Bab 9. Sedikit tergoda.

Brakk!

Aku terkejut ketika Doni menggebrak meja setelah aku bercerita mengenai Alia. Wajahnya tampak bingung sebenarnya, tapi dia pasti sudah mengerti maksud ku.

"Gue mohon lo rahasiain ini karena gue belum siap buat ngakuin kalau dia itu istri gue," lanjut ku membuat ia membuang nafas kasar.

"Lo jahat tau, lo benar-benar keterlaluan. Pertama lo gak undang kita ke nikahan kalian, lo bohongin kita semua! Kedua, lo mau gue ikut berbohong juga! Ketiga, lo malah gak mau akuin istri lo sendiri, memang benar-benar keterlaluan," ucapnya panjang lebar tak terlalu ku dengarkan. Aku tak peduli aku jahat atau baik, yang penting untuk sekarang aku tak mau menanggung malu karena memiliki istri seperti Alia.

"Iya-iya gue memang jahat dan keterlaluan, pokoknya lo harus jaga rahasia Don, kalau sampai terbongkar, lo yang duluan gue cari!" ucapku sekaligus mengancamnya.

Doni pun tampak mengangguk sembari berdiri.

"Gue mau pulang," ucapnya yang ku balas dengan anggukan.

"Ingat ya Don, jangan sampai terbongkar," ucapku mengingatkan nya lagi.

"Iya." Doni pun pergi meninggalkan rumah ku, aku tak tau apa yang sedang dipikirkan nya, aku tak peduli, yang terpenting rahasia ini haruslah aman.

"Loh, Doni nya mana? Ini Mama udah buatin cemilan kesukaan dia," tanya mama sembari membawa sepiring bihun goreng kesukaan Doni.

"Doni lagi buru-buru, Ma. Katanya tadi ada urusan mendadak," jawabku santai.

"Ya, padahal Mama udah bela-belain masak," ucap mama tampak kecewa.

Aku pun mengambil alih bihun goreng itu berserta minumannya.

"Ini untuk Reza aja, kebetulan lagi lapar," ucapku. Mama pun tersenyum dan mengangguk.

Hufft, sungguh hari yang berat.

******

Di dalam kamar.

Kini aku berada di kamar sembari membaca beberapa email dari pekerja ku. Sesekali aku melirik Alia yang sudah tidur, aku juga membawa air ke kamar untuknya karena sepertinya dia haus hingga rela berjalan keluar kamar dengan kaki yang bengkak.

Kurang baik apa aku ini? Sudah tampan, baik, kaya. Dia itu sangat beruntung mendapatkan ku, hanya saja aku yang tak beruntung karena mendapatkannya.

Entah kenapa terbesit di benakku untuk memegang kaki bengkaknya itu. Ini pasti sangatlah seru.

Aku pun berjalan mendekatinya yang tertidur pulas, ku pandang ia dari rambut hingga kaki bengkaknya.

Glek!

Sial!

Bukan ini maksudku, aku hanya ingin melihat kaki bengkak nya saja. Aku pun kembali fokus menatap kakinya yang bengkak, pasti ini sakit.

Secara perlahan aku memegang kakinya dengan sesekali aku meliriknya.

Jari ku menekan-nekan kakinya perlahan, aku tersenyum jahat. Ku tekan kuat-kuat kakinya yang bengkak itu hingga ia terbangun karena terkejut dan juga kesakitan.

"Ya Allah, sakitnya." Dia langsung memegang kakinya, sedangkan aku masih duduk di tepi ranjang sembari memperhatikannya yang kesakitan.

"Mas apain kaki adek?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gue cuma pegang aja kok," jawabku santai.

"Tapi sakit," ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya. Ih gemas.

"Itu tandanya lo gak boleh tidur lagi," ucapku sembarangan. Aku pun pergi meninggalkan ia yang masih menangis karena kesakitan.

Rasain! Hahahahaha.

******

Malam harinya.

Selesai makan malam, aku pun langsung ke kamar lagi. Hidupku dalam seminggu ini hanya di ruang makan, ruang tamu dan kamar. Aku seperti anak gadis yang tak dibolehkan ayahnya bergaul dengan orang lain.

Takut pengaruh buruk.

Untuk makanan Alia, dia makan di dalam kamar. Makanannya di antar oleh pembantu lalu dibereskan lagi oleh mereka.

Sepertinya dia sudah selesai makan, karena kulihat para pembantu itu membawa piring kotor dari dalam kamar.

Saat aku masuk ke kamar, aku tak menemukannya. Kemana dia? Apa dia di kamar mandi?

Aku pun berusaha untuk tak peduli, aku memilih bersandar di kepala ranjang sembari memainkan ponselku.

Saat aku membuka aplikasi pesan, ada beberapa pesan dari teman-teman ku yang menanyakan kenapa aku tak kuliah dan jarang ikut nongkrong sekarang.

Aku pun memberikan alasan logis, aku mengatakan bahwa aku sedang tidak enak badan, jadi aku memilih untuk cuti beberapa hari.

Dan alhasil mereka percaya.

Hanya saja, mereka ingin datang untuk menjenguk ku besok, aku pun langsung melarang. Untungnya Doni juga membela ku dengan mengatakan aku butuh kenyamanan untuk sementara.

Ah, Doni memang selalu bisa diandalkan.

Aku berjanji akan membuatkan dia bakpao kalau nanti aku sudah mulai kuliah.

Saat aku fokus dengan ponselku. Alia keluar dari kamar mandi, sekilas aku melihat kearahnya lalu kembali fokus pada ponselku.

Hanya saja ada yang sedikit mengganjal di hatiku. Aku pun kembali melihatnya yang berjalan tertatih-tatih ke arah ranjang.

Bukan itu yang penting sekarang.

Kenapa dia memakai pakaian yang....yang sedikit kurang bahan.

Dress tidur dengan lengan yang seksi dan juga hanya sebatas paha.

Perempuan itu benar-benar gila!

Dia berjalan mendekati ranjang lalu duduk di tepi ranjang.

Rambutnya yang terurai dan juga kulit putih mulusnya sangatlah membuat aku gelisah. Rasanya aku ingin keluar dari kamar, hanya saja aku malas.

"Lo sengaja pakai baju gitu buat goda gue kan?" tanyaku mulai menyudutkannya. Setidaknya dia sadar diri kalau aku tak suka melihatnya seperti itu.

Dia pun menatapku sembari tersenyum manis.

"Mas tergoda ya?" tanyanya sembari mengoleskan handbody ke kakinya.

Glek.

Aku pun memalingkan wajah, ini sungguh gila.

"Adek lagi haid mas, nanti aja kalau kepengennya ya," lanjutnya lagi semakin membuat pipiku menghangat.

"Tadi adek mau nyari baju ganti, tapi kaki adek sakit kalau lama-lama berdiri. Jadi, adek ambil yang ada di depan mata aja deh," ucapnya menjelaskan perkara bajunya itu.

"Gue gak nyaman lo pakai baju kekgitu, sana ganti!" titah ku masih tak mau menatapnya.

"Ya udah, tapi adek minta tolong mas ambilin bajunya ya, biar adek buka sekarang baju yang ini," ucapnya. Seketika aku menoleh saat ia ingin membuka baju.

"Hei Alia! Jangan mancing-mancing lo ya!"

Bagaimanapun aku ini laki-laki normal, sekamar dengan wanita berpakaian minim itu sangatlah menguji naluri lelaki ku.

"Adek gak mancing kok, lagian kan kita ini udah halal mas. Jangankan di lihat, di pegang juga boleh kok," ucapnya tersenyum tanpa rasa bersalah karena sudah membuat aku salah tingkah.

"Udah-udah, tidur sana! Pakai selimut sampai ke leher," ucapku kesal. Terdengar suara tawanya, merdu juga.

Apaan sih!

"Mas," panggilnya saat ia sudah berbaring dengan selimut menutupi tubuhnya. Bukan itu yang penting, tapi tangannya itu sudah berada di atas paha ku.

Astaga! Agresif banget nih cewek.

"Bisa gak lo gak usah pegang-pegang gue!" bentak ku menepis tangannya. Bukannya tersinggung, dia malah kembali tertawa

"Mas itu apa? Kok kayak bengkak," tanyanya menunjuk ke arah pahaku. Bukan pahaku yang dimaksud nya tapi yang lain.

Aku pun langsung menarik selimut menutupi kakiku hingga pinggang.

"Tuh mata jangan pecicilan! Udah, tidur sana!"

Dia pun kembali tertawa sembari memiringkan tubuhnya menghadap ku.

