Bab 12. Bima menyukai Alia?

Pagi hari.

Setelah selesai sarapan, papa dan mama langsung pamit untuk pulang ke kota tetangga. Aku pun menyalim kedua orang tuaku itu begitu juga dengan Alia.

Pesan dan kesan tak lupa ditinggalkan hingga mobil mereka pun keluar dari pekarangan rumah.

Yes.

Bukan aku tak senang kedua orang tuaku ada di rumah ku, tapi saat ini aku butuh kekuasaan penuh di rumah ini untuk menindas si jelek itu.

Aku pun kembali ke kamar, hari ini aku tak akan pergi kuliah karena ada pelajaran hitung-hitungan. Aku belum mampu menghitung karena pikiranku terlalu kacau.

Ku lihat si jelek itu sedang berkemas, ia tampak duduk di meja rias sembari memakai krim, entah krim apa itu aku tak peduli.

Dia pasti mau kuliah.

"Mas gak kuliah hari ini?" tanyanya di sela memakai hijab.

Aku pun tak menjawab dan memilih memainkan ponselku. Aku tengah membalas pesan dari teman-temanku yang mengajak untuk bersenang-senang hari ini.

"Mas, adek bakalan pulang sore karena mau main sama teman adek. Boleh kan?"

Tak terlalu jelas ku dengar, aku pun mengangguk saja. Lagi pula bukan urusanku dia mau melakukan apa.

"Makasih, adek pergi dulu ya. Assalamualaikum," ucapnya mengulurkan tangannya. Aku pun memberikan tanganku untuk dicium olehnya.

"Wa'alaikumusalam," jawabku pelan.

Setelah berbalas pesan dengan teman-temanku, aku pun memilih melanjutkan tidurku hingga waktu Dzuhur.

****

Siang harinya.

Sekitaran jam dua aku sudah bersiap-siap untuk pergi nongkrong lagi. Inilah hidupku yang sebenarnya, nongkrong, tidur, nongkrong, tidur, makan tidur. Tapi, uang terus saja mengalir dari bisnisku dan juga uang jajan dari papa.

Aku merasa rumah ini sepi, tak ada pergerakan. Hanya ada beberapa pembantu yang tengah bersih-bersih.

Kemana si jelek itu?

Kalau diingat-ingat dia bilang akan pergi bermain dengan temannya.

Bermain kemana? Temannya laki-laki atau perempuan? Seharusnya kutanyakan itu tadi.

Buat penasaran aja.

Awas aja kalau temannya laki-laki, aku akan benar-benar mengurungnya di kamar mandi sampai mati!

Aku pun langsung masuk ke mobilku dan melaju menuju tempat tongkrongan berbeda dari yang kemarin.

Sesampainya di tempat tongkrongan kami melakukan hal biasa, mengobrol, makan, mengerjakan tugas dan bermain game hingga sore.

Sore harinya.

Tak terasa hari sudah sore, aku pun langsung berdiri dan mengemas barang-barang ku.

"Gue pulang duluan ya," ucap Bima yang juga ikut berdiri sembari terus menatap layar ponselnya.

"Ya gue juga mau pulang," sambungku. Aku rasa ini sudah ke sorean, aku harus segera pulang dan mengintrogasi si jelek itu.

Jangan-jangan tadi dia pergi berselingkuh.

"Ya, gak sampai malam?" tanya Aldo.

"Kalian aja," jawab ku pergi meninggalkan mereka begitu juga dengan Bima.

Tak biasanya tuh anak pulang cepat, biasanya dialah yang paling telat pulang.

Aku pun tak peduli dan memilih masuk ke mobilku dan melaju menuju rumah.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, aku mengemudi sembari menikmati beberapa cemilan.

Jalanan di sore hari cukuplah padat, maklum sepertinya mereka pulang dari refreshing atau malah baru saja ingin pergi refreshing.

Saat aku berkendara dengan tenang, aku melihat mobil Bima melaju mendahuluiku.

Sepertinya buru-buru.

Aku jadi penasaran kemana laki-laki itu pergi, tapi aku mencoba untuk cuek. Lagian itu bukan urusanku.

Sebelum pulang ke rumah, aku akan mampir ke toko buku terlebih dahulu, ada buku yang harus ku beli bersangkutan dengan tugas mata kuliah ku.

Sesampainya aku di toko buku, mataku memicing ketika melihat mobil Bima ada di sini juga. Aku pun mengedarkan pandangan ku dan ku lihat Bima tengah berdiri di depan toko itu.

Apa yang dilakukannya?

Sepertinya dia sedang menunggu seseorang, tak mungkin juga dia mau membeli buku, itu mustahil.

Aku pun memutuskan untuk duduk di mobil dan memperhatikannya dari jauh, jujur jiwa kepo ku meronta-ronta.

Beberapa menit kemudian, mata ku mengunci sebuah pemandangan dimana Bima menghampiri seorang wanita yang baru saja keluar dari toko buku bersama temannya.

Dan yang lebih mencengangkan, aku tau siapa wanita itu. Dia Alia, istriku.

Aku masih memperhatikan Bima yang berbicara dengan Alia, tampak Bima terus menghalangi jalan istriku itu, sementara Alia berusaha menghindar dari pembicaraan dengan Bima.

Entah kenapa tangan ku tiba-tiba saja mengepal dan ingin turun ke sana saat Bima terus saja menghalangi jalan Alia.

Ada urusan apa Bima dengan Alia? Apa mereka saling mengenal?

Tak lama kulihat Alia mengeluarkan ponselnya dan Bima pun juga langsung mengeluarkan ponselnya.

Apa-apaan itu? Apa mereka sedang bertukar nomor?

Setelah berkutat dengan ponsel, Alia tampak langsung pergi bersama temannya menaiki motor, sepertinya milik temannya. Sedangkan Bima, dia tampak meloncat-loncat kegirangan.

Aku pun langsung turun dari mobil dan berjalan ke arahnya.

Ingin rasanya aku memukul wajahnya, tapi aku tahan.

"Lo ngapain di sini Bim?" tanyaku pura-pura tak tau.

"Lo tau Za, gue baru aja dapat nomor cewek idaman gue," jawab Bima antusias.

What?

Jadi, Alia yang dimaksud Bima adalah Alia istriku.

Sial!

Entah kenapa dadaku terasa nyeri.

*****

Setelah mendengarkan perkataan Bima, tiba-tiba saja aku tak berselera untuk membeli buku. Pikiran ku masih pada mereka berdua.

Apa-apaan si jelek itu? Kenapa dia memberikan nomor nya pada Bima? Apa dia tak sadar kalau dia sudah punya suami?

Dasar pecicilan, kegenitan, tak tau diri!

Aku pun melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju rumah, sudah tak sabar untuk memarahinya.

Setelah sampai di rumah, aku langsung berlari menuju kamar. Tapi, tak kutemukan dia. Apa dia belum pulang? Keterlaluan sekali tuh cewek, benar-benar melampaui batas.

Aku pun langsung memilih membersihkan diri.

Di kamar mandi aku menatap diriku di cermin, wajah ku tampan, badanku juga bagus, aku kaya, dermawan, tapi kenapa dia malah memberikan nomor nya pada Bima? Aku saja yang suaminya tak punya nomornya. Apa dia juga tertarik pada Bima? Apalagi Bima sudah sebulan lebih mendekatinya, dia pasti besar kepala.

Sialan!

Setelah selesai membersihkan diri, ku lihat dia sudah ada di kamar. Sepertinya baru sampai karena dia baru saja membuka jilbabnya.

"Mas udah pulang?" tanyanya tersenyum ke arahku.

Manis.

Tak ku tanggapi pertanyaan itu, aku memilih masuk ke ruang ganti. Kemarahan ku tadi tiba-tiba saja hilang entah kemana setelah melihatnya tersenyum.

Lagipula kalau di pikir-pikir untuk apa aku marah? Aneh.

Dia bukanlah siapa-siapa bagiku, mau dia dekat dengan Bima atau tidak, aku tak peduli.

Ya aku tak peduli!

Setelah selesai berpakaian, aku pun langsung keluar dari ruang ganti.

Kulihat dia tengah fokus dengan ponselnya, bukannya mandi tapi malah main ponsel.

Pasti dia sedang chatingan dengan Bima.

"Lo gak tau waktu lagi ya? Bukannya mandi tapi malah sibuk dengan ponsel. Siapa yang lo hubungin, ha? Lo mau hubungin pacar lo kalau lo udah nyampek rumah ya?" aku mencercanya dengan segala tuduhanku.

Bukan aku cemburu atau apa ya, tapi aku tidak suka saja dia terlalu sibuk dengan ponselnya. Yang tadinya aku sudah bisa meredam kemarahan ku, tapi kini malah seperti meluap-luap setelah melihatnya sibuk dengan ponselnya.

"Astaghfirullah, mas. Adek gak punya pacar, adek cuma nanya ke teman adek yang ngantar tadi, apa dia udah nyampe atau belum," ucapnya melakukan pembelaan.

"Gue gak peduli dengan alasan lo! Dan satu lagi, gue juga gak peduli lo punya pacar ataupun enggak, gue gak peduli! Tapi, jangan sampai lo lupa kalau lo tinggal di rumah gue, jadi jangan bertingkah seenak jidat lo!" bentak ku marah. Aku pun meninggalkan nya yang menatap bingung ke arah ku.

Entah kenapa aku sangat marah. Apa yang terjadi padaku? Aku marah dan tak tau apa penyebabnya.

Entahlah, semakin lama aku semakin membencinya!

_

_

_

_

_

_

Eum, benci atau apa tuh?🙃

Jangan lupa like, komen dan vote nya kawan-kawan. dukungan kalian sangatlah berharga.

tbc.

Terpopuler

Comments

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

lanjut

2022-10-17

0

Yuli Yati

Yuli Yati

hati2 dengan menbecinya nanti berubah jadi cinta

2022-08-05

0

Rice Btamban

Rice Btamban

tetap semangat

2022-07-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan orang tua.
2 Bab 2. Pernikahan.
3 Bab 3. Panggilan Mas.
4 Bab 4. Kembali ke rumah.
5 Bab 5. Kata-kata pedas.
6 Bab 6. Tidur seranjang.
7 Bab 7. Memang menyusahkan.
8 Bab 8. Panik.
9 Bab 9. Sedikit tergoda.
10 Bab 10. Berkuliah.
11 Bab 11. Kenapa aku marah?
12 Bab 12. Bima menyukai Alia?
13 Bab 13. Dia menangis?
14 Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15 Bab 15. Menemui Bima.
16 Bab 16. Menemaninya.
17 Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18 Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19 Bab 19. Bima masih penasaran.
20 Bab 20. Sedikit melunak.
21 Bab 21. Tiket bulan madu.
22 Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23 Bab 23. Bulan madu #part 2
24 Bab 24. Bulan madu #part 3.
25 Bab 25. Bulan madu #part 4
26 Bab 26. Bulan madu #part 5.
27 Bab 27. Kembali memanas
28 Bab 28. Memaafkan lagi.
29 Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30 Bab 30. Bulan madu #part 6
31 Bab 31. Menolak kehadirannya.
32 Bab 32. Salah paham terbesar.
33 Bab 33. Menjadi kacau.
34 Bab 34. Mengikatmu.
35 Bab 35. Mencoba mencari bukti
36 Bab 36. Carilah bukti!
37 Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38 Bab 38. Support dari ibu mertua.
39 Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40 Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41 Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42 Bab 42. Memberitahu semua orang.
43 Bab 43. Membuat Bima panas.
44 Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45 Bab 45. Bermanja-manja
46 Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47 Bab 47. Luka tubuh dan hati
48 Bab 48. Membalas dengan brutal.
49 Bab 49. Menangkap Bima.
50 Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51 Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52 Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53 Bab 53. Camping #1
54 Bab 54. Camping #2
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Permintaan orang tua.
2
Bab 2. Pernikahan.
3
Bab 3. Panggilan Mas.
4
Bab 4. Kembali ke rumah.
5
Bab 5. Kata-kata pedas.
6
Bab 6. Tidur seranjang.
7
Bab 7. Memang menyusahkan.
8
Bab 8. Panik.
9
Bab 9. Sedikit tergoda.
10
Bab 10. Berkuliah.
11
Bab 11. Kenapa aku marah?
12
Bab 12. Bima menyukai Alia?
13
Bab 13. Dia menangis?
14
Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15
Bab 15. Menemui Bima.
16
Bab 16. Menemaninya.
17
Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18
Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19
Bab 19. Bima masih penasaran.
20
Bab 20. Sedikit melunak.
21
Bab 21. Tiket bulan madu.
22
Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23
Bab 23. Bulan madu #part 2
24
Bab 24. Bulan madu #part 3.
25
Bab 25. Bulan madu #part 4
26
Bab 26. Bulan madu #part 5.
27
Bab 27. Kembali memanas
28
Bab 28. Memaafkan lagi.
29
Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30
Bab 30. Bulan madu #part 6
31
Bab 31. Menolak kehadirannya.
32
Bab 32. Salah paham terbesar.
33
Bab 33. Menjadi kacau.
34
Bab 34. Mengikatmu.
35
Bab 35. Mencoba mencari bukti
36
Bab 36. Carilah bukti!
37
Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38
Bab 38. Support dari ibu mertua.
39
Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40
Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41
Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42
Bab 42. Memberitahu semua orang.
43
Bab 43. Membuat Bima panas.
44
Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45
Bab 45. Bermanja-manja
46
Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47
Bab 47. Luka tubuh dan hati
48
Bab 48. Membalas dengan brutal.
49
Bab 49. Menangkap Bima.
50
Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51
Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52
Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53
Bab 53. Camping #1
54
Bab 54. Camping #2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!