Dua minggu berlalu setelah kegiatan mapala itu. Allea lega luka dan kaki Sandy makin membaik. Meskipun bekas lukanya masih belum hilang. Sandy menuruti perkataan Allea agar periksa ke klinik, syukurlah kakinya cuma terkilir dan tidak ada yang patah. Allea intens menanyakan keadaan Sandy, ia masih saja merasa bersalah. Karena berpikir Sandy terluka seperti itu akibat menolongnya. Padahal Sandy sudah tak mempermasalahkannya.
Selesai kelas dikampusnya Allea menuju kantin bersama dua sahabatnya. Mereka berniat makan siang, tapi Allea cuma memesan burger dan frenfries aja. Allea duduk meletakkan makanannya lalu asik ngemil sambil membuka-buka ponselnya. Sesekali ia celingak-celinguk mencari sosok Sandy. Akhir-akhir ini Sandy terlihat sibuk, mereka jarang bertemu dikampus tapi mereka tetap intens komunikasi. Sandy bilang ia pengen cepat menyelesaikan skripsinya. Selain itu mulai minggu ini secara bertahap Sandy akan mulai diperkenalkan dengan sistem kerja dikantor papanya. Sandy diminta mulai belajar, agar begitu lulus dia sudah mulai terbiasa.
Allea sih mendukung aja, tapi kadang kasian melihat kegiatannya padat begitu. Semalam mereka video call sampai Allea ketiduran pun Sandy masih didepan laptopnya. Entah jam berapa Sandy tidur. Sampai pagi ini Allea juga belum menyapanya, takut mengganggu kalo Sandy belum bangun.
"Al...lihat nih! Aku terima gak ya menurut kamu?" Andre tiba-tiba datang duduk didepan Allea menyodorkan gadgetnya.
"Apa nih? Ditembak cewek?" tebak Allea asal. Andre berdecak.
"Bukan. Baca dulu dong!" seru Andre tak sabar.
Allea pun membaca pesan chat resmi itu. Yang Andre dapat dari salah satu brand minuman kesehatan. Mereka menawari Andre menjadi bintang iklan produk mereka. Allea tersenyum membacanya.
"Udah terima aja, mumpung ada kesempatan juga" kata Allea menyemangati.
"Tapi aku masih belom yakin nih..belum ada pengalaman soalnya" kata Andre.
"Lha ini kamu bisa dapat gini dari sapa?"
"Ini gak sengaja, kapan itu aku anterin sepupu aku mau fashion, taunya disana ada sutradara iklan yang ngeliat, ya udah sore langsung diminta casting...dua hari ini langsung dikabari" cerita Andre panjang.
"Itu bisa lulus casting...berarti udah bagus dong menurut mereka, udah ambil aja Dre..siapa tau passion kamu disini, rejeki kamu juga disini.." kata Allea.
"Tapi jangan bilang-bilang dulu, sama temen kamu juga jangan ya" bisik Andre ke Allea.
"Kenapa?" Allea nyengir.
"Nanti aja biar pada tau sendiri, ya...please!" kata Andre menekankan.
"Cie...cie...calon bintang iklan..." goda Allea.
"Allea...diem.." kata Andre memelas. Allea terkikik.
"Pada ngobrol apa nih sampai cekikan gitu..?" tiba-tiba Nayla dan Rania datang membawa makanan.
"Gak apa, mau beli makan lupa gak bawa dompet" sahut Andre lalu mencomot frenfries Allea. Allea cuma mengulum senyum.
"Ya udah pesen aja sana, nanti aku bayarin" kata Nayla.
"Gak usah Nay, aku makan punya Allea aja" jawab Andre nyengir.
"Gengsi Nay...gak mau dibayarin, kan calon.." Allea menggantung kata-katanya. Andre memelototi Allea membuat Allea menahan tawa.
"Calon apa?"tanya Rania.
"Calon sarjanalah!" celetuk Andre. Ia menyentil jari Allea pelan tanpa dilihat dua temannya. Allea balas menyentil lalu menjulurkan lidahnya. Untung dua temannya sedang asik makan jadi tak menyadari kelakuan mereka. Tanpa Allea tau, dari jauh belakangnya ada Sandy yang memperhatikan mereka. Sandy tadinya berniat menelpon Allea mengurungkan niatnya. Ia hanya bersandar ditembok berdiri sambil melihat Allea tertawa-tawa bersama Andre.
Allea belum tau kalo Andre melarang Sandy mendekatinya lagi. Tapi persetan, Sandy pun berniat memperjuangkan, bahkan ia berniat ingin memiliki Allea bukan sekedar untuk jadi pacar. Liat aja kamu, Andre! Bugh! Sandy memukul tembok disebelahnya lalu berjalan pergi. Dari kursinya Andre melihat Sandy menjauh, tapi ia diam agar Allea tak menoleh. Andre tersenyum tipis melihat Sandy berjalan menjauh. Ia merasa menang, ia merasa Sandy mengingat kata-katanya untuk tak mendekati Allea lagi. Tanpa ia tau apa yang sebenarnya Sandy pikirkan.
🔥 🔥 🔥 🔥 🔥 🔥
📱\[Hari ini aku take iklan, doain lancar ya..\] isi chat Andre siang ini saat Allea lagi rebahan dikamarnya. Allea tersenyum.
📱[Aamiin...good luck ya!] Balas Allea.
📱[Kalo honor turun ntar aku traktir deh, aku beliin apa yang kamu pengen] kata Andre.
📱[Asiiikk...oke deh] balas Allea menutup chatnya.
Ditempat lain Andre tengah bersiap menunggu arahan sebelum take. Ia telah selesai di make up dan memakai kostum khas eksekutif muda, setelan jas abu-abu lengkap dengan dasi yang ditata sedikit kendor. Karena dalam iklan nanti Andre digambarkan tengah pulang kerja lembur tapi tetap fit karena mengkonsumsi minuman kesehatan yang ia bintangi. Ia tak sendiri, ada dua orang lagi yang berperan sebagai teman kantornya.
Andre sedikit gelisah tapi ia mensugesti diri agar tenang. Ia sudah memilih pekerjaan ini, jadi harus profesional agar maksimal. Kalo hasilnya bagus kontrak akan diperpanjang satu tahun, dengan dua jenis produk yang ia bintangi tapi masih satu label. Tentu saja nilainya bukan cuma lumayan untuk mengisi rekeningnya. Andre tersenyum membayangkan nanti bisa membelikan Allea apa yang ia mau dengan penghasilannya sendiri. Semangatnya pun semakin besar.
🌺 🌺 🌺 🌺 🌺 🌺
Sore itu Allea sudah selesai mandi, ia asik nonton tv bersama Arga sambil ngemil.
"Al..hp kamu dimana?" tanya Arga.
"Dikamar mas, kenapa?" Allea balik nanya.
"Kayanya bunyi tuh, coba dilihat" kata Arga. Allea menajamkan telinga lalu beranjak lari ke kamar. Benar aja, tiga panggilan videocall dari Sandy dan 5 chat termasuk dari Nayla.
"My God...kak Sandy sampai nanya ke Nayla ,apa penting banget ya?" gumam Allea lalu menelpon balik Sandy. Satu kali dering langsung diangkat. "Kenapa kak? Sory tadi hp dikamar...".
"Kamu kemana sih Al, duhh..." suara Sandy terdengar frustasi.
"Aku nonton tv diluar, kenapa..kenapa?" Allea penasaran.
"Aku bingung mau minta tolong siapa, kamu bisa ke rumah gak sekarang nanti aku ceritain buruan...urgent!"
"Emang ada apa sih kak? Kamu sakit?" Allea tambah penasaran.
"Enggak ,bukan ,kalo kamu bisa tolong kesini ya, naik ojol aja nanti pulang aku anter...please, bisa gak?" pinta Sandy setengah panik.
"Ya udah, ya udah...tenang dulu kak, aku otw sekarang ya!"
"Ya Al, tengkyu...hati-hati ya.." Sandy memutus telpon.
Tanpa berlama-lama Allea segera berganti pakaian dan pamit ke Arga bersamaan dengan ojol yang ia pesan sudah sampai. Arga cuma mengiyakan sambil terbengong melihat adiknya pergi buru-buru kaya dikejar debcollector.
Lima belas menit kemudian Allea sampai, pintu rumah Sandy terlihat terbuka. Allea menekan bell sambil melongok. Sebentar kemudian Sandy muncul dengan kaos dan celana pendek, ia lalu menarik tangan Allea menuju ruang tengah. Allea bingung tapi semuanya terjawab ketika melihat ruangan itu seperti kapal pecah dengan anak kecil yang berlarian kesana-kesini. Allea menutup mulut dengan kedua belah tangannnya ,ia bingung harus tertawa atau kasihan.
"Tuh liat Al...pusing aku ngadepinnya, belum ada satu jam lho.." lapor Sandy.
Ternyata Sandy dititip untuk menjaga Dio keponakannya ,yang tidur saat mengerjakan skripsi. Lalu Dio yang baru mau berumur satu setengah tahun itu terbangun dan membuat ulah. Kalo soal mengacak-acak mainan Sandy tak ambil pusing, tapi Dio menumpahkan kopi Sandy di kertas skripsinya. Bahkan ada beberapa yang sobek. Mau diprint ulang juga percuma karena Dio selalu mengekori kemana Sandy pergi.
"Ya ampun..." Allea tertawa kecil. "Sabar ya kak, namanya juga anak kecil...kamu gak marahin dia kan tadi?" selidik Allea.
"Ya gak lah, aku gak tega..nanti kalo nangis malah tambah pusing aku.." jawab Sandy merebahkan diri ke sofa sambil memegang keningnya frustasi.
"Emang mama papanya kemana kak?" kata Allea sambil memangku Dio di sebelah Sandy. Tapi Dio melorot turun mengambil mainan.
"Lagi pergi, katanya beli oleh-oleh...besok udah pada balik. Tuh kan, anaknya gak bisa diem Al!" jelas Sandy merebahkan kepalanya di sandaran sofa lalu menghela nafas.
"Ya udah, kamu lanjutin aja mau ngapain sekarang? Biar Dio aku ajak main, dia ini bukan nakal tapi pengen taunya tinggi.." jelas Allea.
Sandy berdecak menghela nafas berat, ia beranjak ke meja membersihkan tumpahan kopi, membuang kertas skripsinya yang sobek. Lalu kembali ke depan laptop lagi mengeprint ulang file yang sobek dan rusak terkena kopinya. Setelah itu melanjutkan mengetik makalah skripsi yang besok harus ia laporkan ke dosen.
Dilihatnya Allea yang masih telaten menemani Dio bermain. Dio sepertinya menyukai Allea, anak itu berceloteh lucu menyebutkan nama mainannya. Allea mengambil kertas dari meja Sandy lalu menggambar banyak jenis binatang untuk Dio sambil mengenalkan namanya. Dio menirukan dengan lucu karena masih cadel bicaranya membuat Allea tertawa. Sandy menoleh kearah mereka lalu tersenyum menambah kekagumannya pada gadis ini.
'Allea...gimana jadinya kalo gak ada kamu tadi, emang hati aku gak salah jatuh cinta sama kamu,' batinnya.
Sandy pun asik memperhatikan Allea tanpa ia duga Allea menoleh ke arahnya. Sandy tergeragap lalu melempar pandangan ke lapotopnya pura-pura fokus mengetik lagi.
Beberapa menit kemudian Dio terlihat rewel memanggil mamanya dan beberapa kali menguap. Allea pun segera menggendongnya. Sandy berdiri mendekati mereka.
"Dio kenapa, jangan rewel dong.." kata Sandy mengusap rambut Dio.
"Kayanya ngantuk lagi ini kak, dikasih susu aja kali ya biar bobo" kata Allea.
"Susunya ASI...emang kamu bisa ngasih?" goda Sandy nyengir.
Wajah Allea memerah lalu mendorong pipi Sandy. "Ya enggak lah kak...apaan sih!" sungut Allea tersipu menahan tawa.
"Ya terus gimana dong..?"
"Ya udah aku ajak ke taman depan teras aja coba..yuk sayang liat kucing disana yuk.." kata Allea membawa Dio keluar. Sandy mengekori mereka berniat ikut keluar menenangkan Dio.
"Kak...kamu selesaikan aja ngetiknya, biar Dio sama aku!" cegah Allea. Sandy pun menurut.
Sesekali diintipnya Allea yang ada di teras. Tampak Dio menyandarkan wajahnya dipundak Allea sambil terkantuk-kantuk terkena semilir angin sore, ia lega melihat keponakannya sudah tenang sekarang. Sandy pun beranjak menuju ke arah printer mengambil kertas filenya. Diluar Allea bersenandung kecil sambil mengayunkan Dio perlahan ke kanan dan kiri. Diusapnya punggung Dio dengan lembut hingga akhirnya mata Dio terpejam. Setelah dirasa cukup pulas Allea membawa Dio masuk.
'Udah tidur?' tanya Sandy tanpa bersuara ketika melihat Allea masuk.
Allea mengangguk sambil mengisyaratkan ke Sandy agar jangan berisik. Sandy lalu membimbing Allea ke kamar kakaknya untuk meletakkan Dio. Mereka pun keluar kamar lalu menjatuhkan diri ke sofa sambil menghela nafas. Mereka saling menoleh lalu tersenyum. Ada rasa lega seperti sudah menyelesaikan satu tantangan.
"Makasih ya Al...Kayanya aku sering banget ngrepotin kamu.." kata Sandy.
"Gak juga koq, lagian ya...kamu tu kak, harus bisa hadapi anak kecil, biasain"
"Emang kenapa?"
"Kan sebentar lagi lulus, langsung kerja..apalagi gantiin papa kamu, pasti disana banyak yang naksir, terus tau-tau nikah kan bakal punya anak.."
"Jauh banget sih mikirnya" potong Sandy tertawa. "Lulus aja belom, koq udah mikir sampai nikah. Tapi kalo buat aku point paling penting tu ya..yang diajak nikah mau gak?" Kata Sandy mendekatkan wajahnya ke Allea. Ia memandang Allea serius membuat Allea memalingkan wajahnya yang memerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments