Jangan Rubah Takdirku
Seorang gadis cantik masih terpaut dengan layar PC yang ada di hadapan nya. Jari-jari lentik nya menekan huruf-huruf yang ada di keyboard dengan begitu cepat. Manik mata nya sesekali bergerak ke kanan dan ke kiri.
Riasan wajah yang sangat natural membuat kesan di wajah nya nampak alami. Jangan lupakan kulit yang putih langsat itu juga membuat dirinya selalu mempesona.
"Nania, sampai kapan kamu mau bekerja terus seperti itu?"
Ucap seorang pria yang kini berdiri di hadapannya.
"Pak Kevin." Ia terkejut mendapati atasannya sudah ada di hadapannya. "Sejak kapan Bapak ada disini? Saya masih mengerjakan bahan materi untuk meeting sore nanti pak." Ujar Nania lagi dengan tersenyum.
Gigi yang berderet rapi dan senyum yang mengembang sempurna. Selalu nyaris membuat Kevin sang pemimpin di Perusahaannya itu terbuai dan terhipnotis.
"Tinggalkan saja dulu, ayo kita pergi makan siang bersama." Ajak nya dengan senyuman.
"Baik Pak." Nania pun bergegas mengikuti Kevin di belakangnya.
Mereka berdua pergi menggunakan mobil ke sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor. Kedekatan Nania dengan Kevin tidak banyak karyawan yang bekerja di Perusahaan Sunrise Textile mengetahuinya.
Kedekatannya berdua memang tidak memiliki hubungan yang spesial. Nania bekerja disana sebagai Sekertaris Kevin selama dua tahun terakhir. Ia bekerja dengan sangat profesional. Sikapnya yang ramah, cekatan, mandiri, bahkan selalu bisa di andalkan oleh Kevin soal pekerjaan.
Nania memang seorang gadis yang tidak hanya cantik, tetapi begitu sempurna. Siapa sangka karena keseharian mereka yang selalu berkaitan dengan pekerjaan, membuat Kevin jatuh hati pada Nania.
Gadis itu sendiri pun diam-diam memiliki perasaan pada Kevin, tapi ia tidak berani mengungkapkan. Baginya ia hanyalah bumi dan Kevin sebagai langitnya. Sangat jauh berbeda dari segi kasta.
Mereka telah sampai di restoran dan nampak sekali banyak pengunjung yang makan di restoran pada saat jam makan siang seperti ini.
"Kamu mau pesan apa Nania?" Tanya Kevin.
"Ehm, saya pesan nasi goreng special saja deh Pak."
"Baik, saya pesan itu juga."
Kevin pun memesan menu makanan dan minuman untuk mereka santap kepada pelayan di restoran itu. "Nan, pulang kerja nanti kamu biar saya yang antar ya." Tawar Kevin menatap Nania yang ada di hadapannya.
"Maaf Pak, tapi itu terlalu merepotkan, saya bisa pulang naik busway seperti biasa." Balas nya dengan senyum.
"Kamu tuh memang selalu mandiri ya dan apa adanya, saya tuh baru nemuin perempuan kayak kamu. Nania asal kamu tahu, itu buat saya semakin kagum sama kamu."
Kevin menatap kagum pada Nania, tentu saja Nania merasa seperti tersambar petir di siang bolong. Hatinya juga tidak bisa di bohongi kalau ia menyukai Kevin, apalagi saat Kevin berkata seperti itu.
"Pak Kevin bisa saja. Saya ini biasa saja lho Pak. Saya sama seperti perempuan pada umumnya." Nania berusaha bersikap biasa saja.
Perempuan mana yang tidak tertarik dengan pesona Kevin yang tampan di usia nya yang sekarang ini menginjak tiga puluh lima tahun.
"Pokoknya saya nanti akan antarkan kamu pulang, dan tidak ada penolakan." Tegas Kevin menatap Nania dalam.
"Hmm, baik Pak. Terima kasih" Balas Nania mau tidak mau ia mengiyakan permintaan bosnya.
"Permisi Tuan, ini pesanan nya." Pelayan itu meletakan piring dan juga gelas yang berisi hidangan makan siang mereka di atas meja.
"Terimakasih Mbak." Balas Nania yang selalu ramah pada siapapun. Lagi-lagi Kevin tersenyum sebelum mereka memulai makan siang nya.
Nania dan Kevin sering melakukan perjalan bisnis ke Luar Negeri maupun Luar Kota. Mereka berdua masih bersikap sewajarnya, meskipun dapat dilihat Kevin selalu memberikan perhatian pada Nania.
Setelah melewati waktu makan siang, mereka kembali berkutat pada pekerjaannya masing-masing. Nampak Kevin memimpin rapatnya sore ini sebelum waktunya pulang. Nania selalu berada di belakang Kevin selaku sekertarisnya.
Saat ini pukul lima sore mereka semua yang berada di gedung PT.Sunrise Textile perlahan berbondong-bondong keluar dari perusahaan. Nania pun sudah berada di basement lahan parkir mobil untuk pulang bersama Kevin.
"Ayo masuk, biar saya antar kamu pulang." Ajak Kevin yang masuk ke dalam mobilnya.
"Baik Pak." Nania juga ikut masuk ke dalam.
Kevin mengendarai mobilnya sendiri, ia jarang memakai supir. Hanya di waktu tertentu saja ia menggunakan supir. Bahkan jika ada pertemuan klien di luar kantor, Nania selalu bersedia menggantikan Kevin untuk menyetir mobilnya.
