Malam harinya.
Setelah percakapan tadi sore, gadis itu mendiamiku sampai sekarang. Biar saja, aku tak peduli.
Kini aku duduk di balkon sembari menikmati secangkir teh, pandanganku lurus ke depan memikirkan hidupku selanjutnya yang pastinya sangatlah berat. Itu semua gara-gara Alia, dia itu beban untukku.
"Reza," panggil mama yang masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Iya ma." Hm, sepertinya ada sesuatu nih.
"Besok kamu langsung kuliah?" tanya mama duduk di sebelah ku. Benar saja, ini pasti ada sesuatu.
"Iya ma, Reza lagi banyak....
"No! Jangan coba-coba, Reza! Mama gak akan izinin kamu pergi kuliah. Sudah cukup katamu tidak mau pulang ke rumah papa dan mama, tapi tidak untuk kuliah. Kalian baru saja menikah, Alia saja rela cuti seminggu kenapa kamu malah sebaliknya," omel mama membuat mood ku semakin kacau. Pasti Alia mengadu, dasar mulut ember.
"Mk Reza padat ma, lagian libur seminggu untuk apa?" aku harus membela diriku yang semakin lama semakin terinjak di sini.
"Bulan madu," jawab mama dengan entengnya.
Tidak akan pernah terjadi! Aku tidak akan mau menyentuhnya apalagi di sentuh olehnya.
"Dia lagi halangan ma, gak bisa bulan madu," ucapku memberikan alasan yang masuk akal. Kan tak mungkin aku mengatakan aku tak akan menyentuhnya, bisa hilang kepalaku nanti.
"Bulan madu kan bukan hanya sekedar 'itu' Za. Masih ada kegiatan romantis lainnya yang bisa dilakukan," ucap mama masih tak mau mengalah. Huf, untung wanita disebelah ku ini adalah mama, kalau dia Alia sudah aku jitak kepalanya.
"Ma, please. Reza mohon jangan tekan Reza buat ngelakuin hal yang belum siap Reza lakuin. Cukup dengan menikah saja itu udah membuat Reza tertekan ma," ucapku mulai mengeluarkan unek-unek di hati.
Mama yang tadinya semangat kini malah terlihat kecewa dan sedih.
Aduh Mama, maafkan anak mu ini.
"Mama minta maaf ya kalau sudah memberatkan kamu, tapi mama dan papa gak tau sampai kapan kami hidup. Kami ingin segera menimang cucu," lirih Mama dengan tatapan sendu.
Astaga! Bukannya iba pada anaknya malah minta cucu. Ya Allah, panjangkan lah umur mama dan papa ku.
"Mama jangan....
"Mama," saat aku ingin mengeluarkan unek-unek selanjutnya, biang kerok itu datang di saat yang tak tepat.
Dasar tukang onar!
"Iya sayang," sahut mama tersenyum manis. Lihat itu! Di dekatku mama terlihat sedih, sedangkan di dekat gadis itu dia tampak bahagia.
Dasar pilih kasih.
"Dicariin papa," ucap Alia. Mama pun dengan segera keluar dari kamar menemui pawang hatinya itu. Tinggallah aku bersama gadis kampret ini.
"Mas." Aku tak menjawab dan memilih memalingkan wajah. Malas saja kalau harus beradu urat dengannya.
"Malam ini dan seterusnya adek tidur di kasur ya," lanjutnya. Sontak aku langsung menatap ke arahnya yang tersenyum seperti biasanya.
Seperti orang gila.
"Enggak! Gue gak izinin!" tekan ku.
"Apa mas mau adek aduin?" tanyanya masih terus tersenyum. Lama-lama copot juga nih jantung liat tuh senyuman.
"Belum cukup dilarang kuliah sama mama?" lanjutnya lagi.
Sialan! Dia sangat licik, aku pikir dia hanyalah gadis polos yang penurut.
"Lo jangan main-main sama gue, kampret! Mau gue cekik?" gertak ku geram. Lama-lama dia semakin ngelunjak.
"Cekik aja, nanti adek aduin lagi," sahutnya santai.
Akhhh sialan!
"Selamat malam mas, adek tidur duluan yah. Kalau mas gak mau tidur sama adek, mas boleh kok tidur di sofa," lanjutnya langsung menuju tempat tidur menarik selimut dan memainkan ponselnya.
Tempat tidurku yang malang.
Aku pun mendengus kesal, kenapa aku malah seperti laki-laki lemah di sini. Padahal ini adalah rumah ku, jadi aku yang berkuasa. Lihat saja nanti, kalau papa dan mama sudah pulang, akan kuberi pelajaran berharga padanya nanti.
Akan ku suruh dia tidur di kandang bebek!
Eh, memang aku punya kandang bebek? Ah, gampang itu, aku bisa nyewa kandang bebek orang lain.
Waktu terus berlanjut, aku enggan untuk pergi tidur karena sudah ada si gembel itu di sana. Tapi, aku juga sangat mengantuk dan aku tak mau tidur di sofa. Bisa-bisa pinggang ku encok nanti.
Mau tak mau aku pun akhirnya naik juga ke tempat tidur ku yang empuk. Ku lihat dia sudah tertidur menghadap ke arah ku. Ingin rasanya aku menendangnya hingga jatuh dan geger otak.
Aku pun memilih membaringkan tubuhku membelakanginya, sebelum itu aku letakkan guling di tengah-tengah kami agar tak terjadinya sentuh menyentuh.
Aku tak mau ternodai.
Malam ini, aku sedikit susah untuk tidur. Jantungku berdetak kencang hingga suaranya terdengar jelas karena suasana kamar yang sunyi.
"Jangan grogi mas," ucapnya pelan membuat aku terkejut dan langsung menoleh ke arahnya. Dia masih menutup mata, apa dia mengigau? Ah, sudahlah.
Diakan memang gadis aneh.
******
Keesokan paginya.
Aku terbangun dengan perasaan yang baik, sembari memeluk bantal guling yang empuk dan juga lebih besar dari biasanya. Aku membuka mataku perlahan, menetralkan penglihatan yang masih buram.
Bantal guling nya wangi dan ada rambutnya juga.
Aku pun memperhatikan lama bantal guling yang ku peluk itu. Ada matanya dan mata itu terbuka menatap ku.
Ini bukan bantal guling!
Ini si Alia jelek.
Sial!
Aku langsung menjauh darinya, bisa-bisanya aku memeluknya. Pagi-pagi buta begini aku sudah dibuat senam jantung.
"Nyaman kan mas?" tanyanya tersenyum manis. Rambutnya tampak berantakan dan sepertinya itu karena aku.
Bernafas Reza! Kau harus berdalih agar harga dirimu tidak diinjak-injak.
"Kau sangat licik ya," ucapku menatap sinis kearahnya.
"Maksudnya?" tanyanya bingung.
"Kau menarik tubuhku untuk memelukmu kan? Kau menjebak ku agar bisa memelukmu!" tuduh ku membuat ia langsung duduk. Ia menatapku bingung.
"Adek gak tau apa-apa, mas. Pas adek bangun, mas udah meluk adek kekgitu. Mas juga ngelus-ngelus....
"Diam!" bentak ku tak suka dengan kalimat lanjutannya, itu membuat pipiku tiba-tiba menghangat.
"Aku tak memelukmu tapi kau lah yang memelukku!" lanjut ku kesal dan memalingkan wajah. Untung kamar masih remang-remang karena ini masih subuh, bahkan belum adzan subuh.
Aku memang terbiasa bangun sebelum adzan subuh, hanya saja kadang-kadang suka kesiangan juga.
"Kalau mas suka meluk adek kenapa malu? Akui saja kalau mas memang suka," ledeknya tertawa kecil lalu kembali membaringkan badannya.
"Mas, nanti kalau perlu kita pasang CCTV saja. Oh ya, sepertinya ada CCTV deh di kamar ini. Kita periksa saja siapa yang duluan memeluk," lanjutnya membuatku terdiam lama.
Kalau lihat CCTV, bagaimana jika aku yang duluan memeluknya? Mau taruh dimana wajah tampan ku ini nanti.
"Pergi mandi sayang, keburu adzan. Nanti gak dapat barisan depan loh," ucapnya dengan nada terkesan manja.
Aku pun langsung turun dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi aku menatap diriku di depan cermin, kenapa pipiku memerah?
Apa aku alergi ya?
Menyebalkan.
_
_
_
_
_
_
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Eman Sulaeman
mulai seruuu
2022-10-17
0
Yuli Yati
hmmmm
2022-08-05
0
Sapirah Mustakillah
wkwk ceritamu lucu Thor, suasananya hidup
2022-08-03
0