Riyan masuk ke dalam ruangan Radit. Pemimpin tampan itu sedang duduk di sofa mewahnya sambil meminum kopi.
"Maaf Tuan mengganggu waktu anda. Ada yang ingin bertemu dengan Tuan, seorang wanita." Bilang Riyan pada bosnya.
Radit meletakan cangkir kopinya di meja. Ia mengernyitkan keningnya. "Seorang Wanita? Siapa dia?" Tanyanya.
"Tadi saya tanya, namanya Nania, Tuan. Ia bekerja disini sebagai team Marketing." Riyan menunggu jawaban dari Radit.
Pria tampan itu memegang dagunya. Sepertinya ia tidak asing lagi dengan nama Nania. "Suruh masuk saja." Jawabnya, Radit begitu penasaran dengan wanita yang ingin bertemu dengannya.
"Baik Tuan." Riyan pun mengangguk. Ia keluar dari ruangan Radit untuk menemui Nania.
"Silahkan masuk Nona. Anda di perbolehkan untuk bertemu dengan Tuan Radit." Riyan mempersilahkan Nania untuk masuk.
Nania meremas tangannya karena sedikit gugup.
'Ayo Nania, jangan gugup. Kamu harus bicara dengan Pemimpin Perusahaan ini.' Batin Nania.
"Ah, iya. Terima kasih Pak Riyan." Nania hanya masuk seorang diri. Sedangkan Riyan ia harus pergi mengerjakan tugasnya.
Radit menatap ke arah pintu yang terbuka dan masuklah seorang wanita yang rambutnya di kuncir ke belakang. Poninya di jepit rapih, memakai setelan kemeja dan rok span selutut. Tidak lupa Nania membawa selembar map di tangannya. Tubuhnya yang ideal membuat Radit mengangkat alis sebelah kanannya.
"Permisi Tuan, saya Nania. Boleh saya minta waktunya sebentar, Tuan." Ucap Nania yang masih menunduk tidak berani melihat Radit. Tak lama ia pun mengangkat wajahnya dan menatap pria yang ada di hadapannya.
Tatapan mereka bertemu, Radit sudah tidak asing lagi dengan wajahnya. Ia bahkan tidak memberikan ekspresi apapun. Hanya menatap Nania dengan diam saja. Ia ingin lihat apa yang akan di katakan wanita itu di depannya.
"Kamu..." Mulut Nania seakan kelu, ia tidak menyangka bahwa pemilik dari Perusahaannya masih sangat muda dan tampan.
Manik mata Nania melirik ke kanan dan ke kiri. "A-apa kamu pemilik Perusahaan ini?" Tanya Nania sangat hati-hati. Ia seakan tidak berani untuk bertanya.
Radit menyilangkan tangannya di dada. Ia bersandar di sofanya lalu menyilangkan juga kakinya. "Menurutmu, apa ada orang lain disini selain aku?" Jawab Radit dengan datar.
"Ti-tidak ada. Kalau gitu saya permisi dulu Tuan. Se-sepertinya saya sudah salah masuk ruangan." Nania menundukan kepalanya. Ia bicara dengan gugup, ia ingin mengurungkan niatnya saja dan akan kembali bekerja.
Radit berdiri dan menghampiri Nania. Langkahnya membuat Nania semakin gugup berdiri di tempatnya. Pagi ini sepertinya Radit menemukan mainan baru yang akan membuat mood nya naik sebelum mulai bekerja.
Jadi benar yang Nania lihat di depan lift waktu itu adalah pria yang sudah menolongnya. Bukan hanya bekerja di sini, tapi ia juga sudah salah tebakan. Bahkan pria ini adalah pemilik dari Perusahaan tempatnya bekerja.
Sedangkan Radit memang sudah menebak bahwa Nania memang bekerja di Perusahaannya. Namun ia tidak ingin mengorek apapun tentang Nania, lagi pula Radit dan Nania belum sempat berkenalan. Tadinya Radit tidak ingin tahu soal apapun tentang Nania.
Tapi sepertinya pagi ini takdir berkata lain. Wanita yang sempat ia tolong mendatangkan dirinya langsung ke hadapannya. Ada apa dengan Nania sebenarnya? Mungkinkah ia akan membalas budi kebaikan Radit, ia akan segera tahu jawabannya.
"Bukankah tadi kamu kesini untuk minta waktuku sebentar, hmm?" Tanya Radit dan menatap Nania yang sudah di depannya.
Gadis itu tidak berani menatap Radit. Tinggi badan Radit melebihi badannya. Tinggi Nania hanya sampai di dagunya Radit saja.
"Ti-tidak jadi Tuan. Saya permisi dulu." Baru saja Nania hendak melangkah.
"Aku kira kamu kesini untuk membalas kebaikanku karena sudah menolongmu." Radit menyeringai.
Langkah Nania terhenti dan membalikan badannya lagi. "U-untuk soal yang itu.. Aku akan membalas kebaikanmu, Tuan. Sebenarnya saya kesini punya maksud lain." Nania menjawab dengan jujur.
Ia tidak ingin membuang kesempatan berharganya untuk menawarkan dirinya sebagai Sekertaris di Perusahaan Radit. Point pentingnya dia membutuhkan uang di muka untuk membayar Sania yang meminta uang 300 Juta padanya. Tapi apakah ia akan berhasil?
"Lalu ada maksud apa kamu kesini? Cepat katakan! Waktuku tidak banyak, dan yang pastinya sangat berharga." Jawab Radit dengan dingin.
"Tuan, sa-saya ingin menawarkan diri untuk menjadi Sekertaris anda." Jelas Nania dengan sedikit takut.
'What?! Sekertaris?' Batin Radit terkejut.
"Memangnya kamu mempunyai pengalaman apa untuk bisa menjadi Sekertarisku? Di Perusahaan ini mempunyai kriteria untuk bisa menempatkan posisi itu." Lagi-lagi jawaban Radit membuat Nania jadi semakin tidak percaya diri.
Sungguh ini sangat membuat Nania takut dan menciutkan nyalinya. "Anda bisa lihat CV saya dulu Tuan." Nania memberanikan diri memberi surat lamarannya pada Radit.
Pria itu meraihnya, lalu membawa map itu menuju meja kerjanya. Radit duduk di kursi kebesarannya yang mewah itu. Sedangkan Nania masih mematung di tempatnya.
Dibukanya map yang di pegang Radit. Ia membacanya dengan seksama. "Nania Kenisha.." Ucap Radit membaca namanya, dan masih menatap berkas di depannya.
"Maaf, tapi kamu tidak bisa menjadi Sekertarisku. Silahkan bawa berkasmu ini." Jawaban Radit membuat hati Nania berdegup.
"Ta-tapi kenapa Tuan? Sa-saya mohon terima saya Tuan. Saya janji akan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab." Nania memohon dengan sangat.
"Masih banyak diluar sana yang mengantri untuk menjadi Sekertaris dengan pengalaman kerja yang lebih dari ini, Nania." Cetus Radit dengan apa adanya.
Nania mendekat ke meja Radit. "Sa-saya mohon Tuan. Saya sangat memerlukan posisi ini."
"Karena apa? Aku ingin tahu alasanmu. Aku tidak suka di paksa hanya untuk menerimamu. Di luar sana masih banyak yang ingin bekerja tanpa memohon dan mendesak sepertimu." Kali ini Radit lebih tegas dengan omongannya.
'Sabar Nania, kamu harus bisa. Semoga dia bisa menerimamu.'
"Sa-saya sangat membutuhkan uang, Tuan."
"Nania.. Nania.. Semua orang juga butuh uang." Ucap Radit sambil geleng-geleng kepala, ia berbicara secara realita saja. Lagi-lagi jawaban Radit membuat Nania tak bisa berkutik.
Dia hanya bisa diam dan tidak bisa menjawab Radit lagi. "Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, Tuan. Terima kasih, dan maaf sudah mengganggu waktunya." Ucap Nania dengan lesu. Ia sudah kehilangan harapannya. Radit bukan lah orang yang gampang menerima orang untuk bekerja dengannya.
Nania melangkahkan Kakinya untuk keluar dari ruangan itu. Matanya sudah berkaca-kaca, ia tidak tahu kenapa bisa sampai selemah ini dirinya.
"Apa yang bisa kamu berikan kalau aku menerimamu?" Tiba-tiba Radit berkata seperti itu membuat langkah Nania terhenti.
Gadis itu kembali membalikan badannya. "Be-benarkah Tuan? Tentu saya akan memberikan yang terbaik selama bekerja." Jawab Nania dengan mata yang berbinar.
"No Nania! Itu semua orang juga bisa." Radit menyunggingkan senyumnya.
"Lalu, memberikan seperti apa yang Tuan maksud?" Radit mengangkat bahunya.
Ia kembali mengingat percakapan Nania dengan seorang wanita yang sudah mencelakainya kemarin. Wanita itu bilang Nania adalah pelakor dan merebut suami orang. Sepertinya pandangan Radit ke Nania sangatlah rendah dan bertolak belakang dengan sifat asli Nania.
Ia pasti berpikir bahwa Nania adalah wanita yang menginginkan uang dengan berbagai cara.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Apa kamu sedang menggodaku? Sepertinya wanita yang mencelakaimu kemarin telah direbut suaminya olehmu. Benar begitu?" Cecar Radit tanpa basa-basi.
Dia memang tidak suka berbasa-basi, Radit lebih suka to the point.
"Itu tidak seperti apa yang Tuan lihat. Tapi memang benar bahwa saya memang sedang membutuhkan uang. Saya tidak bermaksud untuk menggoda Tuan. Saya disini ingin melamar sebagai Sekertaris, anda." Serka Nania mengungkapkan kebenarannya.
"Aku tidak mau mencampuri urusanmu. Aku tahu karena aku memang mendengarnya sendiri."
Radit sama sekali tidak tertarik dengan cerita kehidupan Nania. Ia hanya penasaran alasan Nania ingin sekali diterima sebagai Sekertarisnya.
"Tapi itu semua benar tidak seperti yang Tuan dengar." Ucap Nania berusaha supaya Radit percaya.
"Baiklah, satu bulan." Balas Radit singkat.
"Ma-maksudnya Tuan?"
"Begini saja kamu tidak mengerti, terlalu lamban. Aku tidak yakin kamu bisa menjadi Sekertaris yang memenuhi Kriteria Perusahaan." Radit tidak begitu yakin dengan Nania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments