Bab 3. Panggilan Mas.

Allahu Akbar Allahu Akbar......

"Mas."

"Hm."

"Mas, ayo bangun. Waktunya shalat subuh."

Aku membuka mataku ketika mendengar suara lembut yang seperti suara bidadari saja. Sangat lembut menusuk relung hati ku.

"Mas."

"Iya." Aku menatapnya yang juga menatap ku, rambut panjang yang sedikit bergelombang, hidung yang mancung, kulit putih mulus, cantik sekali. Dia mirip dengan istriku.

Ya, istriku!

Seketika aku langsung membuka mata lebar-lebar, bukan lagi mirip ini mah, dia memang istriku si Alia kampret itu. Akhh! Aku tarik kata-kata ku tadi, aku pasti belum sepenuhnya sadarkan diri ketika mengatakan itu di hatiku.

"Mas?"

"Apa?" tanyaku kesal dan juga marah karena tadi salah memuji orang

"Shalat subuh," ucap nya.

"Gue juga tau! Kan gue bisa dengar suara Adzan." Dengan kasar aku melempar selimut lalu berjalan ke kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras.

Dia pasti kaget, hahahaha. Biar saja, biar dia kena serangan jantung sekalian.

Setelah selesai mandi aku segera pergi ke masjid, ku lirik dia yang tengah merapikan tempat tidur lalu aku melanjutkan langkah ku tanpa memperdulikannya.

******

Kini aku duduk di meja makan menikmati sarapan bersama seluruh anggota keluarga. Banyak yang meledek ku karena rambutku yang tak basah, kata mereka aku ini tak beruntung karena tak bisa malam pertama dengan Alia. Padahal aku merasa sangat beruntung tidak melakukan itu dengannya.

Ketika ditanya alasannya, untungnya istri udik ku itu sedang datang bulan. Bagus juga, datang bulan aja selama-lamanya kalau bisa.

Setelah selesai sarapan, Papa dan ayah mertuaku mengajak berbincang sejenak. Ah, meski aku sudah menjadi seorang suami, bukan berarti aku sudah jadi bapak-bapak, pembicaraan nya malah kearah bapak-bapak, ya mana saya tau topik ini, sayakan masih perjaka.

Setelah selesai mengobrol, aku pun kembali ke kamar. Tak ada yang bisa kulakukan di sini, aku tak tau jalan jadi, aku tak bisa jalan-jalan. Tapi, di rumah juga sangat membosankan dan menjengkelkan karena ada gadis udik itu.

Sesampainya aku di kamar, gadis itu tengah melipat baju dan ada beberapa koper di sana yang siap di tata dengan bajunya dan juga baju ku. Ya kami akan langsung pulang karena aku beralasan bahwa MK ku sangat padat.

Melihat kedatanganku dia pun tersenyum membuatku muak saja. Dia pikir aku terpesona, cih! Tidak semudah itu bodoh.

"Mas."

"Jangan panggil gue mas! Gue gak suka tau!" bentak ku. Seketika dia diam dan tak melanjutkan ucapannya yang ku potong tadi.

"Bang." Aku langsung melotot saat ia memanggilku Abang.

Bukannya diam, dia ternyata sedang berpikir untuk memanggilku dengan embel-embel lain. Nekat juga nih anak.

"Kakak?" lagi, aku melotot lagi. Seolah-olah itu adalah jawaban kalau aku tak suka dengan panggilannya.

"Kalau begitu, sayang." Kali ini bukan mataku saja yang melotot, tapi jantungku pun ikut berdebar. Sial! Bukan aku baper yah, aku hanya...hanya, akhhh! Sudahlah.

"Mas saja," ucap ku ketus. Mau tak mau aku harus mengizinkan ia memanggilku mas, daripada nanti di panggil sayang, bisa berdarah telinga ku nanti.

"Eum, oke." Dia tersenyum lalu melanjutkan melipat baju. Lah, bukannya tadi dia memanggilku karena ingin bicara sesuatu? Kenapa malah tak bicara? Apa ku tanya saja ya? Ah, jangan gila Reza! Jangan bicara padanya terlebih dahulu, kita tidak selevel dengannya.

Ku baringkan tubuh ini di kasur yang bahkan tidak cocok ku tiduri. Kasur ini sangat jelek padahal sepertinya masih baru. Yah, namanya saja kasur kualitas orang menengah ke bawah, jadi ya wajar tidak senyaman kasurku.

"Masih pagi, jangan tidur. Nanti rezekinya ketutup," ucapnya memperingati ku saat aku menutup mata menikmati angin yang masuk ke kamar.

"Bukan urusan lo!" Dia pun hanya tersenyum kecil saat mendengar bentakan ku. Kuat juga mental nih cewek.

"Kata ibunya adek, mas banyak MK ya. Apa kita tidak cuti dulu, kan kita baru saja menikah. Adek juga banyak MK, tapi adek ngambil cuti beberapa hari," lanjutnya dan aku menyimak saja. Oh, ternyata dia kuliah juga toh, tapi dimana yah? Ah, palingan di Universitas yang tidak terkenal, itupun pastinya karena beasiswa.

Aku tak merespon ucapannya tadi, aku memilih diam. Enak saja dia mengatur-atur aku harus cuti berapa hari. Aku kan ingin cepat-cepat jalan-jalan dan nongkrong.

Lagi pula, apa yang harus dilakukan saat cuti? Bulan madu? Apa ia sangat berharap untuk bisa malam pertama denganku? Kasihan sekali dia, karena pastinya aku tak akan mau menyentuh tubuh kurapan nya itu.

Melihat aku tak merespon ucapannya, dia pun memilih untuk diam. Bagus, jangan bicara apapun kalau perlu, aku tak suka mendengar suara sok lembutnya itu.

********

Malam harinya.

Setelah selesai shalat isya, aku memilih duduk kembali di kamar. Memangnya kemana lagi aku duduk, rumah ini tidaklah besar. Aku pun membuka laptop ku lalu mengerjakan beberapa tugas kuliah yang dikirim oleh Doni. Walau aku tak masuk, aku tetap harus mengerjakan tugas karena Minggu depan pastinya tugas itu diminta nanti.

Saat aku fokus pada laptop ku, istri gembel ku itu datang. Ia masuk ke kamar dengan membawa segelas minuman yang ia letakkan di mejaku.

"Dari Mama," ucapnya lalu membuka lemari dan mengambil baju lalu masuk ke kamar mandi.

Aku pun kembali fokus pada laptop ku dengan ponsel yang terus saja berbunyi karena pesan yang dikirim oleh teman-temanku. Pasti mereka penasaran aku sedang berada dimana sekarang. Ku pastikan mereka tak akan tau masalah pernikahan paksa ini, bisa malu aku nanti kalau mereka tau. Ih, mau taruh dimana wajah tampan ku ini nanti.

"Mas," panggilnya keluar dari kamar mandi dengan mengenakan dress tidur selutut. Aku menatapnya lama, mengamati tubuhnya dari bawah sampai atas lalu dari atas ke bawah lagi.

Bagus juga postur tubuhnya.

Eh, maksudku bajunya. Iya, bajunya yang bagus bukan tubuhnya itu. Aku mah tidak akan berselera dengan tubuhnya.

"Mas?"

"Apa sih?" tanya ku kesal memalingkan wajahku yang tiba-tiba saja menghangat. Ada desiran aneh di dalam sana yang menginginkan sesuatu.

Ah, sial! Mana mungkin aku tertarik pada gadis udik ini. Itu hanyalah halusinasi ku saja, tadi aku tak sadar diri mengatakan tubuhnya bagus di hatiku.

"Malam ini apa adek tidur di sofa lagi?" tanyanya polos.

Dasar bodoh! Apa dia pikir aku akan membiarkan ia tidur di atas ranjang bersama ku? Pemikiran yang konyol.

"Bukan malam ini saja, tapi setiap malam lo harus tidur di sofa." Dia pun tampak terdiam sejenak lalu mengangguk patuh.

Aku menghela nafas kasar, membayangkan dia tidur bersamaku lalu dia pasti akan memanfaatkan itu dengan meraba-raba tubuh indah ku, memelukku, menciumiku. Membayangkan nya saja aku sudah ilfil.

Jangan sampai itu terjadi. Aku yang tampan dan juga kaya ini, tak boleh tidur sekasur dengan gadis gembel sepertinya.

_

_

_

_

_

_

_

tbc.

Terpopuler

Comments

Min sua

Min sua

cih emang nggak kebalik,
lihat ajaya nanti siapa yang meraba-raba duluan

2022-12-04

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

lanjuutt

2022-10-17

0

Bunda Liah

Bunda Liah

aku mampir thor, baca kisah Reza yg narsis dan gada akhlak ...

2022-08-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Permintaan orang tua.
2 Bab 2. Pernikahan.
3 Bab 3. Panggilan Mas.
4 Bab 4. Kembali ke rumah.
5 Bab 5. Kata-kata pedas.
6 Bab 6. Tidur seranjang.
7 Bab 7. Memang menyusahkan.
8 Bab 8. Panik.
9 Bab 9. Sedikit tergoda.
10 Bab 10. Berkuliah.
11 Bab 11. Kenapa aku marah?
12 Bab 12. Bima menyukai Alia?
13 Bab 13. Dia menangis?
14 Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15 Bab 15. Menemui Bima.
16 Bab 16. Menemaninya.
17 Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18 Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19 Bab 19. Bima masih penasaran.
20 Bab 20. Sedikit melunak.
21 Bab 21. Tiket bulan madu.
22 Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23 Bab 23. Bulan madu #part 2
24 Bab 24. Bulan madu #part 3.
25 Bab 25. Bulan madu #part 4
26 Bab 26. Bulan madu #part 5.
27 Bab 27. Kembali memanas
28 Bab 28. Memaafkan lagi.
29 Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30 Bab 30. Bulan madu #part 6
31 Bab 31. Menolak kehadirannya.
32 Bab 32. Salah paham terbesar.
33 Bab 33. Menjadi kacau.
34 Bab 34. Mengikatmu.
35 Bab 35. Mencoba mencari bukti
36 Bab 36. Carilah bukti!
37 Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38 Bab 38. Support dari ibu mertua.
39 Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40 Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41 Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42 Bab 42. Memberitahu semua orang.
43 Bab 43. Membuat Bima panas.
44 Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45 Bab 45. Bermanja-manja
46 Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47 Bab 47. Luka tubuh dan hati
48 Bab 48. Membalas dengan brutal.
49 Bab 49. Menangkap Bima.
50 Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51 Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52 Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53 Bab 53. Camping #1
54 Bab 54. Camping #2
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Permintaan orang tua.
2
Bab 2. Pernikahan.
3
Bab 3. Panggilan Mas.
4
Bab 4. Kembali ke rumah.
5
Bab 5. Kata-kata pedas.
6
Bab 6. Tidur seranjang.
7
Bab 7. Memang menyusahkan.
8
Bab 8. Panik.
9
Bab 9. Sedikit tergoda.
10
Bab 10. Berkuliah.
11
Bab 11. Kenapa aku marah?
12
Bab 12. Bima menyukai Alia?
13
Bab 13. Dia menangis?
14
Bab 14. Membawanya ke rumah sakit.
15
Bab 15. Menemui Bima.
16
Bab 16. Menemaninya.
17
Bab 17. Bima yang tak akan menyerah.
18
Bab 18. Marah dan merasa bersalah.
19
Bab 19. Bima masih penasaran.
20
Bab 20. Sedikit melunak.
21
Bab 21. Tiket bulan madu.
22
Bab 22. Bulan madu #Part 1.
23
Bab 23. Bulan madu #part 2
24
Bab 24. Bulan madu #part 3.
25
Bab 25. Bulan madu #part 4
26
Bab 26. Bulan madu #part 5.
27
Bab 27. Kembali memanas
28
Bab 28. Memaafkan lagi.
29
Bab 29. Ada teman-teman Reza.
30
Bab 30. Bulan madu #part 6
31
Bab 31. Menolak kehadirannya.
32
Bab 32. Salah paham terbesar.
33
Bab 33. Menjadi kacau.
34
Bab 34. Mengikatmu.
35
Bab 35. Mencoba mencari bukti
36
Bab 36. Carilah bukti!
37
Bab 37. Tak bisa seperti dulu.
38
Bab 38. Support dari ibu mertua.
39
Bab 39. Kejutan untuk Doni.
40
Bab 40. Mulai mencari pelaku.
41
Bab 41. Menjumpai Alia di kampus.
42
Bab 42. Memberitahu semua orang.
43
Bab 43. Membuat Bima panas.
44
Bab 44. Melawan fans fanatik Reza.
45
Bab 45. Bermanja-manja
46
Bab 46. Penghianatan seorang teman.
47
Bab 47. Luka tubuh dan hati
48
Bab 48. Membalas dengan brutal.
49
Bab 49. Menangkap Bima.
50
Bab 50. Jalan pintas yang salah.
51
Bab 51. Jatuh Cinta Pada Istriku Sendiri.
52
Bab 52. Berhenti membahas hal itu!
53
Bab 53. Camping #1
54
Bab 54. Camping #2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!