Sangat perempuan yang cekatan bukan, ia selalu mengerti apa yang atasannya sedang butuhkan. Terkadang Nania juga membereskan apa yang klien butuhkan padahal Kevin belum memberitahu nya. Otak Nania yang cerdas selalu bikin Kevin memukau.
"Bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat dulu?" Ajak Kevin.
Nania mengernyitkan keningnya. "Kita mau kemana Pak?"
"Kalau saya ajak kamu ke pantai sebentar, bagaimana?" Kevin menoleh melihat Nania lalu melihat lurus lagi ke depan karena sambil menyetir.
'Ada apa Pak Kevin mengajakku ke Pantai dulu?' Batin Nania.
"Itu terserah Pak Kevin saja. Jika ingin pergi kesana sebentar tidak apa." Nania berusaha senyum padahal dirinya masih bingung. Tidak seperti biasa nya Kevin mengajaknya pergi di luar jam kerja.
"Kalau kamu keberatan, saya langsung antar kamu pulang saja Nan."
"Nggak kok Pak. Saya tidak keberatan." Balas Nania.
"Baiklah kita kesana." Kevin tersenyum puas.
Ia menginjak pedal gas nya agak lebih cepat sedikit. Desiran suara ombak di pantai sudah terdengar saat mereka sudah tiba di sebuah parkiran di pinggir pantai.
"Ayo turun, kita kesana sebentar." Ajak Kevin melepaskan seatbeltnya.
"Hm iya Pak."
Mereka berdua berjalan di atas tumpukan pasir yang memenuhi pinggiran laut. Nania memegangi sepatu kerja di tangan kanannya. Kevin mengajak nya duduk di tepi pantai.
Udara yang dingin karena hari sudah gelap, tetapi langit malah menunjukan keindahan nya di iringi deru ombak yang membuat suasana hati siapa saja yang ada disana damai.
Ini adalah momen yang menguntungkan untuk Nania, karena sehabis bekerja ia bisa sedikit relax berada di pantai ini. Melepaskan sejenak penat yang ada di pikirannya.
'Sebenarnya Pak Kevin ingin apa mengajakku kesini, tapi malam ini indah sekali. Pantai ini membuat hatiku sedikit damai.'
'Kamu memang cantik banget Nania. Aku akan jadi orang yang beruntung jika bisa memilikimu.'
Kevin menatap Nania yang sedang menikmati pemandangan laut yang ada di depannya.
"Nania, apa kamu mempunyai kekasih?"
Ia pun menoleh ke Kevin. "Sa-saya Pak?" Tanya Nania, Kevin pun mengangguk.
"Saya tidak punya kekasih Pak. Memangnya kenapa Pak Kevin bertanya soal itu?"
Ini kesempatan Kevin untuk menyatakan perasaannya pada Nania. "Nania, saya sudah lama memendam perasaan ini. Aku menyukaimu Nania."
Wuussshh...
Seketika deru ombak nampak nyaring di telinga Nania saat Kevin mengutarakan perasaannya.
'Aduh bagaimana ini? Kenapa Pak Kevin malah menyatakan perasaannya. Aku harus bagaimana? Apa aku harus jujur juga dengan perasaanku, haduh mati aku.'
"A-apa Pak? Pak Kevin ta-tadi bilang apa?"
Saking bergetarnya hati Nania, ia sampai gugup menjawabnya. Jujur saja ini pertama kalinya ia mempunyai perasaan terhadap seseorang, dan orang itu pun memilik perasaan yang sama.
"Nania, aku barusan bilang. Aku menyukaimu." Kevin kembali menegaskan.
Denyut jantung Nania terus saja berdetak, ia bahkan berusaha menetralkan kegugupannya. "A-apa yang Pak Kevin telah katakan?"
Lagi-lagi Nania tidak bisa berekspresi dan menjawabnya. Ia menatap wajah Kevin dengan tatapan yang sulit di artikan. Wajah Nania begitu tegang dan matanya sulit untuk berkedip.
Kevin meraih tangan Nania, "Apa kamu gugup?" Tanya nya lembut.
'Astaga kenapa jadi seperti ini. Ibu apa yang harus aku lakukan sekarang di hadapannya.' Batin Nania meronta.
"Hei, Nania.." Kevin melambaikan tangannya di depan wajah Nania. Gadis itu pun tersadar.
"Are you okay Nania?" Tanyanya lagi.
"Ma-maaf Pak, sepertinya Pak Kevin salah bicara tadi. Bagaimana kalau kita pulang saja sekarang." Nania begitu gugup dan salah tingkah. Ia terlihat gerasak-gerusuk menenteng sepatunya dan berdiri.
Kevin ikut berdiri dan menarik tangan Nania, gadis itu pun yang hendak pergi merasakan tarikan lalu membalikan badannya. Kini posisi mereka saling berhadapan. Sangat dekat sampai tidak ada jarak.
Memandangi wajah Nania begitu dekat membuat hati Kevin bergetar. "Nania, apa yang aku katakan barusan adalah benar."
Saat itu juga Nania benar-benar malu. Ia tidak tahu harus menjawabnya apa. Ini kali pertamanya, ia bingung, rasa nya ingin senang tapi ia kembali tersadar bahwa yang ada di hadapannya adalah atasannya.
"A-aku__"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments