Pak Mamat sukanya tomat
Bu Siti pacarnya pak Amen
Salam sayang readers yang terhormat
Jangan lupa di-like dan di komen. ❣️
****************🌹🌹🌹🌹🌹****************
Seminggu berlalu sudah setelah pemakaman kedua orang tuaku, tahlilan mendoakan almarhum dan almarhumah pun sudah ditunaikan.
Kini aku berada di dalam kamar adikku dan duduk diatas ranjang nya, menatap wajah adik yang nampak tak bersemangat merapihkan baju nya kedalam tas. Ya dia akan kembali ke pondok setelah aku dan saudara membujuk nya kemarin.
"Dek, muka mu jangan ditekuk gitu napa sih, jelek tau full senyum gitu loh." ucap ku meledek nya agar sedikit menarik bibir nya supaya melengkung.
"Mbak yakin bisa membiayai sekolah ku di pondok? Kenapa mbak gak mau aku bantu cari kerja aja sih?!" menoleh kearah ku.
"Dek, kamu mikir deh. Mbak aja yang lulusan SMA masih bingung mau kerja apa, apa lagi kamu yang kalau putus sekolah hanya punya ijazah SMP?" balasku segera dengan pelan berharap adikku mengerti.
"Tapi kenapa kemarin mbak gak terima uang dari pakde dan budhe aja sih kalau memang aku harus tetap sekolah?"
"Dek, kamu masih dapat beasiswa kan?"
"Insyaallah mbak, kan aku baru kelas 1, dan beasiswa ku juga baru ku dapatkan eh ayah sama ibu keburu pergi."
"Nah itu dia dek, jangan kecewakan ayah dan ibu. Kamu harus sekolah yang rajin dan jadi anak yang cerdas juga baik budi. Alhamdulillah kamu bisa dapat beasiswa itu meski untuk setahun kedepan, tapi kan selama kamu rajin n terus juara kelas pasti akan ada beasiswa untuk mu lanjut kelas 2 bahkan bisa sampai kamu lulus." jelasku berharap Lika menyerap apa yang ku katakan.
"Mbak gak mau terima uang dari budhe dan pakde itu karena mbak masih sehat, mbak akan berjuang untuk kamu dan mbak, untuk kita. Kita harus tetap bersama, saling dukung, dan saling jaga. Mbak akan ke Jakarta dek, semalam mbak dapat kabar kalau di tempat kerja dia sedang butuh tambahan pramusaji."
"Temen mbak yang mana,? Jakarta jauh amat mbak. Mbak yakin sendirian disana? kenapa gak cari kerja di disini aja sih? Lika gak akan minta macam-macam ko mbak, asal mbak dirumah jaga rumah peninggalan ayah ibu." kata Lika sedih menatap kakak perempuan satu-satunya yang kini duduk disebelahnya.
"Disini mau kerja apa dek, gaji pun kecil, desa kecil dan jauh dari kota kaya gini mana bisa. Temen mbak itu Asih, kamu kenal mbak Asih kan dulu pernah main ke rumah belajar bareng sama mbak."
"Iya Lika ingat mbak Asih. Nanti mbak tidur dimana di Jakarta? Terus rumah ini gimana?"
"Kalau kita kontrakan rumah ini kira-kira ada yang mau gak ya dek?" tanya nya dengan mulut digerak-gerakan dan mata menatap sekeliling kamar Alika tanda bingung.
"Gak tau mbak. Sebenarnya rumah kita ini gak buruk amat sih, dinding udah tembok, atap udah genting, hanya lantai nya aja yang belum keramik." jawab adikku.
"Tapi kamu setuju kan dek, kalau misalkan ada yang mau kontrakan di sini, lumayan bisa buat biaya kamu dan mbak."
"Terserah mbak Airin aja, Alika hanya mau belajar dan belajar, supaya bisa cepet nyusul mbak Airin ke Jakarta dan cari kerja juga bantu mbak." sahut nya.
Airin tersenyum dan memeluk adik nya sembari mengelus kepalanya.
"Doakan mbak semoga mbak betah, dan bisa setiap bulannya rutin mengirim uang untuk mu. Belajar yang rajin n usahakan dapatkan beasiswa itu sampai lulus ya Dek. Biar ayah ibu juga tenang, anak nya gak ada yang putus sekolah."
"Iya mbak, besok pagi travel datang. Alika akan berjuang dan semangat mbak. Mbak juga ya, kalau sempat datang ke pondok Lika ya mbak." sahut Alika membalas pelukan hangat kakaknya.
"Semoga setelah tahlilan ayah ibu yang ke 40 hari, Gusti Allah ngasih jalan ya dek. Ada yang ngontrak rumah, jadi mbak bisa segera ke Jakarta."
"Amiin mbak,"
******❣️
Sudah seminggu Alika kembali ke pondok pesantren di Ngawi melanjutkan sekolahnya. Airin pun telah beberes rumah agar nampak lebih rapih dan menarik minat orang untuk mengontrak rumah peninggalan orang tuanya. Airin berencana akan memposting di media sosial seperti saran anak Bu Tuti kemarin.
Ada kata yang selalu ada hingga sekarang, saudara yang paling dekat adalah tetangga. Dan itu benar adanya, sungguh bahagia memiliki tetangga yang baik dan tulus. Warga desa Airin nampak prihatin melihat keadaan Airin dan Alika yang baru saja ditinggalkan orang tuanya secara bersamaan.
Rumah kini sudah terlihat rapih, tak ada lagi sarang laba-laba atau onggokan kayu bakar di dapur tempat biasa mereka memasak. Dapur kini berubah lebih enak dipandang berkat bantuan warga desa yang membuatkan meja untuk menaruh kompor gas dan lainnya.
"Rin, udah selesai lom beres-beres nya?" tanya Faisal anak Bu Tuti yang kebetulan datang karena sedang cuti bekerja.
"Eh iya mas, udah selesai nih. Coba di lihat deh, lumayan bersih sih kalau kata ku"
Lelaki tinggi itu melihat sekeliling mulai dari dapur, kamar mandi, ruang tamu, sampai kamar tidur.
"Udah lumayan oke lah, bismillah semoga ada yang lihat ya postingan rumah mu ini. Kita foto-foto yuk biar cepet di posting" ucapnya memberi ku semangat. Aku pun mengangguk.
Aku hanya menatap mas Faisal memfoto bagian ruang rumah beberapa kali, agar nanti bisa dipilih gambar yang bagus dan terang.
"Rin, kamu yakin mau ke Jakarta? Nanti disana tinggal dimana, sama siapa? Jakarta itu kota yang keras Rin." suara Faisal terdengar tak tega melepas Airin pergi ke Jakarta.
"Temen sekolah ku dulu ada yang sudah lebih dulu kerja di Jakarta, mas. Kebetulan ada lowongan pekerjaan ditempatnya dia menawarkan padaku. Aku harus mencari uang banyak mas, untuk kebutuhan ku dan Alika kedepannya." jawabku semangat.
"Inget ya jangan sampai lupa sama sang pencipta ya Rin, jangan terlalu lelah nanti kerja nya. Kalau ada apa-apa, butuh bantuan, jangan sungkan hubungi aku."
"Iya mas, makasih. Mas Faisal baik sekali, semoga jodoh mas Faisal didekatkan oleh Allah dan dapat yang baik juga." kubalas dengan doa baik lelaki disebelah ku.
"Lah ko jadi ke jodoh ku, jodoh ku malah menjauh gimana dong?!"
"Eh, udah ada toh jodoh nya. Wah gak pernah dikenalin, tetangga kita apa beda desa mas, apa teman satu kerjaan? Wah beruntung yang bisa dapat mas Faisal."
"Entahlah, dia mau merantau katanya mau merubah nasib." jawabnya lirih.
"Hah... apa mas. Merantau kemana?"
"Oiya, ini sudah aku posting ke medsos ku, untuk no hape pakai nomor mu ya. Aku hanya bantu posting nya aja. Sudah sore pamit pulang ya Rin."
"Oh iya mas,, sekali lagi makasih ya."
****************🌹🌹🌹🌹🌹****************
🙈🙈🙈 Aku maluuuu eh mas Faisal jangan-jangan kamu ,,, iya kamu mas ,,, aduh ko aku yang malu ya 🤭
Jangan lupa follow, like, komen ya. makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Buala😻EF🍆
cakeppppp
2022-10-18
1
Ɽ⃟˜ Gita ♕
jangan" yang dimaksud mas faisal airin,gitu gak sih thor 🤭🤣🤣🤣
2022-10-18
0
👙⃝ʀɪsᴍᴀ 𝐙⃝🦜
Ya ampun rin kamu gak tau aja ya kalo Faisal itu cinta sama kamu makanya dibilang jodohnya mau merantau..
2022-10-15
0