Sebulan berlalu..
Nania sedang mengerjakan laporan di mejanya. Panggilan telepon di meja mengalihkan pandangannya dari layar PC.
"Halo, ada yang bisa Nania bantu?"
"Nania, bisakah kamu ke ruanganku sekarang?" Titah Kevin di panggilan itu.
"Ah baik Pak, saya segera kesana."
Panggilan itu pun terputus, Nania berdiri dan sedikit merapikan pakaiannya sebelum masuk ke dalam ruangan Kevin. Sekilas ia melihat wajahnya di pantulan cermin kecil yang ada di mejanya.
Seperti yang Nania bilang di awal, ia akan menjaga sikapnya saat di kantor. Karena ia tidak mau menautkan hubungannya dengan pekerjaan. Nania sudah berada di ambang pintu ruangan CEO. Ia mengetuk pintu itu dua kali.
Tok.. Tok..
Lalu Nania pun masuk ke dalam, "Ada yang bisa saya bantu Pak?" Tanya nya yang berada di hadapan Kevin.
"Kemarilah sayang, aku punya hadiah untukmu." Pinta Kevin yang masih duduk di kursi kebesarannya.
"Pak, ini di kantor. Saya mohon anda jangan memanggil seperti itu. Saya tidak ingin karyawan yang lain mendengarnya." Nania menampilkan raut wajah yang panik.
"Ayolah Nania, hanya ada kita berdua disini. Tidak ada orang lain, kamu bisa memanggilku seperti biasa saja."
Kevin berdiri dan mengajak Nania duduk di sofa yang ada disana. "Baiklah Kevin. Ada apa kamu memanggilku, dan hadiah apa yang kamu maksud?" Nania duduk berdampingan dengan Kevin.
"Taraaaa... Aku membeli ini untukmu." Kevin mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dari dalam paperbag.
Nania menerimanya dan menatap kotak itu dengan seksama. "Apa ini Kevin? Kenapa kamu membelikan hadiah ini untukku?" Tanya nya.
"Kamu pantas mendapatkannya, Nania. Bukalah kotaknya." Ia tersenyum memandangi Nania.
Dengan perintah dari Kevin, Nania pun membuka kotak itu. Ia nampak mengernyitkan keningnya. "A-apa maksud nya ini Kevin?"
"Itu untukmu sayang."
"Tapi ini berlebihan Kevin, aku tidak bisa menerimanya." Nania memberikan kembali kotak hadiah itu pada Kevin. Hadiah yang berisi kunci mobil beserta buku kepemilikan lengkap dan juga kalung berlian yang sangat indah.
"Kamu selalu saja seperti ini, setiap aku memberikanmu sesuatu. Kamu selalu menolaknya. Kenapa Nania? Aku mohon terimalah ini." Pinta Kevin.
Pasalnya seminggu yang lalu Kevin membelikan Nania sebuah rumah. Tetapi ia menolaknya mentah-mentah. Karena Nania mencintai Kevin dengan tulus, bukan karena kekayaan yang di miliki prianya.
"Maaf Kevin, aku juga tidak bisa menerima ini. Ku mohon jangan memaksaku untuk menerimanya. Aku mencintaimu tulus, dan aku tidak memerlukan ini semua." Nania mengucapkannya dengan sangat lembut sambil menatap Kevin.
Mendengar kalimat yang Nania lontarkan, membuat Kevin semakin jatuh hati pada seorang gadis yang benar-benar cantik hatinya dan cantik parasnya, ya dia adalah Nania.
"Sayang, kamu selalu membuatku terlena akan kelembutan dan hatimu yang cantik. Tapi sekali ini saja aku mohon terimalah ini... Atau aku akan memecatmu!" Jelas Kevin yang sengaja menakut-nakuti Nania.
"Ta-tapi Kevin. Aku sedang tidak bercanda."
Pria itu berpura-pura serius untuk kali ini. Ia lalu beranjak dari sofa menuju kursi kebesarannya lagi.
"Kembalilah ke mejamu. Jika kamu ingin pergi dari kantor ini jangan ambil hadiah itu. Tapi jika kamu masih ingin bekerja disini. Terimalah kotak itu dan aku sedang tidak bercanda."
Kevin berbicara sambil menatap layar PC nya dengan serius. Nania yang mendengar kalimat itu hanya bisa mendengus pasrah. Apa lagi kali ini yang Kevin berikan padanya, mau tidak mau ia menerima kotak hadiah yang diberikan padanya. Karena Nania masih membutuhkan pekerjaannya.
"Baiklah, aku akan menerima ini. Tapi dengan satu syarat."
"Apa itu syaratnya?" Kevin menoleh ke arah Nania.
"Ini yang terakhir kamu memberikanku benda2 berharga ini. Aku tidak mau kedepannya kamu memberiku hadiah-hadiah lainnya. Karena aku juga tidak pernah memberimu apa-apa Kevin."
Nania mengucapkannya sambil menunjukan wajah yang merasa tidak bisa memberi hadiah mahal untuk Kevin.
"Aku tidak memerlukan apapun, hanya cukup kau disisiku." Kevin beranjak dari kursinya menghampiri Nania lagi.
"Nania, maukah kamu berjanji satu hal padaku?"
"Janji? Janji apa Kevin?" Ia juga berdiri dari sofa menghadap ke Kevin.
"Kelak apapun yang terjadi nantinya pada kita dan kamu mengetahui suatu hal. Aku harap kamu bisa mengerti dan terus bersamaku." Ia menggenggam tangan Nania.
"Apa maksud dari perkataanmu Kevin? Aku tidak mengerti apa maksudmu." Nania mengernyitkan kembali keningnya. Ia memang tidak mengerti maksud dari perkataan Kevin.
'Apapun yang terjadi? Mengetahui suatu hal? Sebenarnya apa yang Kevin sembunyikan padaku.' Batin Nania yang menatap Kevin dalam.
"Berjanjilah Nania."
"Maaf, aku tidak bisa menjanjikan apapun untukmu. Tapi perlu kamu tahu, selagi hubungan kita benar aku akan selalu menjaga hubungan kita." Jawab Nania dengan hati-hati.
Ia memang tidak ingin menjanjikan suatu hal yang faktanya ia belum ketahui dengan jelas. Maka dari itu Nania hanya bisa menjawab Kevin apa adanya.
"Terima kasih Nania. Aku menyayangimu." Kevin mencium kening Nania.
...----------------...
Siang ini Nania lebih memilih makan siang di kantin Perusahaan bersama teman kantor lainnya. Ia menikmati menu masakan yang disediakan pihak Perusahaan. Di sela makannya ponsel Nania bergetar dan menampilkan notifikasi pesan masuk di layarnya.
"Nania kamu harus kirimkan uang pada Ibu. Ibu membutuhkan uang 15 Juta untuk mencicil hutang Ayahmu pada Pamanmu."
Nania menghelakan nafas setelah membaca pesan dari Ibunya. Baru saja ia mendapatkan gaji bulan ini. Ibunya sudah meminta uang lagi dengan jumlah yang tidak sedikit. Juga selalu membawa nama mendiang Ayah nya untuk bayar hutang.
"Sebenarnya berapa hutang Ayah pada Paman. Kenapa Ibu selalu meminta uang dengan alasan membayar hutang." Nania bicara sendiri di sela makannya yang berhenti. Wajah Nania terlihat kusut.
"Ada apa Nania?" Tanya Amel.
"Ah tidak kok, bukan apa-apa Mel." Hanya tersenyum yang ia bisa berikan pada temannya untuk menutupi keadaannya.
Selesai makan siang Nania langsung menuju ruangannya. Meja kerja Nania berada di depan ruangan Kevin. Ia menduduki kursi nya dengan lemas.
"Kenapa Ibu hanya mengirimkan aku pesan hanya untuk meminta uang. Apa Ibu tidak pernah mengkhawatirkan aku, aku sehat ataupun sakit Ibu tidak pernah mau tahu. Huft"
Nania menopang dagu nya di atas mejanya. Tak lama Kevin datang dan berhenti di depannya tidak disadari oleh Nania.
"Ehemm.." Pria itu berdehem. Namun Nania tetap tak bergeming.
"Ehemm.. Ehm.." Kali ini ia berdehem dua kali dan berhasil membuyarkan lamunan Nania.
"Astaga Pak Kevin! Ma-maaf Pak. Apa anda memerlukan sesuatu?" Nania terlihat salah tingkah. "Tidak ada. Hanya saja saya melihat kamu seperti melamun. Apa ada masalah?"
Ia tidak mungkin menceritakan masalah kehidupannya pada Kevin. Ia tidak ingin orang lain merasakan iba pada dirinya. "Tidak ada Pak, semua baik-baik saja." Nania pun tersenyum.
"Benarkah?" Tanya Kevin dan Nania mengangguk tersenyum. "Ah iya Nania, mobilmu sudah ada di basement. Pulang nanti kamu bisa membawanya, ia di parkir di sebelah mobilku."
"Baik Pak, terima kasih banyak." Nania menundukkan kepalanya memberi hormat pada atasannya itu.
"Sama-sama Nania."
Hari sudah sore Nania bergegas untuk pulang. Kevin lebih dulu pergi ke basement, hal ini sengaja mereka lakukan agar orang lain tidak terlalu curiga jika memang mereka selalu pulang bersama.
Setelah berada di lahan parkiran Nania mengedarkan pandangannya menuju mobil Kevin. Karena Kevin bilang mobilnya ada di sebelah miliknya.
Mulut Nania menganga, kemudian menutup dengan satu tangannya. Ia tidak percaya apa yang ia lihat di hadapannya kali ini. Sebuah mobil sedan berwarna putih berlogo H ada di depannya. Ia menekan remot kunci nya untuk membuka pintu untuk memastikan kalau memang itu miliknya. Benar saja lampu mobil itu langsung berkedip dan bunyi beep dua kali.
Bagaimana bisa Kevin mengetahui jika mobil yang di berikan padanya adalah mobil impian Nania sedari dulu. "Astaga, apa aku sedang bermimpi?" Ia menepuk-nepuk pipinya dua kali.
"Bagaimana, kamu suka tidak?" Kevin tiba-tiba muncul di belakang Nania.
"Pak Kevin. I-ini mobil yang anda berikan untuk saya?" Tanya nya formal yang masih tidak percaya. "Ya, This is for you, Nania."
Nania masih diam saja, ia masih dalam perasaan yang sangat senang. Entah kenapa di balik kesedihan Nania, Tuhan juga selalu memberikan kejutan yang tak terduga untuknya.
"Ayo, kamu kendarai pulang dengan mobil itu Nania." Titah Kevin menuntun Nania masuk ke dalam mobil.
Sebelum tiba di teras kontrakan rumah Nania. Ia sempat berbicara sebentar pada Kevin di parkiran. Nania mengucapkan terima kasih atas mobil yang Kevin berikan. Kekasihnya bilang kalau mobil ini memang pantas untuknya sebagai apresiasi kinerjanya yang selalu perfect.
Beruntung lahan teras di rumah Nania itu cukup untuk satu unit mobil. Banyak pasang mata yang melihat Nania turun dari mobil mewahnya itu. Tetangga nya banyak yang memuji Nania. Dalam hatinya ia hanya bisa bersyukur dengan keadaannya yang sekarang.
Berharap semoga Tuhan memberikan jalan yang mudah dan juga takdir yang indah dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Diny Julianti (Dy)
jgn dksh uang dulu ibunya, hadehh
2024-09-02
0