Bertahan Hidup

Nania dan Kevin sudah berada di dalam mobil saat ini, mereka melanjutkan perjalanan nya untuk pulang. Kevin mengantarkan Nania sampai di depan kontrakannya.

Gadis yang menjabat sebagai sekertarisnya itu tinggal sendiri di sebuah rumah kecil yang ia kontraki sudah lama. Nania melambaikan tangan nya dan tersenyum pada Kevin saat ia sudah turun dari mobilnya.

"Terimakasih karena sudah mengantarkan pulang malam ini." Nania tersenyum.

"Sama-sama, kalau begitu aku pulang dulu. Kamu masuklah ke dalam."

Kevin mengucapkannya pada Nania dari dalam mobil. "Kalau begitu hati-hati di jalan. Selamat malam."

"Hmm baiklah, selamat malam Nania."

Nania masuk ke dalam rumah dan Kevin juga sudah pergi. Begitu masuk ke dalam kamarnya, Nania merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang berukuran single size.

"Apakah ini nyata? Apa ini hanya sebuah mimpi?"

Ia menatap langit-langit yang ada di kamarnya sambil mengingat kejadian beberapa menit lalu saat di pantai.

Flashback On

"A-aku benar-benar menyukaimu sudah lama Nania. Dengarkan apa yang aku ucapkan barusan itu semua jujur." Ucap Kevin kesekian kalinya meyakinkan Nania.

"Ta-tapi Pak, saya hanya perempuan biasa. Tidak mungkin anda mempunyai perasaan yang lebih pada saya." Nania melepaskan tangannya yang di genggam oleh Kevin.

Pria itu menatap Nania dengan tersenyum, "Lalu kalau aku menyukaimu, apa aku tidak boleh mengutarakannya? Pada kenyataannya aku memang menyukaimu, Nania."

"Maukah kamu menjadi kekasihku Nania?"

Kevin menggenggam kembali tangan Nania, ia sangat berharap sekali agar gadis yang sedang di tatapnya menerima pernyataan perasaannya.

"Sebenarnya, saya juga menyukai Pak Kevin sejak lama. Tetapi saya menganggap perasaan itu tidak nyata karena saya sadar akan diri saya, Pak." Nania mencoba memberanikan diri menatap Kevin. "Dan juga saya tidak menyangka jika anda akan mempunyai perasaan yang sama terhadap saya. Suatu kehormatan untuk saya."

Ia menundukan kepalanya seakan memberi hormat pada atasannya. Lalu ia kembali menatap Kevin. "Tapi ada kala nya Pak Kevin memikirkan kembali ucapan yang baru saja anda katakan. Mungkin itu salah Pak, maaf."

"Dimana letak kesalahannya? Tolong beritahu aku." Kini Kevin sudah bicara yang tidak formal lagi pada Nania.

"Apakah aku tidak pantas untukmu, Nania?"

"Bu-bukan begitu Pak Kevin, anda sudah salah paham. Justru saya yang seharusnya berkata seperti itu."

"Aku menyukaimu, tidak perduli kamu siapa dan berasal darimana. Maukah kamu menjadi kekasihku?"

Nania pun menganggukan kepalanya. "Terima kasih Nania."

Pria itu memeluk Nania begitu lama. Nania pun merasakan gugup yang luar biasa, ini kali pertama nya mempunyai seorang kekasih. Tidak ada yang sangka jika dirinya akan menjadi kekasih seorang pemimpin di Perusahaannya.

"Baiklah, mari kita pulang. Sekali lagi terima kasih Nania."

"Sama-sama Pak Kevin." Balas Nania yang masih canggung.

"Oh ayolah, jangan memanggilku dengan sebutan 'Pak' lagi Nania."

"Lalu saya harus memanggil anda apa Pak?"

Kevin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Nania memang cerdas, tetapi soal urusan cinta ia terlalu kaku di mata Kevin. Tapi itulah yang di sukai olehnya. "Panggil saja Kevin, dan tidak perlu berbahasa yang formal lagi." Titahnya.

"Tapi itu menurut saya kurang sopan Pak, dan bagaimana kalau orang kantor tahu saya berbicara yang santai dengan anda." Tanya Nania.

Kini mereka berdua sambil berjalan di tepi pantai, Kevin mengenggam tangan Nania sambil berjalan. "Biarkan saja orang kantor tahu. Aku tidak mempermasalahkan itu."

"Saya sungkan jika seperti itu Pak."

"Baiklah jika kamu sungkan, kamu boleh bersikap formal hanya di kantor saja. Jika kita hanya berdua aku ingin kamu bersikap yang biasa saja padaku. Jangan memanggil ku dengan sebutan 'Pak' lagi dan juga jangan berbicara 'Saya' dan 'Anda' lagi."

Nania pun setuju dan menganggukan kepalanya. "Baiklah aku setuju Ke-Kevin."

"Nah, begitu aku lebih suka. Ayo kita makan malam dulu sebelum pulang." Ajak Kevin, dan mereka lalu makan malam sebelum pulang.

Flashback Of

Nania tersenyum sendiri di kamar, malam ini begitu indah. Momen yang tidak pernah ia alami selama hidupnya. Ternyata ini semua mampu membuat hatinya merasakan senang, seperti mendapat semangat baru dalam hidupnya.

...----------------...

Pagi menjelang terlihat Nania sudah rapih dengan setelah kemeja berwarna coklat muda dan juga rok span selutut berwarna hitam. Ia bercermin merias wajahnya sedikit agar terlihat fresh.

Kulitnya yang putih, hidungnya yang mancung. Serta bibirnya yang merah alami dan tubuhnya yang proposional dengan tinggi 168cm, membuat Nania seperti seorang yang terlahir dari bangsawan.

Ponsel yang berada di atas meja riasnya berdering. Terlihat nama Ibu berada di layar ponsel, Nania pun meraih benda pipih itu dan mengangkatnya.

"Halo Ibu, ada apa Bu?" Tanya Nania dengan lembut.

"Halo Nania, kamu harus kirimkan Ibu uang lagi. Pamanmu menagih hutang Ayahmu pada Ibu. Ibu tidak mempunyai uang." Jawab Yanti dari seberang sana.

Baru saja semalam ia merasakan kebahagian, kini ia harus merasakan sedikit kekecewaan pada hatinya. Berharap Ibu yang menelponnya sekarang menanyakan kabarnya. Tetapi sang Ibu malah selalu meminta uang padanya, lagi dan lagi.

"Ibu, maaf. Bukannya kemarin Nania sudah mengirimkan uang kepada Ibu?" Wajah Nania sedikit sendu.

"Hei, Nania! Kamu tidak mengerti kalau Ibumu ini tidak bekerja? Ibu sendirian di kampung. Apa Ibu harus menanggung hutang Ayahmu sendirian? Kau jadi anak jangan perhitungan ya sama orang tua sendiri." Ketus sang Ibu di pagi hari.

Mata Nania sudah berkaca-kaca dan air mata lolos begitu saja di pipi nya yang baru saja ia rias. "Maaf Bu, bukan begitu maksud Nania. Baiklah akan Nania kirimkan uangnya. Ibu perlu berapa uangnya? Aku tidak memiliki banyak uang, Bu."

"Ibu perlu 10 juta. Kirimkan pada Ibu hari ini, kalau bisa pagi ini juga." Titah Yanti.

"A-apa Bu? 10 juta? Ba-baiklah Bu. Nanti akan Nania kirimkan." Jawab Nania menahan tangisnya.

Tut..

Yanti memutus sambungan teleponnya begitu saja. Nania menangis tersedu-seduh. Semenjak kematian sang Ayah. Nania memutuskan merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan sambil kuliah. Karena ia mendapatkan beasiswa kuliah di Jakarta.

Ibunya selalu meminta uang pada Nania, dimulai dari Nania yang bekerja paruh waktu saat kuliah. Bahkan sampai ia lulus pun Ibunya hanya tahu meminta uang. Tidak pernah datang ke Jakarta sekedar menengok dan tidak datang juga pada hari Wisudanya.

Semenjak kepergian sang Ayah, Ibu Nania berubah menjadi orang yang perhitungan dengan dirinya. Nania juga mempunyai seorang Kakak perempuan, tapi entah kenapa Kakaknya pergi meninggalkan ia dan Ibu saat sudah menikah dengan pria yang dia cintai.

Sekarang hanya Nania yang mampu menghidupi keluarganya. Tetapi ia tidak mendapatkan kasih sayang dari sang Ibu. Hanya Ayahnya dulu yang menyayangi Nania.

"Kamu harus semangat Nania.. Ayo, demi Ibu kamu pasti bisa!"

Nania menghapus bekas air matanya di pipi, lalu ia sedikit merapihkan penampilannya di depan kaca. Sesaatnya sampai di dekat area kantor. Nania menghampiri mesin Atm yang mempunyai logo lima kelopak bunga berwarna biru.

Ia memasukan kartu Atm nya pada mesin, lalu menekan kode pin untuk membukanya. Nania sejenak melihat saldo tabungan yang ia punya. Hanya tersisa dua belas juta saja.

Tanpa berpikir panjang yang sebenarnya ia meratapi isi saldonya, Nania mengirimkan uangnya kepada rekening Ibunya. Selesai mengirimkan uangnya ia tidak lupa memberitahu Ibunya lewat pesan di ponselnya.

"Ibu, Nania sudah mengirimkan uangnya."

Yanti yang di seberang sana membaca pesan dari Nania begitu senang. "Bagus, teruslah jadi anak yang selalu bisa Ibu andalkan. Ini memang sudah tugasmu." Tukasnya.

Bukannya membalas pesan masuk dari Nania, Yanti memilih langsung pergi keluar rumahnya untuk mengambil uang yang Nania transfer.

Sambil berjalan kaki memasuki gedung Sunrise Textile, Nania masih memikirkan nasib selanjutnya. Ia memang mendapatkan gaji dua puluh lima juta perbulannya. Tapi jika Ibunya selalu meminta uang padanya tanpa jeda. Ini akan membuat Nania kuwalahan.

"Uang yang di minta Ibu tidak pernah sedikit. Apa Ibu disana tidak memikirkan bagaimana aku bertahan hidup disini?" Nania berbicara sendiri di lorong kantor yang sepi.

Episodes
1 Kali Pertama
2 Bertahan Hidup
3 Mobil Impian
4 Rahasia Yang Tidak Ia Ketahui
5 Lorong Putih
6 Nania dan Radit
7 Diamond Glow Cosmetics
8 Mari Kita Akhiri Hubungan Ini
9 Tidak Akan Pernah Melepaskanmu
10 Mendapatkan Info
11 Interview
12 Menyadarkan Nania
13 Kamu Tidak Ingat?
14 300 Juta
15 Satu Bulan
16 Rujak Buah
17 Sebening Kristal
18 Aksi Kejar-kejaran
19 Semuanya Asli
20 Jangan Menggodaku
21 Ini Semua Karenamu
22 Selalu Merepotkan
23 Akan Membuatmu Bertanggung Jawab
24 Kamu Pikir, Kamu Itu Siapa
25 Jengah Dengan Masalah Nania
26 Coklat Muda
27 Terlambat Tiga Menit
28 Menjelaskan Kisahnya
29 Ini Perintah Bukan Untuk Di Bantah
30 Aroma Melati
31 Selidiki Latar Belakang Nania
32 Nania Hilang
33 Penerbangan Pribadi
34 Waktunya Bermain
35 Dear Readers
36 Bonus Dadakan
37 Harus Berhati-hati
38 Serangkaian Skincare
39 Sangat Manis
40 Tiga Juta Untuk Yang Satu Ini
41 Masuk Angin
42 Dokter Tirta
43 Mengantarkan Pulang Delisha
44 Berubah Jadi Ala Western
45 Protes Radit dan Nania
46 Keluarga Lan
47 Penyelamat Tampan
48 Gula dan Garam
49 Tidak Usah Memasak
50 Ruang Laboratorium
51 Tidak Mungkin Bisa Menahan Diri
52 Sudah Berani Bohong
53 Sudah Hentikan!
54 Kehabisan Bensin
55 Terjebak Di Dalam Lift
56 Mi Pedas Viral
57 Disita Selama Satu Minggu
58 Pulang Bersama
59 Sakit Maag
60 Xiaoran dan Teh Kombucha
61 Dia Ikut Pindah
62 Orang Pertama Yang Mengkhawatirkan
63 Xiaoran Yang Mencurigakan
64 Di Luar Batas
65 Radit Mengatakan Perasaannya
66 Memori Lama
67 Presentasi Pertama Nania
68 Menciptakan Inovasi
69 Double Date Secara Mendadak
70 Saling Mengetahui
71 Pengumuman
72 Suster Wati
73 Makanan Kesukaan
74 Langit Yang Indah
75 Aku Pernah Melihatnya
76 Dinan dan Fiona
77 Kegelisahan Radit
78 Cemburu Buta
79 Di Balik Pintu CEO
80 Will You Marry Me
81 Di Sidang
82 Merestui
83 Nania Kecelakaan
84 President Suite Room
85 Sudah Tua dan Gila Bekerja
86 Dugaan Selama Ini
87 Wanita Bermuka Dua
88 Reyhan Curiga
89 Suruh Cepat Menikahi
90 Surat Peringatan dari Diamond Glow
91 Kunci Pintu Sebelum Tidur
92 Tiba-tiba Pingsan
93 Tuan Lan Pulang
94 Nania Koma
95 Membawa Nania Ke Korea
96 Negeri Gingseng
97 Reyhan Marah Sekali
98 Nania Memberikan Respon
99 Ingin Cepat Halalin Kamu
100 Nania Mulai Merespon
101 Rahasia Yang Terungkap
102 Ujian Dalam Hubungan
103 Tiba-tiba Terus
104 Cerita Bohong
105 Perintah Lan
106 Tiba Di Indonesia
107 Kata Yang Selalu Di Rindukan Radit
108 Tak Lepas Dari Tatapan Radit
109 Harus Di Beri Tahu!
110 Pengumuman
111 Peliharaanku
112 Tidak Ada Pertemanan Antara Wanita dan Pria
113 Serra dan Reyhan
114 Malah Jadi Aku Yang Kena Hukum
115 Pulang Ke Rumah
116 Resmi Bercerai
117 Bintang Yang Paling Terang
118 Terungkap
119 Wati Bersama Yanti
120 Sebentar Lagi
121 Surat Pembatalan Kerja Sama
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Kali Pertama
2
Bertahan Hidup
3
Mobil Impian
4
Rahasia Yang Tidak Ia Ketahui
5
Lorong Putih
6
Nania dan Radit
7
Diamond Glow Cosmetics
8
Mari Kita Akhiri Hubungan Ini
9
Tidak Akan Pernah Melepaskanmu
10
Mendapatkan Info
11
Interview
12
Menyadarkan Nania
13
Kamu Tidak Ingat?
14
300 Juta
15
Satu Bulan
16
Rujak Buah
17
Sebening Kristal
18
Aksi Kejar-kejaran
19
Semuanya Asli
20
Jangan Menggodaku
21
Ini Semua Karenamu
22
Selalu Merepotkan
23
Akan Membuatmu Bertanggung Jawab
24
Kamu Pikir, Kamu Itu Siapa
25
Jengah Dengan Masalah Nania
26
Coklat Muda
27
Terlambat Tiga Menit
28
Menjelaskan Kisahnya
29
Ini Perintah Bukan Untuk Di Bantah
30
Aroma Melati
31
Selidiki Latar Belakang Nania
32
Nania Hilang
33
Penerbangan Pribadi
34
Waktunya Bermain
35
Dear Readers
36
Bonus Dadakan
37
Harus Berhati-hati
38
Serangkaian Skincare
39
Sangat Manis
40
Tiga Juta Untuk Yang Satu Ini
41
Masuk Angin
42
Dokter Tirta
43
Mengantarkan Pulang Delisha
44
Berubah Jadi Ala Western
45
Protes Radit dan Nania
46
Keluarga Lan
47
Penyelamat Tampan
48
Gula dan Garam
49
Tidak Usah Memasak
50
Ruang Laboratorium
51
Tidak Mungkin Bisa Menahan Diri
52
Sudah Berani Bohong
53
Sudah Hentikan!
54
Kehabisan Bensin
55
Terjebak Di Dalam Lift
56
Mi Pedas Viral
57
Disita Selama Satu Minggu
58
Pulang Bersama
59
Sakit Maag
60
Xiaoran dan Teh Kombucha
61
Dia Ikut Pindah
62
Orang Pertama Yang Mengkhawatirkan
63
Xiaoran Yang Mencurigakan
64
Di Luar Batas
65
Radit Mengatakan Perasaannya
66
Memori Lama
67
Presentasi Pertama Nania
68
Menciptakan Inovasi
69
Double Date Secara Mendadak
70
Saling Mengetahui
71
Pengumuman
72
Suster Wati
73
Makanan Kesukaan
74
Langit Yang Indah
75
Aku Pernah Melihatnya
76
Dinan dan Fiona
77
Kegelisahan Radit
78
Cemburu Buta
79
Di Balik Pintu CEO
80
Will You Marry Me
81
Di Sidang
82
Merestui
83
Nania Kecelakaan
84
President Suite Room
85
Sudah Tua dan Gila Bekerja
86
Dugaan Selama Ini
87
Wanita Bermuka Dua
88
Reyhan Curiga
89
Suruh Cepat Menikahi
90
Surat Peringatan dari Diamond Glow
91
Kunci Pintu Sebelum Tidur
92
Tiba-tiba Pingsan
93
Tuan Lan Pulang
94
Nania Koma
95
Membawa Nania Ke Korea
96
Negeri Gingseng
97
Reyhan Marah Sekali
98
Nania Memberikan Respon
99
Ingin Cepat Halalin Kamu
100
Nania Mulai Merespon
101
Rahasia Yang Terungkap
102
Ujian Dalam Hubungan
103
Tiba-tiba Terus
104
Cerita Bohong
105
Perintah Lan
106
Tiba Di Indonesia
107
Kata Yang Selalu Di Rindukan Radit
108
Tak Lepas Dari Tatapan Radit
109
Harus Di Beri Tahu!
110
Pengumuman
111
Peliharaanku
112
Tidak Ada Pertemanan Antara Wanita dan Pria
113
Serra dan Reyhan
114
Malah Jadi Aku Yang Kena Hukum
115
Pulang Ke Rumah
116
Resmi Bercerai
117
Bintang Yang Paling Terang
118
Terungkap
119
Wati Bersama Yanti
120
Sebentar Lagi
121
Surat Pembatalan Kerja Sama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!