Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri

Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri

Bab 1. Permintaan orang tua.

Drrrrt

Drrrrt

Getaran ponsel yang sangat mengusik tidurku, entah siapa yang berani menelepon ku pagi buta begini.

"Eum, halo." Dengan suara yang serak khas orang bangun tidur aku menerima panggilan itu.

"....."

"Di rumah," jawab ku. Sepertinya aku mengenali suara ini, mirip suara Papa.

"......"

"Oh, iya iya." Panggilan pun terputus dan aku pun kembali memejamkan mata, namun beberapa detik kemudian aku tersadar bahwa yang menghubungiku tadi memang Papaku dan katanya dia sudah ada di depan rumah.

Ya ampun.

Dengan segera aku memakai baju lalu membasuh wajahku yang tampan ini. Sebenarnya kalaupun tidak cuci muka aku tetap tampan kok, hanya aja takutnya ada berlian di kelopak mata ku nanti.

Setelah membasuh wajahku, aku langsung turun kebawah. Di sana Papa dan Mama sudah duduk di sofa dengan beberapa koper yang sedang diangkut oleh pelayan.

Kenapa juga mereka datang tidak bilang-bilang terlebih dahulu, kalau aku tau mereka datang kan sudah ku gelar karpet ungu.

Haiz..

"Apa kabar Pa, Ma?" Aku dengan senyum termanis sejagat kota ini pun langsung menyalim kedua orang tuaku.

"Alhamdulillah baik," jawab Mama lembut menusuk ke relung hatiku. Tambah sayang aja sama Mama.

"Baru bangun kamu?" tanya Papa.

"I-iya, Pa." Tentunya aku harus jujur. Melihat sorot mata Papa saja aku bergidik kalau sampai ketahuan bohong.

"Berarti kamu gak shalat subuh ya?"

"Shalat kok Pa, bentar lagi." Mana mungkin aku meninggalkan shalat ku, secara aku ini laki-laki Sholeh.

Plak.

"Shalat apa tuh? Kamu lihat pukul berapa sekarang!" aku pun dengan segera melihat jam dinding, efek nyawa masih di kasur yah begini. Ternyata sekarang sudah jam 8 lewat.

"Shalat Dhuha, pa." Yah memang shalat Dhuha kan, ini sudah telat banget kalau mau shalat subuh.

"Yang Papa tanya itu shalat subuh, Reza."

"Iya pa, Reza kesiangan." Aduh, bisa-bisanya aku kesiangan. Padahal aku tadi bangun jam 5 untuk matikan alarm.

"Kamu ini gimana sih? Kalau terus-terusan begini kapan kamu bisa menjadi kepala rumah tangga? Bangun subuh aja kamu gak bisa, apalagi bangun rumah tangga," omel Papa. Yah, benar juga sih, cuma kan aku memang belum mau berumah tangga, ngapain bahas rumah tangga segala sih, kayak mau nikah aja.

"Hehehehe," apa lagi yang bisa aku katakan selain hehehe, aku sudah mati kutu. Mama yang ku cintai saja geleng-geleng melihatku.

"Gak kuliah ya?" tanya Mama mengelus kepalaku. Hanya mama yang boleh mengelus kepalaku, kalau Papa, aku langsung pasang kuda-kuda.

"Nanti siang, Ma." Sebenarnya malas sih, karena hari ini ada MK hitung-hitungan. Aku benci hitung-hitung.

"Pergi mandi sana! Papa dan Mama mau istirahat sebentar. Setelah kamu kuliah, langsung pulang!" Papa berbicara dengan tegas membuat bulu kaki ku merinding.

"Iya Pa," aku hanya bisa manut saja. Padahal kalau dalam film-film, seharusnya aku ini membantah. Tapi, karena aku sayang sama orang tua, jadi aku diam.

Setelah mengatakan itu, Papa dan Mama pun pergi ke kamar mereka sedangkan aku, lanjut tidur.

Tapi sebelum itu, aku berkenalan dulu dengan kalian. Pasti kalian penasaran dengan identitas anak sultan yang tampan dan juga dermawan ini.

Nama ku Reza Herryansyah, usiaku 24 tahun dan aku masih kuliah di jurusan manajemen. Aku terlahir di keluarga yang mampu, aku punya teman-teman orang mampu juga. Aku sedikit pemilih kalau masalah berteman apalagi menjalin hubungan spesial.

Selama ini aku tak memiliki pacar, aku tak suka dengan perempuan genit tebar pesona dengan lekuk tubuh mereka. Dulu aku pernah jatuh cinta pada seorang wanita yang pendiam dan juga cantik dan tentunya kaya.

Tapi, sayangnya dia sudah di lamar dan sekarang sudah menikah.

