Malam ini Nania memandang foto di galeri ponselnya sambil duduk di dekat jendela kamar yang terbuka. Ia hendak menghapus foto-foto dirinya bersama Kevin pada masa itu. Karena semuanya adalah yang terbaik untuk bertahan melanjutkan hidup dan melupakan yang pernah terjadi.
Ia tidak pernah menyesal bertemu dengan Kevin, dia hanya menyesal karena tidak mengetahui lebih dulu bahwa Kevin sudah menikah.
Biarlah yang sudah terjadi berlalu, di ponselnya menampilkan sebuah tulisan 51 Foto akan dihapus, Ya atau Tidak? Lalu Nania menekan Ya, dan foto itu terhapus. Ia menghela nafasnya dengan pelan.
Foto saat ia sedang makan bersama, di dalam mobil, pergi ke tempat hiburan, juga foto saat di ruang meeting dan di ruangan Kevin, semua sudah terhapus hilang tanpa jejak.
"Aku berharap pernikahanmu tetap baik-baik saja, dan kamu bisa melupakanku, Kevin." Ucapnya tetap mendoakan yang terbaik untuk Kevin.
Tak lama bunyi pesan masuk di ponselnya, lalu Nania membacanya. Terdapat nomor tidak ada namanya mengirimi Nania pesan.
"Jangan lupakan waktumu untuk bayar tinggal dua hari lagi, Nania. Atau hidupmu tidak akan pernah bebas!!"
Begitu isi pesan yang dikirimkan Sania untuknya. Nania hanya bisa pasrah dengan takdir yang sudah di buat untuknya. Inikah takdir yang ia harus jalani sekarang, mengapa terasa berat dan menyakitkan.
"Dimana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu dalam dua hari ya Tuhan.." Jawab Nania seperti putus asa.
Ia lalu memandang langit yang di penuhi bintang malam ini, berharap ada keajaiban yang datang padanya. Nania memejamkan matanya menghirup udara malam, melepaskan semua beban yang ada di pikirannya.
Sania menampilkan senyum smirk setelah mengirim pesan pada Nania. Ia kemudian menghampiri Kevin yang duduk di tepi ranjang sedang memainkan ponselnya.
"Kevin, anak-anak minta liburan ke Bali. Bagaimana kamu setuju tidak?" Tanya Sania berpura-pura jika anak mereka yang meminta liburan.
"Aku sedang sibuk dengan urusan kantor, sepertinya tidak bisa. Kalau kamu ingin pergi bersama anak-anak, pergilah." Jawabnya dengan datar.
Sania jelas mengepalkan tangannya, semenjak kehadiran Nania. Kevin memang banyak berubah, ia sudah tidak pernah peduli lagi dengan semua yang Sania lakukan.
"Kamu itu kenapa sih? Kamu pasti masih memikirkan wanita murah**an itu, iya?!! Jawab aku Kevin!!" Marah Sania tidak bisa menahan lagi amarahnya.
Pria yang duduk di tepi ranjang itu tidak sama sekali melihat istrinya. "Terserah kamu mau bilang apa. Sudah aku katakan tidak usah mencampuri urusanku. Nania itu tidak bersalah, aku yang salah. Jadi jangan pernah kamu bilang bahwa dia wanita mura**han!!" Ucap Kevin yang awalnya biasa namun di akhir membentak Sania dengan keras.
Tentu saja hati wanita tidak bisa di bentak, bagaimana pun hati Sania tidak akan bisa menerima jika suaminya selingkuh di belakang dirinya. Hati Sania merasakan kecewa. Ia tidak mau kehilangan Kevin dalam hidupnya.
"Kamu jahat Kevin." Balas Sania menangis lalu keluar dari kamarnya. Ia tidak sanggup mengambil hati Kevin agar seperti dulu lagi.
Pada kenyataannya sebuah penyesalan memang selalu datang terakhir. Andai saja Sania tidak pernah berubah sikapnya, Kevin takan berpaling hati darinya.
Hari telah berganti, pagi ini Nania sedang duduk di bus sambil mendengarkan musik dengan Headset di telinganya. Ia memutar lagu yang ada di file favorite nya. Alunan musik itu seakan terdengar dan ikut merasakan apa yang hati kecil Nania rasakan.
When I was young
I never needed anyone
And making love was just for fun
Those days are gone
Living alone
I think of all the friends I've known
But when I dial the telephone
Nobody's home
All by myself
Don't wanna be
All by myself
Anymore
Hard to be sure
Sometimes I feel so insecure
And loves so distant and obscure
Remains the cure
All by myself
Don't wanna be
All by myself
Anymore
Lirik dari lagu Celine Dion itu memang menghanyutkan perasaan Nania, tak lama bus yang di tumpangi Nania berhenti di dekat kantornya. Ia pun bergegas turun dan masuk ke dalam gedung tinggi pencakar langit itu.
Ia melirik ruangan Radit sebelum duduk di kursinya. Tidak lama Romi pun ikut datang, ia juga baru sampai di kantor.
"Nania.. Kamu lagi cari Tuan Radit?" Tegur Romi, pria berusia 32 Tahun itu mengagetkan Nania.
"Astaga.. Maaf Pak, saya kira siapa. Hmm, tidak.. Saya hanya ingin lihat apa Tuan Radit sudah datang atau belum." Jawabnya jujur.
Lalu mereka berdua duduk di mejanya bersampingan, karena Nania masih dalam bimbingan Romi sebelum di tinggal ke Amerika. Jadi ia masih dalam tahap serah terima tugas dari Romi.
"Gimanan Nan, kamu sudah ngerti kan sama tugas-tugas kamu sebagai Sekertarisnya Tuan Radit? Kamu juga jangan lupa pelajari dokumen di lemari berkas sana ya." Unjuk Romi ke arah lemari susun di belakang sudutnya.
"Saya sudah cukup mengerti, Pak. Baik, nanti akan saya pelajari dokumen yang ada di lemari itu." Jawab Nania dengan lembut dan senyum di wajahnya.
"Syukurlah, nanti jika saya sudah tidak disini. Kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi saya ya. Atau kamu juga bisa tanya sama Pak Riyan." Jelas Romi sambil menyalakan komputer tipis di depannya.
"Baik Pak, terima kasih. Anda tidak perlu khawatir." Balas Nania.
Di sela pembicaraan mereka Radit datang dengan setelan jas berwarna hitam dengan balutan kemeja salur warna hijau di dalamnya. Ia begitu tampan, fresh, wajahnya benar-benar mulus tanpa jejak. Apa dia rajin perawatan karena Perusahaannya berhubungan langsung dengan kosmetik dan kecantikan.
Romi dan Nania langsung berdiri menyapa Tuannya dan membungkukkan badannya sebagai salam hormat.
"Selamat pagi Tuan." Sapa mereka berdua, tapi Radit hanya masuk saja tanpa menjawab.
'Sombong sekali dia. Menjawab saja tidak, bahkan melirik ke arah kami saja tidak. Apa dia memang dingin seperti itu?' Batin Nania kesan pagi ini pada Radit.
Pagi ini mereka akan menghadiri rapat mengenai produk terbarunya yang akan launching minggu depan.
Semua karyawan yang bersangkutan juga para petinggi di Perusahaan itu ikut serta dalam meeting pagi ini. Nania dan Romi sudah duduk di kursi terpisah selaku Sekertaris Radit. Nania akan mencatat ringkasan dari meetingnya nanti.
Sedangkan Radit sudah duduk di kursi paling ujung untuk memimpin meeting, dan mic di nyalakan oleh Riyan. Semua orang sudah duduk mengelilingi meja berbentuk persegi panjang dengan kursi empuk dan mewahnya.
"Selamat Pagi." Sapa Radit dan semua menyapa balik.
"Baik, meeting kita pagi ini akan di mulai. Mengenai produk terbaru yang akan kita luncurkan minggu depan, saya akan menanyakan persiapan kalian semua." Kalimat yang baru saja di lontarkan Radit cukup panjang, tapi cara bicaranya sangat dingin.
Semua terlihat serius dan tidak ada yang main-main. Termasuk Nania yang terus memperhatikan cara kerja Radit yang begitu tegas, sedari tadi pemilik Diamond Glow Cosmetics itu berbicara pada rekannya membahas point penting.
"Saya yakin produk yang satu ini akan berhasil, dan tembus sampai ke seluruh Negeri." Ucap Radit lagi di sela meetingnya.
Persaingan ketat dalam dunia perbisnisan memanglah kejam, apa lagi saingan produk kecantikan sangatlah banyak.
"Presdir Radit, mengenai kemasan produk yang akan kita luncurkan minggu depan sepertinya nampak sama dengan produk dari Perusahaan Beauty Long Care yang baru saja rilis kemarin." Tanya salah satu Kolega di meja itu.
"Tidak usah takut. Produk kita jelas berbeda, meskipun kemasannya sama, tapi kandungan dari produk, logo produk, dan khasiat dari produk jelas akan berbeda. Dimana kita bisa menggencar produk ini hingga laris di pemasaran. Saya yakin tetap akan berhasil." Jelas Radit dengan cepat dan tidak berkecil hati.
"Baik Presdir, tapi apa kita tidak rubah saja kemasannya?" Tanya kembali dari orang yang berbeda.
"Tidak masuk akal, semuanya sudah 90% dan tinggal luncurkan saja menjadi 100%, kalau di rubah kemasannya, akan memakan dana dan juga waktu lagi. Saya tidak mau. Solusi lain dari kalian apa?" Tanya Radit.
"Bagaimana kalau kita turunkan saja harganya agar peminatnya lebih banyak?" Jawab pria yang duduk di kursi rapat dengan percaya diri.
Radit menyeringai, "Belum menjual produk tapi sudah mau turunkan harga. Kau kira produk kita tidak akan laku? Kau kira produk ini tidak mempunyai harga nilai yang sesuai dengan kualitas? Ingat ya, ada harga ada kualitas. Big No! Itu sama saja kalian tidak percaya diri dengan apa yang sudah kalian kerjakan."
Semua orang langsung terdiam mendengar penjelas Radit yang sangat masuk akal. "Lantas apa yang akan membuat istimewa dari produk ini, Presdir? Agar semua orang langsung tertarik."
"Banyak cara. Bisa dengan kita pakai model international untuk di jadikan brand ambassador, bisa juga kita memberi Slogan 'Jadikan kulitmu sebening kristal dalam 28 hari', Why not? Masukan itu semua dalam point penting." Jawab Radit dengan tegas.
Semua orang mengangguk-angguk mendengar ide cemerlang dari Radit. Nania pun terpesona dengan kepintaran Radit dalam memimpin Perusahaan.
'Pantas saja dia bisa memiliki Perusahaan yang berkembang dan maju, ternyata dia juga orang yang sangat tegas dan teliti.' Batin Nania menganggumi Radit.
Dan meeting itu akhirnya selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments