Seperti kesepakatan awal, kami pun pergi nongkrong di salah satu cafe yang ada di tepi pantai.
"Gimana gebetan Lo, Bim?" tanya Doni membuka pembicaraan membahas gebetan Bima.
"Gebetan apanya, kenalan aja belum," sahutku tersenyum meledek di sambut tawa dari teman-teman lainnya.
Bima pun ikut tertawa sembari menggaruk kepalanya.
"Gue pasti bisa dapatin tuh cewek, kalian camkan itu." Dengan pede nya tuh anak berjanji.
Aku sedikit ragu karena sudah hampir sebulan ia belum juga bisa kenalan dengan tuh cewek.
Jadi penasaran gimana tampangnya.
"Gue ragu," ejek Doni membuat Bima mengetuk meja dengan keras.
"Lo catat ini yah, dalam waktu sebulan lagi gue bakalan bisa dapatin tuh cewek. Kalau gue bisa dapatin dia, Lo semua harus ngasih gue hadiah yang mahal," ucap Bima dengan santainya seolah-olah memang ia akan mendapatkan nya.
Ya aku tak peduli, karena itu bukan urusanku.
Kami pun mengganti topik pembicaraan dan nongkrong hingga sore hari.
Sore harinya.
Aku pun memilih untuk menyudahi perbincangan dan juga makan-makan nya dan memilih segera pulang. Bagaimana pun masih ada orang tuaku di rumah, aku tetap harus menjaga nama baikku.
Sesampainya di rumah, keadaan tampak sepi. Sepertinya sibuk dengan urusan masing-masing, aku pun berjalan ke kamar.
"Assalamualaikum," ucapku memberi salam dengan suara yang kecil.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh," jawab Alia yang ternyata sudah ada di kamar dengan beberapa buku dihadapannya.
Sepertinya tengah mengerjakan tugas. Jujur aku penasaran dimana dia kuliah, apa iya dia yang disukai Bima? Karena wanita yang disukai Bima itu juga tidak masuk seminggu lebih sama seperti Alia.
Hah, kalau memang itu benar, dasar wanita pecicilan, sudah punya suami tapi masih tebar pesona pada laki-laki lain.
"Ekhem, kenapa mas liatin adek gitu? Mas baru sadar ya kalau adek cantik," ucapnya membuka percakapan.
Aku pun langsung memalingkan wajah. Kenapa juga aku menatapnya lama, kan dia jadi kepedean.
"Kepedean banget lo!" ketus ku meletakkan tas ku.
"Eum, mas jangan malu-malu. Adek memang cantik kok," ucapnya masih tetap percaya diri.
"Gue mandangin lo itu karena gue sedang berpikir, kenapa bisa lo hadir di hidup gue! Gue benci sama lo!" jelasku penuh penekanan.
Senyuman di wajahnya langsung redup, ia tampak kembali fokus pada lembaran yang ada di depannya.
Kena mental juga tuh cewek, hahahahaha.
Aku pun langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri meninggalkan gadis itu yang masih terdiam.
Aku tak peduli dia sakit hati. Bodoh amat.
*****
Sepulangnya dari masjid setelah selesai shalat Maghrib, aku langsung ke kamar untuk mengganti pakaian ku dan makan malam.
Di kamar, kulihat Alia tengah duduk di atas sajadah sembari membaca Al-Qur'an. Ternyata dia sudah bersih dari haidnya.
Aku pun segera mengganti pakaian ku, saat itu juga dia menyudahi membaca Al-Qur'an. Sepertinya sudah agak lama, makanya dia menyudahinya.
Dia membuka mukena lalu meletakkan semua alat ibadah itu ketempat nya semula. Aku memperhatikannya yang hanya diam dan tak memandangiku. Biasanya kalau aku pulang dari Masjid dia pasti langsung tersenyum padaku dan menyalami tangan ku.
Tapi aku tak peduli juga dia melakukan itu atau tidak, sebaiknya aku turun saja ke bawah dan makan.
Sesampainya di meja makan, aku langsung mengisi piringku dengan makanan yang aku suka, Papa dan Mama pun sudah ada di meja makan begitu juga dengan si jelek itu.
Kami makan dalam hening, tak ada yang bersuara.
Hm, aneh.
Tak aku ambil pusing, mungkin malam ini mereka semua punya beban yang membuat mereka diam.
Setelah selesai makan malam, aku memilih duduk di teras depan sembari membuka laptop ku.
"Reza," panggil mama duduk di sampingku.
"Iya, Ma."
"Mama sama Papa akan pulang besok, papa ada rapat penting dan mama juga punya bisnis yang harus di urus"
Yes, baguslah. Ini adalah sebuah kabar gembira, dengan begini aku bisa semena-mena sama tuh cewek.
"Mama sama Papa berharap kamu tidak kasar ataupun jahat pada Alia. Ingat! Alia itu adalah istri kamu, mau kamu mencintainya atau tidak dia tetap istri kamu dan tanggung jawabmu. Jangan sampai terdengar di telinga mama dan papa kalau kamu menganiayanya ataupun melukainya, jika itu terdengar, maka mama akan membawanya dan memutuskan hubungan kalian berdua!"
Panjang lebar mama berbicara, yang ku tanggapi adalah jangan sampai terdengar ke telinga mama kalau tidak mau terjadinya perceraian nanti.
Itu bagus! Sangat bagus.
Aku akan membuat mama mendengar deritanya di sini lalu kami berdua akan segera bercerai.
"Reza, kamu dengar mama kan?" tanya mama menyadarkan dari lamunanku.
"Iya ma, dengar kok." Aku menjawab sembari tersenyum ke arah Mama.
"Mama percaya sama kamu, kamu itu anak mama yang lahir dari rahim mama. Mama selalu berdoa semoga kamu menjadi laki-laki yang baik, mama selalu berdoa semoga kehidupan kamu baik-baik saja. Jangan kecewakan mama, nak. Mama percaya sama kamu," ucap mama dengan nada sendu membuat hatiku tersentil.
Mama terlalu banyak berharap padaku tapi aku akan segera menghancurkan kepercayaan itu.
Aku harus cari cara untuk berpisah dari Alia tanpa mencoret nama baik ku.
*****
Setelah berbincang dengan mama, aku pun memilih masuk ke kamar. Di sana aku melihat Alia belum tidur dan masih sibuk dengan ponselnya sembari sesekali tersenyum.
Apa dia sedang chatingan dengan orang lain? Tangannya sibuk mengetik sembari sesekali tersenyum.
Cih, menyebalkan.
Aku pun membasuh wajahku dan langsung naik ke ranjang untuk tidur.
Suara ponsel Alia pun terdengar, sepertinya ada yang menelepon. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke balkon kamar untuk menerima telepon yang aku tak tau dari siapa.
Aku memperhatikannya dari sini, dia tampak seru berbalas kata dengan penelpon itu.
Siapa yang menelepon? Apa laki-laki atau perempuan?
Kalau itu laki-laki, dia benar-benar keterlaluan! Sudah punya suami tapi masih kegenitan.
Dasar tidak tau diri!
Lama dia di balkon dan aku masih saja memperhatikan gerak-gerik nya.
Nampaknya telepon sudah berakhir, dia masuk kembali masih dengan wajah yang berseri-seri.
Seperti orang kasmaran saja.
"Hei jelek! Apa lo gak liat sekarang udah jam berapa? Kenapa lo masih berisik ha," ucapku kesal. Bukannya langsung tidur, dia malah duduk di sofa dan kembali bermain ponsel.
"Mas tidur aja duluan, adek janji gak bakalan berisik kok," sahutnya masih fokus dengan ponselnya.
Fix, itu pasti laki-laki. Dia berselingkuh!
"Gue bilang tidur ya tidur!" bentak ku dengan suara keras. Dia pun tampak mematikan ponselnya lalu beranjak naik ke atas ranjang.
Sebelum tidur, dia kembali menyalakan ponselnya.
"Besok lagi ya," ucapnya sepertinya sedang mengirimkan voice note.
Sial! Genit banget nih cewek.
Dan kenapa juga aku marah ya? Padahal itu bukan urusanku
_
_
_
_
_
Jika ada typo atau kata yang tidak nyambung atau salah boleh di komen yah.
Jangan lupa like, komen dan juga vote nya agar author semakin semangat untuk update nya. Dukungan dari kalian sangatlah berharga ❤️
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
v
semangat kak
2022-12-22
0
Eman Sulaeman
kegedean gengsi tuh
2022-10-17
0
Yuli Yati
masih nyimak
2022-08-05
1