Allea mengulang kalimat Andre kemarin.
"Ya ikhlasnya gak muncul dadakan juga kalii.."
"Iih...koq labil sih?!" ejek Allea.
"Bukan labil, ini namanya masih proses ngobatin kecewa" sanggah Andre, Allea mencibirnya. "Kalo boleh jujur aku gak rela Al kamu dimiliki Sandy" lanjut Andre menatap Allea serius. Allea balas menatap tajam.
Ternyata benar kata Sandy, mana mungkin juga Andre langsung bisa terima kekalahannya. Tapi seiring waktu ia berharap Andre lebih bisa berpikir dewasa. Karena menurutnya sifat Andre saat ini masih seperti saat mereka SMA dulu.
Mungkin karena faktor sosial juga, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara ia memang cenderung mudah mendapat segala fasilitas yang ia mau. Terlebih orang tua Andre pun pebisnis yang sukses di Surabaya. Sifat Andre inilah yang sebenarnya kurang Allea suka. Ia terbiasa mudah mendapat apa yang ia mau, jadi itu membuat Andre memiliki sifat yang keras kepala dan sedikit egois.
Biarpun dibalik itu ia selalu memberikan perhatian terbaik pada Allea, yang hingga saat ini masih belum luntur. Sebenarnya patut diapresiasi tapi di hati Allea juga sudah luntur juga semua kenangan bersama Andre. Allea yang semakin bisa berpikir dewasa semakin pandai menilai dan melihat pula sisi baik dari cowok lain. Yang bukan cuma perhatian terbaik ia dapatkan tapi juga tujuan mereka berjalan beriringan akan kemana.
"Sorry Al, kalo aku ngomong gini...tapi aku cuma jujur ngomongin perasaan aku sekarang ,aku memang belum rela" kata Andre lagi. Sekarang mereka sampai dikelas.
"Gak apa-apa ,kamu bener mungkin memang butuh proses, tapi aku mau kamu tu dewasa dikit dong mikirnya jangan egois...gak semua yang kamu mau bisa kamu dapatin!" kata Allea menekankan.
Andre menghela nafas panjang lalu mengacak-acak rambutnya sendiri. "Itu bukan egois Allea, itu namanya perjuangan!" sela Andre.
"Ya perjuangan kamu udah selesai! Masa iya udah mentok mau ditrabas juga?!" sahut Allea agak meninggikan volumenya.
"Belum mentok ini mah, kan kamu belum dibuatin buku sama Sandy"
"Buku?" Allea mengernyit.
"Iya, buku nikah...kalo belum ada berarti belum mentok!" jawab Andre menaikkan alisnya sambil tersenyum licik.
"Aargghh....susah ya ngomong sama orang keras kepala, terserah kamu deh!" sembur Allea putus asa lalu meninggalkan Andre menuju mejanya.
Andre terkekeh melihat Allea ngambek. Ia suka melihat wajah sebel Allea yang makin terlihat cantik dan menggemaskan. Beruntung banget Sandy, pikir Andre. Tapi gak papa, sekarang Sandy boleh menang tapi lihat aja, bukan Andre namanya kalo gak berjuang sampai dapat, batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
naumiiii🎈✨
Semangat kakk, mampir lagi diceritaku yaaa kakk
2022-06-22
0