Kevin pergi ke Perusahaan Dirgantara, ia menemui sahabatnya Arka. Mereka berdua duduk di ruangan milik Arka.
"Ada apa kau kemari, tumben sekali raut wajahmu kusut." Tanya Arka sembari menyesap kopinya.
"Aku stress karena, Nania." Jawab Kevin menatap kosong pada cangkir kopi yang di pegangnya.
Lalu Arka meletakan cangkirnya, ia sedikit bingung pada sikap dan perkataan Kevin. "Bukankah Nania itu Sekertarismu? Kenapa dengan dia?"
"Dia itu kekasihku, aku sempat memacarinya. Sekarang dia sudah pergi." Jawab Kevin merasa menyesal. Ia mengusap kasar wajahnya seperti kehilangan semangat hidupnya.
"What the fu**.. Kau gila Kevin, kau kan sudah menikah degan Sania." Arka menatap sahabatnya itu yang sedang lesu.
"Hmm aku tahu, aku mencintainya karena dia berbeda dari wanita lain. Bahkan dia berbeda dengan Sania. Aku memang sudah gila, tapi semenjak kehadirannya. Aku merasa seperti orang yang di hargai dan semangatku selalu membara."
Jawab Kevin yang mengingat sikap Nania padanya begitu perhatian dan lembut. Bahkan Nania adalah wanita yang bisa di andalkan. Ia selalu bekerja dengan cekatan dan mandiri. Jauh berbeda dengan Sania yang sibuk pada dunianya sendiri.
Sania tidak pernah menghargai Kevin sebagai suaminya. Istrinya selalu menganggap dirinya lebih pintar dari pada Kevin. Membuat pernikahannya sekarang di ambang perceraian.
Bak Bintang yang sudah tidak mampu berkedip lagi di langit. Kevin sebagai bumi merasa kehilangan pesona Nania di malam hari. Hanya Arka yang mengetahui kisah rumah tangga yang Kevin alami dengan Sania.
"Aku mengerti kau dengan Sania memang sudah tidak harmonis lagi. Tapi kau tetap salah, Vin. Kasihan Nania, aku lihat dia wanita yang baik." Ya begitu lah yang Arka kenal dari sisi Nania.
Kevin menceritakan awal kejadian ia bisa menjadikan Nania sebagai kekasihnya, hingga Nania pergi meninggalkannya pada Arka.
"Lalu aku harus apa sekarang? Aku ingin Nania kembali lagi padaku, Ka."
"Kau tidak bisa memaksakan keadaan, Vin. Kau juga harus mengingat perasaan Nania. Dia melepasmu karena memang dia tidak ingin pernikahanmu hancur dengan kedatangannya. Kau yang salah telah menyeret Nania ke dalamnya. Jadi kau yang harus bisa menanggung semua ini."
Arka tidak ingin Nania menjadi korban dalam permianan gila Kevin, sebagai sahabat yang baik, Arka ingin jalan yang terbaik untuk Kevin.
Masih di ruangan Radit, Nania mencoba mencerna perkataan yang baru saja di lontarkan CEOnya itu.
"Maksud nya saya diterima sebagai Sekertaris, Tuan?"
"Ya, aku ingin lihat kinerjamu selama satu bulan. Kalau kau mampu, aku akan menerimamu bekerja denganku sebagai Sekertaris." Tawaran Radit sangat menggiurkan.
"Tapi jika kau tidak bisa bekerja dengan benar, aku tidak akan menerimamu, cukup hanya satu bulan itu saja." Jelas Radit lagi padanya.
Mata Nania sungguh berbinar mendengar perkataan Radit. Ia seperti di bela dengan Dewi Fortuna. Ini kesempatan emas untuknya. Nania tidak ingin menyiakannya, ia langsung mengangguk dengan cepat.
"Baik Tuan, saya sangat mau. Terima kasih karena sudah memberi saya kesempatan, Tuan." Balas Nania yang sedikit melompat penuh kegirangan.
Radit yang melihat tingkah konyol Nania langsung membuang wajahnya kesamping. "Ya sudah mulai hari ini kamu bisa langsung bekerja. Kembali ke ruangan Riyan, minta dia untuk mengantarkanmu pada Romi, dia yang akan setah terima tugasnya padamu."
"Baik Tuan, saya permisi dulu. Sekali lagi terima kasih." Jawab Nania, ia menundukan kepalanya sebagai tanda hormat pada Radit. Lalu keluar dari ruangan itu membawa kebahagiaan dan menuju ruangan Riyan.
Radit memerintahkan Riyan untuk mengantarkan Nania ke ruangan Romi yang masih menjabat sebagai Sekertarisnya di kantor. Sebelum Romi berangkat ke Amerika, ia akan menyerahkan tugasnya pada Nania dan sedikit membimbingnya.
Seharian penuh Nania bekerja di ruangan barunya bersama Romi, ia mempelajari banyak berkas dan dokumen Perusahaan. Nania juga ikut menghadiri meeting pagi itu bersama para Kolega sebagai pendamping Radit bersama Romi.