Ya sudahlah toh di dunia ini bukan dia saja wanita. Masih ada wanita yang lebih baik darinya di luaran sana. Apalagi dengan wajah tampan ku ini, bisa meluluhkan ribuan bahkan jutaan wanita, baik yang sudah menikah maupun belum.

Papa ku memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar di kota ini, sedangkan aku masih merintis usaha di bidang kuliner secara mandiri, walau nanti perusahaan papa tetap diwariskan untukku juga. Usahaku terbilang sukses karena sudah ada beberapa cabang di luar kota. Sudah tampan, kaya, dermawan, wanita mana yang tak jatuh cinta padaku ha?

Pokoknya kalau membicarakan tentang hidupku, tak ada habis-habisnya, karena hidupku sangatlah indah dan baik. Aku tak mengatakan sempurna karena pastinya ada saja celah kekurangan di hidup setiap orang.

Ah sudahlah, aku mau tidur lagi.

******

Kampus.

Di sinilah aku sekarang, duduk di kantin bersama teman-teman ku. Aku memilih untuk tidak masuk kelas karena pelajaran menghitung-hitung itu merepotkan. Sebenarnya kalau tidak ada kedua orang tua ku di rumah, aku tidak akan pergi kuliah. Tapi, karena mereka ada dirumah, terpaksa aku pergi saja walau sebenarnya aku hanya nongkrong di kantin. Mana mungkin aku mencoreng nama baikku dimata orang tuaku.

"Malam ini kita nongkrong di cafe yang baru buka itu yuk," ajak Bima. Ia salah satu temanku yang terbilang jahat karena suka mempermainkan wanita.

"Gue mah oke-oke aja," sahut Doni. Anggota yang paling muda dan suka makan, tapi badannya tetaplah bagus.

Bagus lagi badanku sih.

Di pertemanan kami hanya ada 4 orang yang paling dekat. Ada Bima, Doni, Rian, dan aku si tampan.

Bima dan Rian itu kakak beradik, sedangkan Doni itu anak tunggal sama sepertiku.

"Lo gimana, bang? Ikut gak?" tanya Doni.

"Gak," jawabku singkat. Aku ini memang terbilang hemat bicara dikalangan teman-teman ku.

"Kenapa? Apa karena ada Om dan Tante ya? Jadi, lo gak berani keluar. Cemen lo, bang."

"Ngomong sepatah kata lagi, gue jahit tuh mulut!" Nah kan, langsung diam.

"Hm, jadi lo gak mau ikut, Za?" Tanya Rian kembali memastikan jawaban ku.

"Gak!" Aku tekankan nada bicara ini agar mereka mengerti bahasa manusia.

Setelah mengatakan itu, aku pun memilih pulang meninggalkan ketiga manusia yang kurang bisa memanusiakan manusia lainnya.

"Hai kak." Seorang wanita datang mendekatiku saat diparkiran.

"Aku membuatkan kue untuk kakak, kalau kakak tidak keberatan.....

"Keberatan," jawabku dingin. Aku langsung masuk ke mobil dan meninggalkan perempuan yang kesekian kalinya ku sakiti hatinya.

Salahnya sendiri!

Lagi pula aku tak memintanya membuat kue, dasar perempuan gatal.

*****

Malam harinya.

Kini aku duduk dengan tenang sembari menikmati makan malam bersama dua orang yang ku sayangi. Aku sebenarnya agak risih sih karena sedari tadi Papa terus melirikku.

"Reza, papa mau ngomong serius sama kamu."

Hm, bau-bau bahaya nih.

"Ngomong apa, Pa?" Walaupun mencurigakan, aku tetap penasaran.

"Dua Minggu lagi Papa akan menikahkan kamu dengan putri sahabat Papa di desa."

Mendengar itu, aku langsung tersedak. Apa-apaan Papa ini main jodoh-jodohkan sesuka hatinya.

"Reza gak mau!" tentunya aku menolak. Ini bukan zamannya pernikahan karena perjodohan.

"Kamu harus mau! Papa tidak menerima penolakan! Anak sahabat Papa itu cantik, baik, Sholehah. Kalau kamu menikah dengan dia, kamu termasuk laki-laki yang beruntung," jelas Papa panjang lebar tak membuat ku tertarik sama sekali.

Dari desa ya tetap dari desa, kampungan dan jelek.

"Reza gak mau!" tolak ku sekali lagi. Kali ini sedikit lebih tegas.

Kalau memang Papa merasa perempuan itu baik, kenapa gak dia aja yang menikah dengan perempuan itu.

Eh, tapi kasihan Mama. Aduh, maaf yah Ma.

"Kami tidak menerima penolakan, Reza! Dua Minggu lagi kalian akan menikah. Kalau kamu berusaha untuk kabur, maka jangan anggap kami sebagai orang tua kamu lagi!"

Nah, kalau Mama yang ngomong aku kan jadi tidak bisa nolak. Tapi, menikah dengan orang desa? Aku juga tidak mau. Walau sebenarnya aku ini juga dari desa, tapi kan itu waktu aku kecil. Kalau sekarang aku sudah jadi orang kota, kaya, tampan pula.

Ck, mengesalkan!

_

_

_

_

_

_

_

Jangan lupa like komen dan vote nya. Semoga suka.

Terpopuler

Comments

Anfit Annisa Fitri Tangka

Anfit Annisa Fitri Tangka

Minyak 4

2023-04-17

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

menyimak

2022-10-17

0

Xeyyy__

Xeyyy__

Semoga menyenangkan

2022-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan orang tua.
2 Bab 2. Pernikahan.
3 Bab 3. Panggilan Mas.
4 Bab 4. Kembali ke rumah.
5 Bab 5. Kata-kata pedas.
6 Bab 6. Tidur seranjang.
7 Bab 7. Memang menyusahkan.
8 Bab 8. Panik.
9 Bab 9. Sedikit tergoda.
10 Bab 10. Berkuliah.
11 Bab 11. Kenapa aku marah?
12 Bab 12. Bima menyukai Alia?
13 Bab 13. Dia menangis?
14 Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15 Bab 15. Menemui Bima.
16 Bab 16. Menemaninya.
17 Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18 Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19 Bab 19. Bima masih penasaran.
20 Bab 20. Sedikit melunak.
21 Bab 21. Tiket bulan madu.
22 Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23 Bab 23. Bulan madu #part 2
24 Bab 24. Bulan madu #part 3.
25 Bab 25. Bulan madu #part 4
26 Bab 26. Bulan madu #part 5.
27 Bab 27. Kembali memanas
28 Bab 28. Memaafkan lagi.
29 Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30 Bab 30. Bulan madu #part 6
31 Bab 31. Menolak kehadirannya.
32 Bab 32. Salah paham terbesar.
33 Bab 33. Menjadi kacau.
34 Bab 34. Mengikatmu.
35 Bab 35. Mencoba mencari bukti
36 Bab 36. Carilah bukti!
37 Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38 Bab 38. Support dari ibu mertua.
39 Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40 Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41 Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42 Bab 42. Memberitahu semua orang.
43 Bab 43. Membuat Bima panas.
44 Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45 Bab 45. Bermanja-manja
46 Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47 Bab 47. Luka tubuh dan hati
48 Bab 48. Membalas dengan brutal.
49 Bab 49. Menangkap Bima.
50 Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51 Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52 Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53 Bab 53. Camping #1
54 Bab 54. Camping #2
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Permintaan orang tua.
2
Bab 2. Pernikahan.
3
Bab 3. Panggilan Mas.
4
Bab 4. Kembali ke rumah.
5
Bab 5. Kata-kata pedas.
6
Bab 6. Tidur seranjang.
7
Bab 7. Memang menyusahkan.
8
Bab 8. Panik.
9
Bab 9. Sedikit tergoda.
10
Bab 10. Berkuliah.
11
Bab 11. Kenapa aku marah?
12
Bab 12. Bima menyukai Alia?
13
Bab 13. Dia menangis?
14
Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15
Bab 15. Menemui Bima.
16
Bab 16. Menemaninya.
17
Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18
Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19
Bab 19. Bima masih penasaran.
20
Bab 20. Sedikit melunak.
21
Bab 21. Tiket bulan madu.
22
Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23
Bab 23. Bulan madu #part 2
24
Bab 24. Bulan madu #part 3.
25
Bab 25. Bulan madu #part 4
26
Bab 26. Bulan madu #part 5.
27
Bab 27. Kembali memanas
28
Bab 28. Memaafkan lagi.
29
Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30
Bab 30. Bulan madu #part 6
31
Bab 31. Menolak kehadirannya.
32
Bab 32. Salah paham terbesar.
33
Bab 33. Menjadi kacau.
34
Bab 34. Mengikatmu.
35
Bab 35. Mencoba mencari bukti
36
Bab 36. Carilah bukti!
37
Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38
Bab 38. Support dari ibu mertua.
39
Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40
Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41
Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42
Bab 42. Memberitahu semua orang.
43
Bab 43. Membuat Bima panas.
44
Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45
Bab 45. Bermanja-manja
46
Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47
Bab 47. Luka tubuh dan hati
48
Bab 48. Membalas dengan brutal.
49
Bab 49. Menangkap Bima.
50
Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51
Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52
Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53
Bab 53. Camping #1
54
Bab 54. Camping #2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!