"Mas pengen ya?" tanyanya lebih tepat seperti meledek ku. Aku pun memilih untuk berbaring dan membelakanginya.

Lama-lama aku bisa gila kalau seperti ini.

"Sabar ya mas, tunggu adek bersih dulu."

"Bodo amat!"

_

_

_

_

_

tbc.

Terpopuler

Comments

v

v

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-12-22

0

v

v

hahhahaha🤣

2022-12-22

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

goda teruss aliya

2022-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan orang tua.
2 Bab 2. Pernikahan.
3 Bab 3. Panggilan Mas.
4 Bab 4. Kembali ke rumah.
5 Bab 5. Kata-kata pedas.
6 Bab 6. Tidur seranjang.
7 Bab 7. Memang menyusahkan.
8 Bab 8. Panik.
9 Bab 9. Sedikit tergoda.
10 Bab 10. Berkuliah.
11 Bab 11. Kenapa aku marah?
12 Bab 12. Bima menyukai Alia?
13 Bab 13. Dia menangis?
14 Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15 Bab 15. Menemui Bima.
16 Bab 16. Menemaninya.
17 Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18 Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19 Bab 19. Bima masih penasaran.
20 Bab 20. Sedikit melunak.
21 Bab 21. Tiket bulan madu.
22 Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23 Bab 23. Bulan madu #part 2
24 Bab 24. Bulan madu #part 3.
25 Bab 25. Bulan madu #part 4
26 Bab 26. Bulan madu #part 5.
27 Bab 27. Kembali memanas
28 Bab 28. Memaafkan lagi.
29 Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30 Bab 30. Bulan madu #part 6
31 Bab 31. Menolak kehadirannya.
32 Bab 32. Salah paham terbesar.
33 Bab 33. Menjadi kacau.
34 Bab 34. Mengikatmu.
35 Bab 35. Mencoba mencari bukti
36 Bab 36. Carilah bukti!
37 Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38 Bab 38. Support dari ibu mertua.
39 Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40 Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41 Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42 Bab 42. Memberitahu semua orang.
43 Bab 43. Membuat Bima panas.
44 Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45 Bab 45. Bermanja-manja
46 Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47 Bab 47. Luka tubuh dan hati
48 Bab 48. Membalas dengan brutal.
49 Bab 49. Menangkap Bima.
50 Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51 Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52 Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53 Bab 53. Camping #1
54 Bab 54. Camping #2
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Permintaan orang tua.
2
Bab 2. Pernikahan.
3
Bab 3. Panggilan Mas.
4
Bab 4. Kembali ke rumah.
5
Bab 5. Kata-kata pedas.
6
Bab 6. Tidur seranjang.
7
Bab 7. Memang menyusahkan.
8
Bab 8. Panik.
9
Bab 9. Sedikit tergoda.
10
Bab 10. Berkuliah.
11
Bab 11. Kenapa aku marah?
12
Bab 12. Bima menyukai Alia?
13
Bab 13. Dia menangis?
14
Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15
Bab 15. Menemui Bima.
16
Bab 16. Menemaninya.
17
Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18
Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19
Bab 19. Bima masih penasaran.
20
Bab 20. Sedikit melunak.
21
Bab 21. Tiket bulan madu.
22
Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23
Bab 23. Bulan madu #part 2
24
Bab 24. Bulan madu #part 3.
25
Bab 25. Bulan madu #part 4
26
Bab 26. Bulan madu #part 5.
27
Bab 27. Kembali memanas
28
Bab 28. Memaafkan lagi.
29
Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30
Bab 30. Bulan madu #part 6
31
Bab 31. Menolak kehadirannya.
32
Bab 32. Salah paham terbesar.
33
Bab 33. Menjadi kacau.
34
Bab 34. Mengikatmu.
35
Bab 35. Mencoba mencari bukti
36
Bab 36. Carilah bukti!
37
Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38
Bab 38. Support dari ibu mertua.
39
Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40
Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41
Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42
Bab 42. Memberitahu semua orang.
43
Bab 43. Membuat Bima panas.
44
Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45
Bab 45. Bermanja-manja
46
Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47
Bab 47. Luka tubuh dan hati
48
Bab 48. Membalas dengan brutal.
49
Bab 49. Menangkap Bima.
50
Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51
Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52
Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53
Bab 53. Camping #1
54
Bab 54. Camping #2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!