Saat jam makan siang, Nania pergi ke kantin untuk makan siang. Sebelum ia pindah bagian, Riyan sudah memberitahukan pada kepala Manager bahwa Nania sudah di pindahkan sebagai Sekertaris Radit dan tidak bekerja lagi di team Marketing.
"Nania.." Tegur Vina yang membawa nampan berisi makanan lalu duduk di sampingnya.
"Kak Vina, sini makan bareng, Kak." Ajak Nania yang menggeser duduknya.
Vina duduk di samping Nania, ia makan siang bersama berdua. "Nania, kamu hebat sekali. Baru dua hari bekerja di teamku, dan hari ini kamu sudah menjadi Sekertaris CEO kami. Aku sangat iri padamu." Ucap Vina lalu menyendokan nasi ke dalam mulutnya.
"Maaf Kak Vina, aku tidak bermaksud untuk meninggalkan team kerjaku termasuk Kak Vina. Jangan marah, kita masih bisa makan siang bersama setiap hari." Senyum Nania begitu tulus. Ia selalu ramah pada setiap orang.
"Baiklah, asal kamu tidak melupakanku. Aku tidak akan marah padamu." Vina membalas senyum Nania, mereka makan siang sambil sedikit tertawa kecil karena saling bertukar cerita.
Sore harinya setelah lelah menghadapi berbagai berkas dan dokumen untuk dipelajari, Nania mengusap keningnya yang sedikit gerah, sedang menunggu bus di halte dekat kantornya.
Mobil Radit melewati halte dan manik mata pria tampan itu menangkap Nania yang berdiri menunggu bus.
"Apa wanita sepertinya benar penggoda suami orang? Kalau dari penampilannya dia seperti wanita baik-baik." Radit berbicara sendiri sambil mengendari mobilnya untuk pulang ke Mansionnya.
"Ah masa bodoh, aku tidak peduli. Kadang penampilan biasa hanya untuk menutupi keahliannya." Ia membuyarkan pikirannya yang tiba-tiba memikirkan Nania.
Sesampainya di Mansion Radit masuk ke dalam, ia bertemu dengan orang tuanya yang duduk di sofa.
"Radit.. Kamu sudah pulang?" Tanya Sandi papa Raditya.
"Iya sudah, Pa." Ia duduk di sofa sambil menggertakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, untuk menghilangkan rasa pegalnya.
"Mandi dulu sana, biar segar. Mama tadi siang buatkan sambal rujak kesukaanmu. Nanti di makan ya.." Kata Mona, dia adalah Mama Raditya.
"Baik Ma, Radit ke atas dulu ya Pa, Ma."
"Iya Nak." Jawab Sandi bersamaan dengan Mona.
Pria tampan itu pun menaiki tangga untuk sampai ke kamarnya. Tampangnya saja yang tampan, gagah dan dingin, tetapi kesukaannya ialah makan rujak buah. Anak dari Mona dan Sandi memang spesial.
Radit benar-benar turun setelah mandi, ia menuju ke meja yang ada di ruang makan yang sangat besar dan mewah itu. Ia menarik kursi dan duduk, lalu membuka tutup saji yang berwarna emas di atas piring. Menampilkan berbagai irisan buah-buahan dan juga sambal rujak yang sangat menggoda.
Pilihannya jatuh ke sepotong mangga dan ia colekan pada sambal itu, lalu menyantapnya sambil memejamkan mata.
"Hmm.. Enak... Sambal Mama memang yang terbaik." Air liur Radit bahkan sampai di sesap habis menikmati rujak buatan sang Mama.
"Ssrrpp.."
Tiba-tiba saja bayangan wanita yang memohon untuk di jadikan sebagai Sekertarisnya itu menghantui pikiran Radit.
"Cih, sepertinya dia memang penggoda. Beraninya dia masuk ke dalam pikiranku. Apa doa nya dia malam itu di kabulkan, Tuhan? Makanya bisa bertemu lagi denganku. Sungguh si**al."
Radit kembali mengingat kejadian di mobil bersama Nania pada malam itu, dimana ia menolong Nania dan di antarkan pulang ke Hotel. Nania bilang padanya semoga kita bertemu kembali. Sepertinya Tuhan mengabulkan doanya dengan tepat, bukan malah bertolak belakang seperti yang Nania katakan.
"Radit, kamu ngomong sama siapa?" Mona menepuk bahu Radit dari belakang.
"Ah, bukan apa-apa kok, Ma." Ia kembali menyuapkan lagi buah ke dalam mulutnya.
"Gimana? Rujak bikinan Mama selalu enak kan?" Tanya Mona yang beralih duduk di sebelah Radit.
"Always Ma.. Sambal bikinan Mama tiada duanya." Radit memberikan dua ibu jari kepada Mamanya. Ia begitu menikmati rujak buah itu sampai habis.
Menyantap rujak adalah hal yang bisa melepaskan penat di otaknya sebanyak lima puluh persen bagi Raditya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments